Pintu ruangan itu terbuka, meskipun banyak selang yang terpasang ditubuhnya Kakek masih bisa tersenyum hangat menyambut kedatangan Alana dan Kafka. Bahkan lebih dulu menanyai kabar Alana.
"Kakek sudah membaik, jangan khawatir lagi." Ujarnya pada Alana yang terlihat khawatir.
"Alana, titip Kakek sebentar. Ada yang harus aku urus." Pamit Kafka pada gadisnya. Dan ketika berada diambang pintu, langkah Kafka terhenti karena Kakek memanggilnya.
"Iya kek?" Tanya Kafka, sembari membalikkan badan.
"Terimakasih." Ucap Kakek, dan Kafka tersenyum lebar.
"Sama sama. Kakek harus cepet sembuh ya." Lantas cowok itu segera keluar dan menutup pintu ruangan.
Didalam ruangan yang dingin itu, Alana duduk disamping brangkar Kakek. Menatap wajah tua yang teduh itu. Bagaimana menyenangkannya wajah itu ketika tersenyum, juga ketika memandang Alana benar benar seperti cucunya sendiri.
"Kakek mau minum?" Tanya Alana spontan begitu melihat pergerakan Kakek.
"Enggak kok. Oiya, kalian kapan akan ujian sekolah?"
"Masih satu semester lagi, kek. Masih cukup lama."
Kakek teersenyum, lantas sedikit terkekeh. "Terimakasih ya, sudah mau kemari menjenguk."
Alana balas tersenyum. "Yang terpenting, kakek harus cepat sembuh dulu."
Kakek hanya tersenyum, dan kemudian menutup matanya perlahan. Kondisinya membaik memang, tapi masih dalam kategori lemah. Gadis itu membantu membenarkan selimut Kakek.
Dan kemudian keluar ruangan untuk mencari keberadaan Kafka yang belum kembali. Ia menutup pelan pintu ruangannya. Dan secara tiba tiba kepalanya memproses ingatan ketika Alana pertama kali keluar dari ruangan tempatnya dirawat selama dua bulan, lantas bertemu Kafka dilorong rumah sakit.
Saat itu, ia tak mengingat apapun tentang Kafka. Ah, bahkan sebenarnya saat inipun tak banyak yang telah diingatnya kembali tentang Kafka. Ia ingin bersama Kafka tidak berdasarkan ingatannya. Itu saja.
Alana duduk dikursi tunggu depan ruangan Kakek. Mengirimkan pesan pada Kafka. Menanyakan keberadaan cowok itu.
Ponsel Kafka berdenting, menandakan sebuah pesan masuk. Cowok itu menutup pintu mobilnya sembari mengecek ponsel. Membaca pesan yang masuk dari Alana.
My answer
|kamu dimana?
|kakek udah tidur
|aku nunggu didepan ruangan sendirianKetika akan mengetik balasan. Ia tak sengaja melihat seseorang yang berdiri didepan gerbang masuk rumah sakit. Melihat kearahnya sekilas lantas pergi begitu saja.
Kafka menautkan kedua alisnya. Menghela nafas panjang dengan sebenarnya memaki dalam hati.
■ ■ ■
Kakek masih tertidur ketika Kafka dan Alana bersiap untuk pulang. Kafka akan mengantarkan Alana pulang lebih dulu dan kemudian kembali kerumah sakit untuk menjaga Kakek dimalam hari.
Jika bukan dia, siapa lagi?
Meskipun bisa untuk meminta Tante Karin mengirim orang, tapi Kafka lebih memilih untuk menjaga Kakek sendirian.
"Dokter bilang apa tadi?" Tanyanya pada Alana ketika sudah berada didalam mobil.
"Keadaan nya lumayan membaik. Tadi dokter jelasin panjang. Tapi aku lupa, hehe."
Kafka tersenyum. "Kebiasaan." Ia mengusak gemas rambut Alana.
"Oiya, Kaf. Nanti kalau depan ada minimarket mampir sebentar, aku mau beli minum sama jajan buat nanti dirumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
walk on memories || Na Jaemin [SELESAI] ✔
Fiksi Penggemar"Bagaimana bisa, ketika orang lain ada yang tengah menangisi setiap kenangan miliknya aku justru tidak memiliki kenangan apapun." Kim Lana harus berbohong setiap kali ada yang bertanya ingatkah dia dengan orang itu. Berpura-pura mengenal semua orang...