11.BERTEMU SOOBIN

19 7 5
                                    

Happy Reading

🌼
🌼
🌼

Selama di perjalanan pulang, keduanya masih setia tak saling bicara. Masing-masing menyimpan gengsi untuk memulai percakapan. Im Seul merasa cukup dengan menawarkan bantuan untuk pulang bersama, jadi ia tak mau lagi mengajak bicara Jeno yang menyebalkan.

Sedangkan Jeno hanya diam memikirkan harga dirinya yang terasa jatuh hanya karena di boncengkan oleh seorang gadis. Memang sebagian laki-laki merasa malu atau risi jika sedang naik kendaraan, dan yang memegang kemudi adalah wanita, bukan dirinya.

Jeno kembali teringat pesan Jisung tadi. Karena tak ingin mengulur waktu, Jeno pun terpaksa membuka percakapan.

"Eo, kau." Jeno terlihat kaku saat memanggil Im Seul, gadis itu tak sadar kalau Jeno memanggilnya sekaku itu.

"Ya, Kau."

Masih tak dapat sahutan karena Im Seul tak merasa dipanggil, Jeno pun kembali memanggil dengan nama gadis itu.

"I—im Seul-i," panggil Jeno

"O, kau memanggilku ternyata."

"Ya memangnya, kau pikir aku memanggil siapa? Nenek moyangmu?"

"Ahahahaaa, ternyata kau pandai melawak juga," balas Im Seul tertawa karena ucapan Jeno. Memang receh sekali humor Im Seul.

"Apanya yang lucu? Biasa saja menurutku." Jeno kesal karena Im Seul mentertawakannya, padahal ia tak berniat melucu sedikit pun.

Ia tak tahu, sikap setiap gadis pasti terlihat sensitif, apalagi gadis yang merasa begitu dekat dengannya, padahal ia tak sedikit pun mendekati gadis mana pun.

"Jisung tidak bisa ikut turnamen," ucap Jeno yang tak ingin membuang-buang waktu.

"Apa hubungannya denganku?" tanya Im Seul keheranan.

"Aku tidak tahu apa hubungannya denganmu, tapi dia mengajukan namamu untuk masuk ke daftar pemain basket di turnamen nanti."

"Aih? Aku? Aku perempuan, katamu tadi di sekolah kau akan mengambil laki-laki saja. Lalu kenapa kau memintaku masuk ke pemain turnamen?"

"Aku tidak berbicara seperti itu. Aku hanya menyampaikan saran Jisung. Lagi pula aku juga tidak akan memasukkanmu ke dalam pemain turnamen, jangan geer ya," sela Jeno.

"Kalau kau berbicara seperti tadi, tandanya kau ingin aku ikut turnamen," balas Im Seul

"Tidak, aku tidak memintamu ikut turnamen, aku hanya menyampaikan apa yang Jisung bicarakan. Sudah itu saja." Jeno tak mau kalah

"Benarkah? Bukannya itu alasanmu agar bisa dekat denganku, aku tau kau menyukaiku kan?"

"Kau jangan asal bicara ya, aku tidak pernah menyukaimu. Dan tidak pernah mungkin untuk menyukaimu. Berhenti," pinta Jeno ketus.

Im Seul menurut. "Sudah pergi saja sana, aku sudah tidak mau memboncengkanmu." Im Seul membuang pandangannya membuat Jeno menatap gadis itu sinis.

"Memangnya aku mau? Bukannya kau yang memaksa untuk pulang bersama denganku? Itu tandanya siapa yang menyukai siapa, dasar penguntit." Jeno mengatai Im Seul setelah itu berjalan terlebih dahulu. Im Seul yang mendengar perkataan Jeno langsung membulatkan mata penuh karena tak terima.

"Ya! Dasar senior kurang ajar!" teriak Im Seul sambil mengepalkan tangan ke arah Jeno.

Nafas gadis itu menderu karena marah. Bisa-bisanya ia di katai penguntit. Sedetik kemudian, Im Seul memikirkan kalimat Jeno.

REMINISCE : LAST LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang