❤️Intim

17.1K 2.9K 202
                                    

Karena acara di rumah Abimanyu sampai larut malam, Bu Ani menyarankan aku untuk menginap saja. Tapi aku merasa tidak baik, siapa aku sampai menginap segala? Hanya saja saat Abimanyu mau mengantarkan ku pulang aku juga menolak. Ini sudah sangat malam, tetangga pasti akan bergosip lagi tentangku. Entah kenapa, sejak aku ditegur itu aku memang sedikit tidak nyaman dengan keadaan sekeliling rumah. Aku sadar, statusku sebagai seorang janda yang pastinya di masyarakat kita mendapatkan image yang beragam. Maka aku menjaga itu semua.

"Jadi nginep sini aja ya? Ada banyak kamar kok. Nggak akan yang ngomongin, soalnya Si Abi tuh punya paviliun sendiri di belakang. Dipisahkan sama taman belakang tuh. Jeng Gendhis nggak usah takut."

Ucapan Bu Ani tadi membuat aku kembali tidak bisa memejamkan mata. Akhirnya aku memang menginap di rumah keluarga Abimanyu. Sebenarnya aku merasa tidak pantas saja karena hubunganku dengan Abimanyu bisa dikatakan belum terjalin apapun. Meskipun dia bilang cinta sama aku, tapi toh kita tidak membahas hal itu lebih panjang. Aku yang masih enggan membahasnya. Aku perlu waktu.

Aku ditempatkan di kamar tamu yang ada di lantai atas, ada balkon kamar juga yang menghadap langsung ke taman belakang. Sejak aku mengiyakan untuk menginap, Abimanyu juga menjaga jarak. Dia langsung berpamitan untuk ke paviliun. Sedangkan aku membantu Bu Ani beberes meski sudah dilarang. Aku hanya merasa perlu melakukan itu.

Suara dering ponsel membuatku menoleh ke arah ponsel yang aku letakkan di atas nakas. Nama Abimanyu terpampang di layar. Aku mengernyitkan kening. Aku pikir dia sudah terlelap.

"Halo?"

Aku menyapa saat menerima teleponnya.

"Belum tidur?"

Suara di ujung sana membuatku mengernyitkan kening. Abimanyu masih terdengar begitu segar. Padahal ini sudah jam 1 malam.

"Mau tidur. Mas telepon."

Ada kekehan di ujung sana.

"Hemmm pingin gangguin kamu. Mumpung kamu di sini."

Aku membelalak mendengar ucapannya. Aku pikir dia itu tipe yang santai memang tapi bisa menggoda juga ternyata.

"Aku tutup deh."

"Eh jangan. Aku tahu kamu nggak bisa tidur juga. Keluar dong, ke balkon."

"Ngapain?"

Tapi aku juga langsung beranjak karena memang tidak bisa memejamkan mata.

"Keluar dulu."

Dengan ragu aku melangkah ke arah balkon kamar yang dihubungkan dengan pintu geser kaca yang tadi sudah aku kunci. Angin malam langsung membuatku merapatkan kaos panjang yang aku pakai. Dingin ternyata. Lampu temaram dari arah taman di bawah bisa membantu penglihatan ku karena di balkon juga cuma ada lampu kecil.

"Kangen kamu."

Suara di ujung sana membuat aku mengedarkan pandangan dan menangkap sosok Abimanyu yang tengah duduk di depan paviliun. Ada kursi dari rotan di sana. Dia tengah menengadah ke atas dan menatapku lekat.

"Ih jangan gombal deh. Aku tinggal masuk ini."

Abimanyu tampak mengulas senyumnya.

"Jangan tinggalin aku dong. Temani aku."

Abimanyu mengatakan itu dan membuat aku kini bersandar di Selasar pagar besi yang membatasi balkon. Langit malam terlihat begitu gelap karena memang cuacanya mendung.

"Kenapa jadi manja kayak Ica?"

Aku kini menatapnya dan membuat dia terkekeh lagi. Entah kenapa malam ini dia begitu banyak tersenyum.

Repihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang