Percuma saja jika raga berupaya menjauh, namun hati tetap menginginkan kedekatan.
Apalagi yang akan dilakukan oleh Mario selain menyakiti perasaan serta hati Lili? Rasanya kehidupan yang telah direncanakan dalam ekspektasinya berubah dengan cepat dan harus dihadapkan dengan kenyataan dan realita. Bahwa apapun hal yang sudah direncanakan tidak akan sesuai dengan jalannya harapan.
Dengan hati yang sudah hancur karena terus menerus dihina, dicaci dan dimaki, serta tidak dihargai membuat wanita itu melangkahkan kakinya untuk pergi dari kediaman Relegan.
Lalea tidak tega melihat kakak iparnya berjalan menuju gerbang utama, wanita itu tidak tahu harus ke mana namun langkahnya yang akan mengantarnya ke tempat yang ia inginkan.
"Tolong, Kak. Jangan buat kak Lili pergi ..." pinta Lalea kepada Mario yang masih keras kepala.
"Kalian bisa menyelesaikan permasalahan ini secara baik-baik, sehingga tidak ada yang harus pergi." imbuh Lalea, ia berusaha untuk membuat kakaknya itu berubah pikiran, namun ia tahu bahwa kakaknya itu sangat egois dan hatinya sangat keras, sekeras batu.
Mario menatap adiknya itu. "Tidak ada yang perlu diselesaikan, karena semua jelas sudah selesai. Dia akan pergi sesuai apa yang dia inginkan."
Mario berlalu dari hadapan Lalea, ia terlihat santai duduk disalah satu sofa yang ada di ruang tamu dengan menyeruput secangkir kopi.
Rumah ini memang sudah hancur sejak kedatangan wanita yang menjadi perusak rumah tangga dan kebahagiaan wanita lain.
Adik perempuan Mario itu nampak tak ingin menyerah demi utuhnya rumah tangga kakaknya. Ia menghampiri Zio yang masih tetap sama, terpaku dengan kejadian yang baru saja ia lihat.
"Kakak,"
"Kakak, ayo temui kak Lili, dia harus dalam jangkauan kita. Kita harus bersama dia, Kak." ucapan Lalea membuat Zio tersadar, ia tidak harus diam, dia harus menemani Lili karena wanita itu bisa melakukan hal yang membuat dirinya sendiri terluka.
Zio berlari menuju mobilnya dan segera menyusul Lili, karena hatinya ingin Lili harus selalu dekat dengan dirinya, namun logikanya harus membuat Lili kembali dan menyelamatkan rumah tangga kakaknya. Pikiran-pikiran tentang Lili membuatnya tidak waras.
***
Wanita itu terus berjalan, tatapannya kosong dan hatinya terus mengatakan bahwa ia sedang terluka. Ia hanya bisa mengatakan bahwa kini ia tidak dapat dikatakan baik-baik saja.
Jalanan terlihat sepi, tidak ada keramaian sama seperti hatinya.
"Aku pikir dengan kehadiranku, aku menjadi salah satu alasan perubahan sikapmu, Mas." ia berjalan dan terus berjalan hingga ia telah sampai ke tempat yang ia inginkan.
Angin sepoi-sepoi menerpa wajah ayunya, rambutnya terurai dan wajahnya masih tetap sendu. Sejuknya angin di taman mawar membuat perlahan ia melupakan masalahnya tadi. Ia berjalan menuju pondok yang berada di tengah-tengah Taman mawar.
Ia tahu adanya taman mawar ini karena Ghefira yang memberi tahunya, kata Ghefira tempo hari Ardian membeli taman mawar itu untuk hadiah pernikahan putri yang ia sayangi.
Ardian selalu mengingatkan Ghefira agar tidak memberi tahu kakaknya, karena ia sendiri yang akan memberitahu putrinya sebagai kejutan. Namun putri bungsunya itu tidak bisa dipercaya.
"Aku rindu, ayah." lirih wanita itu, mengingat-ingat kebahagiaannya dulu bersama ayah, ibu dan adiknya.
Kata orang, jodoh pilihan kedua orang tua itu adalah yang paling terbaik. Nyatanya kenapa dia selalu menanamkan luka di hatiku. Akankah luka yang ia tanamkan itu tumbuh menjadi pohon yang berduri dan kerap kali duri itu akan menusuk hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI
Romance[Based on True Story] Haliaca Putri Pranata--Wanita muda dan lugu itu selalu berpikir, apakah ia pernah melakukan kesalahan sehingga takdir menempatkan dirinya pada lelaki yang tak tahu cara menghargai wanita? Ia masih teringat perkataan Mario setel...