Part 21

686 65 0
                                    

"Selamat tidur, ya, buat kalian," ucapnya, menidurkan suaminya dan anaknya, sebelum akhirnya keluar dari ruangan tersebut. Tak butuh waktu lama Tama tertidur, dan Brendon sudah menutup matanya. Gaege menguap, meletakkan ponselnya, dan ikut tertidur pulas.

Namun, tak lama, Brendon membuka matanya kembali.

Ia menunggu, terdiam selama beberapa saat, sebelum akhirnya menatap sekitaran memastikan semuanya tertidur setelahnya barulah ia keluar dari kamar. Siapa sangka, nyatanya ada Beatrice yang keluar dari kamarnya juga.

"Mas, Mas mau ke mana?"

Brendon siap membuka mulutnya, tetapi tak ada yang keluar, ia tampak berpikir keras sebelum akhirnya berhasil bersuara. "Aku mau ke dapur, haus ...."

"Mas masuk aja ke kamar, ya. Biar aku yang ambilin airnya," kata Beatrice, Brendon tersenyum kecut dan mengangguk sebelum akhirnya masuk lagi sementara Beatrice yang menaruh curiga mengambilkan Brendon minum.

Setelahnya, mengambil minum, ia hampiri Brendon yang terbaring di kasurnya. Brendon mendudukkan tubuh dan menerima minum dari istrinya. Ia menenggaknya hingga tandas dan menyerahkannya lagi ke Beatrice.

"Mas, ada perlu lagi?" Brendon menggeleng, berbaring di kasurnya. "Ya udah, Mas tidur, ya. Istirahat yang cukup. Mas masih ... belum pulih." Wajah Beatrice membuat Brendon terdiam, karena baik dirinya dan Beatrice sadar arah pembicaraan 'belum pulih' tersebut.

Brendon mencari pecahan memorinya, sedang Beatrice menyabarkan suaminya agar tenang karena kondisinya yang tidak memungkinkan.

"Iya, maafkan aku ...."

"Hust, udah, Mas." Ia tersenyum hangat. "Selamat tidur, ya."

Dan Beatrice beranjak pergi, sedang Brendon berusaha santai sekarang. Sayang, ada perasaan terancam yang membuatnya bersikukuh melakukan sesuatu, tanpa sepengetahuan istrinya ....

Meski, ia harus sedikit pelan ....

Pagi hari pun hadir lagi, dan hari-hari berjalan seperti biasa, tak ada perubahan soal ingatan Brendon akan tetapi hubungannya dengan sosok tamu yang dianggap keluarga oleh mereka, Gaege dan keluarga, menambah pemulihan keduanya dalam beraktivitas. Mereka sering bersama, melakukan banyak hal termasuk melakukan pekerjaan rumah, bersenang-senang, dan tentu saja belajar satu sama lain.

Gaege terlihat jauh lebih menerima keadaan meski masih abal-abal, sedang Kanya semakin antusias akan pembelajarannya sebagai istri dan calon ibu yang baik bersama Beatrice. Gaege pun berusaha bersabar untuk Brendon mendapatkan ingatannya kembali, karena mau bagaimana pun ... pria itu dianggapnya juga sebagai ayahnya.

Ya, Brendon benar-benar figur ayah yang baik di matanya, pula Beatrice, mereka seperti orang tua kedua dan istrinya, Kanya, yang sedari kecil hidup tanpa kasih sayang orang tua terlihat sama bahagia. Hal yang membuat Gaege luluh dan tak memaksakan kehendak sekalipun ia mulai merasa ... ingin menjadi seorang ayah, selain karena rindu sentuhan bersama istrinya.

Setidaknya, bermain dengan dua anak Brendon, membuatnya merasakan apa yang disebut sebagai ayah, ia belajar jadi suami dan ayah yang baik di sini walau yah, sifat kekanak-kanakan melekat kentara pada dirinya.

Sementara itu pun, para anak-anak, keduanya menerima keadaan ayah dan seorang pria yang kini tertukar badannya dengan ayah mereka. Tama mungkin menerima lebih awal, tetapi butuh waktu karena Thea berbeda dengan Tama yang punya kemampuan khas anak indigo, meski demikian lama-kelamaan ia bisa menerimanya, terlebih ia menyukai Gaege yang sangat lucu dan unik di matanya.

Ia menganggapnya ayah kedua, atau lebih tepat sebagai paman, mereka bahkan sering bermain bersama.

"Eh, ini udah tanggal berapa, Kak?" tanya Tama.

Thea terlihat berpikir sejenak, dan dua pria yang bermain bersama mereka pun berdiri menuju ke kalender yang terpasang di dinding. Ia mengangkat selembar melihat bulan berikutnya. "Eh, udah tanggal segini?"

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

MY HUSBAND, YOUR HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang