27 - Flying Solo

7 3 0
                                    

Dia sempat menghilang padahal kamu sangat ingin menggegam, dan dia kembali saat kamu sudah mulai pulih. —Algieba A. Rajendra Oshe.

Mereka saat ini berada di sebuah taman yang berada di SMA Renvarica, tempat dimana Algieba dan Zeline saat menjadi sepasang kekasih dahulu, entah apa maksud Algieba mengajak Zeline kemari.

Zeline terus tersenyum memandangi wajah Algieba yang tak banyak berubah, ia masih terlihat sama tetapi tidak dengan sifat dan perlakuannya.

"Al,"

"Hm?" tanya Algieba bergumam.

"Kita ngapain di tempat ini lagi Al?" tanya Zeline bingung.

"Buat ngingetin dan nyadarin lo,"

"Maksudnya?" tanya Zeline mengerutkan alisnya.

"Masa lalu itu akan berhenti di tempat yang seharusnya. Dia enggak akan bisa berjalan berdampingan sama masa depan," balas Algieba yang memberikan penegasan pada setiap kalimatnya.

"Al—..."

"Gua harap ini jadi tempat yang terakhir buat kita ketemu, persis di tempat pertama kali juga kita ketemu." ucap Algieba lagi.

"Aku kangen,"

"Gua engga," balas Algieba singkat tanpa menoleh ke arah Zeline.

"Kenapa engga?" tanya Zeline terkejut.

"Gua udah pulih Ze, lo enggak segampang itu ngancurin kebahagiaan gua lagi,"

"Aku minta maaf,"

"Udah lama gua maafin,"

"Balik ke aku lagi ya?"

"Enggak." tolak Algieba tegas.

"Terus kemaren kamu kenapa selalu ngasih harapan ke aku?" tanya Zeline mengaharapkan jawaban yang baik.

"Syarat bokap gua buat dapetin Oliviamedia," ucap Algieba dingin.

"Hah?! Kamu gila? Kamu cuma jadiin aku sebagai syarat bisnis kamu aja Al?" tanya Zeline yang sudah tidak bisa menahan tangisnya.

"Jangan gampang baper sama masa lalu, ga semua masa lalu bakal balik jadi masa depan asal lo tau," ucap Algieba datar.

"Tapi aku sayang sama kamu Al."

"Tau lagu pamungkas?" tanya Algieba tiba-tiba.

"Tau Al." ucap Zeline yang masih terisak.

"Dengerin lagunya Flying solo, itu lagu buat lo dari gua." ucap Algieba lalu meninggalkan Zeline.

Zeline masih terpaku dengan ucapan Algieba, bahkan ia masih tak menyangka jika dirinya hanya dibuat sebagai syarat bisnis oleh Algieba. Rupanya laki-laki itu benar-benar sudah melupakan Zeline.

Pamungkas — Flying solo

You do you for now, I'm all I need
I'm good, I'm solo now
Swallow all the pain, I'm fine again
Not dead, I'm stronger now, yeah
And I learned to say no, to you
Then I learned to let go
I'm flying solo
I'll fly without you

~~~

Algieba duduk di balkon rumahnya. Ia memikirkan perkataannya yang kemarin. Apakah ia terlalu keras kepada Zeline? Tetapi bukankah sudah seharusnya ia mendapakatkan itu? Agar ia tidak semakin berharap kepada Algieba.

Menurut Algieba, Zeline adalah wanita baik. Tidak seperti apa yang dipikirkan teman-temannya, mungkin hanya saja ia sempat meninggalkan Algieba disaat ia berada di titik terendahnya dan itu membuat teman-teman Algieba berpikir jika Zeline adalah wanita berhati iblis karena sudah pergi begitu saja. Padahal Zeline memiliki sisi positif dan itu hanya Algieba saja yang tahu.

Zeline berada di pihak Dewa, bahkan ia sangat dekat dengan Ayah Algieba. Ia meninggalkan Algieba tepat setelah Olivia atau Bunda Algieba dinyatakan memiliki penyakit. Zeline juga beberapa kali kepergok berjalan berdua dengan teman laki-lakinya, tetapi dengan sabar Algieba memaafkan dan memberikan kesempatan.

"Ze kalo aja lo bisa bertahan, mungkin sekarang lo masih gua peluk." ucap Algieba melelapkan mata singkat.

Brak.

"Kurang ajar kamu!" ucap Dewa yang membanting pintu balkon dengan keras dan ia menghampiri Algieba. Dengan cepat Algieba menoleh dan bangun dari duduknya.

"Kamu buat Ze nangis lagi? Bahkan Papa dan Mamanya sudah tahu! Saat ini Ze sudah kembali ke Aussie. Papa merasa malu, Al!" ucap Dewa terengah-engah.

"Ngerasa malu atau takut setangah aset Papa hilang? ..." balas Algieba tersenyum simpul.

"... Udah lah Pa, berhenti pura-pura buat peduli sama Ze," ugap Algieba lagi.

"Atau karena keluarga Ze udah tau kebusukan Papa? Mangkanya Papa melindungi mereka?"

Plak

Dewa menampar Algieba dengan kasar. Algieba terkejut dengan perlakuan Papanya itu, karena baru kali ini Dewa berani bermain tangan dengan Algieba. Fanny yang tersadar ada keributan langsung menghampiri Algieba dan Dewa di balkon.

"Kamu semakin kurang ajar ya Al! Kamu tahu kan Papa tidak pernah main kasar ke kamu? Seharusnya kamu mikir! Kalau Papa seperti ini, berarti betapa kurang ajarnya kamu!"

"Mas sudah," ucap Fanny khawatir sambil menenangkan Dewa.

Algieba tidak menghiraukan Dewa, dengan cepat ia melirik ke arah Fanny. "Tante Fanny mungkin cepat atau lambat bakal tahu, Pa. Bukan dari Al, tapi dari orang-orang sekitar yang udah muak sama perilaku Papa!" ucap Algieba meninggalkan Dewa dan Fanny.

Dewa hanya bungkam, sedangkan Fanny merasa kebingungan. Tahu tentang apa? Apakah keluarga Oshe memiliki sebuah rahasia besar?

"Mas? Maksud Al tadi apa?" tanya Fanny penasaran.

"Saya mau istirahat."

~~~

DarahmeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang