Balutan gaun panjang sederhana berwarna putih sungguh membuat paras cantiknya tak terelakkan lagi. Pantulan dirinya dari cermin sanggup membuat orang yang memandang kearahnya tak akan mampu mengalihkan pada object lain. Walaupun begitu tak ada senyum sedikitpun yang tercipta di bibir gadis ini, meski hari ini adalah hari yang terpenting baginya sebagai seorang gadis.
Yakni hari pernikahannya.
Hanya ada mimik kecewa yang tergambar di wajah gadis ini, dirinya merasa begitu sakit hati bila mana seakan menjadi boneka oleh kedua orang tuanya untuk memperoleh keuntungan.
Kebebasannya terrenggut begitu saja setelah tiba tiba ayahnya mengatakan bila dirinya harus menikah dengan seorang pria yang sampai detik ini pun tak pernah dia lihat batang hidungnya. Alasannya apalagi jika bukan karena uang.
Bisnis yang dimiliki ayahnya bangkrut setelah ditipu oleh rekannya sendiri. Hutang tersebar dimana mana, rumah yang sudah mereka tinggali bertahun tahun harus di sita, tak ada harapan lagi. Hingga datang bantuan yang pamrih dari sepasang suami istri yang akan menjadi mertuanya sendiri sebentar lagi ini.
Menawarkan bantuan disaat ayah gadis ini benar benar terpuruk dengan syarat anak gadisnya ini mau untuk dinikahkan dengan salah satu putranya, meski awalnya menolak namun bujukan demi bujukan akhirnya memorak-porandakan pemikiran ayah gadis ini. Dan sepertinya tidak buruk juga menikahkan anak semata wayangnya ini dengan putra mereka, toh mereka punya harta yang melimpah jadi beliau tidak perlu khawatir mengenai masa depan sang putri.
"Mina.."
Panggilan dari sang Ibu menyadarkan gadis ini dari lamunannya, dia bergegas menolehkan kepala kearah ibunya. Wanita paruh baya ini melangkah cepat menghampiri putrinya, memeluk putri yang begitu ia sayangi sambil memberikan ciuman di puncak kepala Mina secara berulang.
"Maafkan Ibu ya Sayang, Ibu tidak bisa-"
"Cukup Ibu, ini bukan salah Ibu ataupun salah Ayah. Jangan terus meminta maaf padaku, ini juga sudah menjadi keputusanku." Balas Mina menarik diri dari pelukan Ibunya. Mina memegang tangan Ibunya dengan erat, dia tersenyum manis menyembunyikan kesedihannya. "Sekarang waktunya aku balas semua perjuangan Ayah dan Ibu yang sudah di berikan untukku, semuanya akan baik baik saja Ibu."
Ucapan Mina ini sukses membuat air mata Ibunya menetes dengan sendirinya, tak pernah beliau bayangkan akan melihat putrinya berakhir seperti ini. Membayangkan jika menikahkan putri semata wayangnya dengan pria yang tidak dia kenal seakan membuat hatinya sebagai seorang ibu hancur.
Merasa amat bersalah karena tak bisa memberikan kebebasan bagi putrinya. Tapi beliau juga tak punya pilihan lain.
Mina mengusap lembur kedua pipi Ibunya yang berlinang air mata, perhatiannya teralihkan begitu mendengar suara deru mobil yang berdatangan di depan rumahnya.
"Mereka sudah datang ya, ayo kita bersiap Ibu." Ajak Mina dengan menggandeng lengan Ibunya keluar dari kamar untuk segera bisa bertemu dengan calon suaminya untuk yang pertama kalinya ini.
Senyum tipis Mina berikan kepada calon mertuanya, Mina juga baru kali kedua ini bertemu dengan mereka berdua. Mendadak hatinya menciut melihat kedua calon mertuanya yang bahkan tengah tersenyum ramah kepadanya.
Mungkin semuanya tidak seburuk yang ada di bayangan Mina, karena sungguh kedua calon mertuanya ini selalu bersikap baik bila bertemu dengan Mina. Tuan dan nyonya Yoo seakan menyambut Mina dengan tangan terbuka dan harapan yang tinggi membuat Mina bisa bernafas lega untuk sesaat. Untuk masalah mertua sudah beres.
Tetapi untuk calon suaminya, pria yang akan menjadi pendamping hidupnya. Entah mengapa Mina tak bisa membayangkan akan seperti apa si pria itu. Apakah dia pria jahat yang akan menyiksanya setiap hari ataukah pria baik yang akan tulus mencintainya. Entahlah pikiran pertamalah yang dirasa akan di hadapi oleh Mina.
Drap drap drap...
Keringat terlihat mengalir di dahi Mina sesaat dia mendengar suara sepatu yang bertemu dengan keramik rumahnya, bibirnya sampai dia gigit sendiri saking gugupnya dia melihat rupa sang calon suami.
Keterkejutan tak bisa Mina sembunyikan begitu sesosok pria masuk ke dalam rumahnya, bukan hanya Mina yang kaget tetapi pria itupun juga tak kalah terkejut melihat Mina didepan matanya.
"Ryujin?"
Ada sedikit senyuman saat Mina melihat Ryujin, karena Mina sudah mengenal Ryujin sebelumnya. Mereka kuliah di kampus yang sama dan mereka berdua cukup dekat karena sama-sama merupakan anggota organisasi di kampus.
"Kak... ayo sini, acara nikahannya udah mau mulai. Lihatlah calon istri kakak yang cantik ini." Ucap Ryujin kembali menatap ke belakang.
Ah jadi calon suami Mina bukanlah Ryujin, tetapi kakaknya.
Bunyi ketukan sepatu kembali terdengar, munculah seorang pria berwajah tampan hampir serupa dengan Ryujin. Sekilas semua terlihat sempurna tetapi Mina menyadari satu hal saat pria itu terus tertawa, menggaruk kepalanya, serta menggigiti kuku jarinya sendiri.
Pria itu mempunyai keistimewaan.
"Hehehe halo semua, aku Yoo Chaeyoung. Salam kenal hehehe..."
Dunia Mina seakan benar benar berhenti saat itu juga, air matanya tiba tiba mengalir dengan sendirinya saat menyadari jika dirinya harus menikah dengan seorang Yoo Chaeyoung, si pria istimewa paling tampan yang pernah Mina temui.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
So Bad - michaeng (END)
FanfictionTentang Mina yang harus mengurus suaminya Chaeyoung yang berbeda dari pria lainnya.