Aku duduk sendiri bertemankan sinar rembulan yang indah. Pikiranku melayang jauh mengingat kenangan yang telah terlupakan bersamaan dengan perjalanan waktu. Aku hanya tersenyum miris setiap kali mengingatnya. Aku juga ingin melupakannya seperti mereka melupakan kami. Tapi, itu semua terus berputar bahkan menghantuiku.
“Yoona.”
Suara Yoora memanggilku dengan lembut dan akupun menoleh ke arahnya, “Ada apa?” Tanyaku.
“Masuklah dan beristirahat, ini sudah hampir larut.”
“Sebentar lagi aku akan masuk, tidurlah lebih dulu.”
“Baiklah, aku akan tidur duluan, jangan lupa mengunci pintu.” Ucapnya sambil tersenyum, dan aku hanya menganggukkan kepala.
Aku melihat bayangan seseorang berdiri di sebelah pohon dekat lampu jalan. Saat aku ingin menghampirinya, ia buru-buru pergi. Aku tidak mempedulikannya selagi ia tidak berniat berbuat jahat pada aku dan Yoora. Sebelum masuk, aku memastikan semua pintu dan jendela sudah terkunci.
Di rumah ini hanya ada aku dan Yoora, tidak menutup kemungkinan kami akan selalu aman di sini. Setelah memeriksa semuanya aman, akupun masuk ke kamarku dan membaringkan tubuh ke atas kasur dalam keadaan yang gelap. Aku takut dengan kegelapan, namun suasana itu membuatku merasa lebih nyaman.
Malam semakin larut, tapi mataku masih enggan untuk terlelap. Tubuhku sudah lelah dan aku masih terjaga seperti ini. Aku menarik napas perlahan dan beranjak ke dapur untuk mengambil air. Aku sedikit terkejut ketika mendengar suara di dapur dan melihat lampunya menyala. Dengan keberanian yang aku punya, aku melangkah perlahan.
Setelah tiba di dapur, aku sedikit terkejut melihat Yoora yang juga terkejut melihatku. “Apa yang sedang kau lakukan?” Tanyaku padanya.
“Hmm, aku hanya lapar.” Jawabnya dengan menunjukkan deretan giginya.
Aku membuang napas lega, setelah kupikir seseorang tadi yang datang mengacaukan dapur ini. Akupun duduk dan mengambil minum di meja makan.
“Apa kau ingin makan juga?” Tanya Yoora padaku.
“Tidak, aku hanya ingin minum.” Jawabku berlalu pergi.
Akupun kembali ke kamar dan mencoba untuk tidur. Perlahan ragaku seperti melayang ke udara, yang kurasakan semuanya tanpa beban. Berada di tengah padang rumput yang penuh dengan ilalang dan bunga dandelion. Aku menikmati sinar matahari yang hangat menerpa wajahku.
Langit biru bercampur dengan dandelion yang berterbangan membuatnya semakin indah. Tidak dapat dibohongi, perasaanku sangat bahagia berada disini. “Tuhan, jika ini mimpi, aku tidak ingin terbangun lagi.” Batinku.
“Yoona.”
Seseorang memanggilku, aku terdiam sejenak mendengarnya. “Yoona,” panggilnya lagi. “Siapa kau? Mengapa terus memanggilku? Kemarilah, tunjukkan dirimu padaku.” Ucapku.
“Yoona, ini aku.”
Akupun berbalik ketika mendengar suaranya dari arah belakangku. Aku menatapnya yang sedang tersenyum ke arahku. “Yoora,” ucapku pelan. Ia masih menampakkan senyum yang indah dan kemudian perlahan hilang tersapu angin.
“Yoora, jangan pergi!” Teriakku sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise
Ficção AdolescenteAda begitu banyak hal yang tersembunyi dalam diriku dan aku ingin pergi jauh dari hidupku sendiri. Aku kehilangan arah dan terjebak dalam kebohongan yang penuh rasa sakit. "Tolong, selamatkan aku!" Aku katakan semua baik-baik saja, tapi itu semua ad...