Reno Alanka merupakan mahasiswa berprestasi disalah satu universitas yang ada di Jakarta. Berbagai prestasi telah diraih olehnya. Mulai dari Olimpiade sains, menulis hingga melukis tingkat kota maupun nasional telah dimenangkannya. Reno bersemangat mengikuti berbagai macam olimpiade, karena terdorong ucapan kekasihnya yang memotivasinya untuk meraih segala impian yang menjadi passionnya selama ini.
Nadya Elmira, wanita yang sangat berharga bagi hidup Reno. Dia adalah seorang pekerja magang di Restoran Franchise yang berada tepat didepan kampus, tempat Reno menuntut ilmu. Sebenarnya Nadya merupakan anak dari seorang konglomerat ternama yang memiliki bisnis dimana-mana. Tetapi, Nadya lebih memilih untuk hidup mandiri tanpa bantuan dari orang lain ataupun dari papahnya. Karena dirinya tidak mau di cap sebagai anak manja yang selalu tergantung dengan duit orang tua.
Reno dan Nadya berhubungan sudah sangat lama, bahkan mereka telah mengetahui sifat pribadi satu sama lain. Guratan tawa selalu terpatri dari senyum manis sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara itu.
Hingga pada suatu ketika, mereka memutuskan untuk berpisah. Sebab pikiran tak lagi sejalan, karena ego telah menguasai jiwa terdalam. Meski Reno dan Nadya ketahui, jika mereka masih saling mencintai. Namun, perpisahan adalah satu-satunya jalan agar hati tak semakin terlukai.*****
Kring.. kring..Dering weker berbunyi yang menandakan waktu sudah pukul 15.00 sore hari. Reno segera bangun dari tempat tidurnya dan duduk memainkan gitarnya.
Saat Reno hendak memetik gitarnya, ia langsung teringat akan suatu hal. Selama beberapa saat Reno masih saja tak beranjak dari lamunannya, dia masih saja termenung memikirkan Nadya. Wanita yang sangat ia cintai.
"Apa lebih baik aku telepon dia, sekalian menanyakan kabarnya." Gumam Reno sembari memegang telepon genggamnya, bersiap untuk menghubungi seseorang yang ingin ia hubungi.
"Halo, dengan siapa?" jawab Nadya, menanyakan pemilik suara yang ada pada sambungan teleponnya.
"Ha-halo Nadya, i-ini aku Reno" suara yang tak begitu jelas terdengar, namun terkesan begitu kaku.
"Ehh Reno, tumben kamu nelpon aku?" Tanya Nadya pada Reno yang tiba-tiba meneleponnya setelah sekian lama berpisah.
"Gapapa kok, gimana kabar kamu," ucap Reno menanyakan kabar Nadya.
"Aku baik-baik saja" jawab Nadya, pada lelaki yang sekarang menjadi kenangan masa lalunya.
Mereka memang masih memendam rasa, terbukti dari sikap mereka yang masih saling peduli satu sama lain. Tapi rasa malu membuat mereka berdusta atas cinta yang selama ini masih ada. Memasung jiwa dan menuangkan tawa dalam perihnya goresan luka.
Cinta yang rumit dengan perjalanan romansa yang cukup pelik. Membuat raga tak sanggup untuk bangkit dalam menghadapi belenggu kerisauan, inti palung hati terdalam.
Lama mereka menelpon, bersembang menanyakan kabar. Hingga pada pertengahan telepon, tanpa Reno sadari, Reno keceplosan mengatakan kerinduan yang tak pernah ia katakan sebelumnya. Keringat Reno bercucuran, mengalir, membasahi tengkuknya sebagai tanda malu darinya yang terkenal memiliki sifat dingin. Terkesan tidak ramah.
"Na-nadya, aku rindu" tandas Reno keceplosan, mengucapkan perkataan yang ia simpan selama ini.
"Kamu ngomong apa? Aku ga dengar" celoteh Nadya berpura-pura tidak mendengar ucapan Reno. Senyum tipis merekah dari bibir manisnya.
"Ng-ngga kok, bu-bukan apa-apa."
"Yaudah kalo gitu"
Nadya yang masih berharap pada Reno, tak menyangka jika Reno dengan mudah melupakannya dan sama sekali tak merindukannya. Hingga tak terasa Nadya menitikkan air mata mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Reno.
Sekeras-kerasnya Reno menyembunyikan rasa rindunya, sekeras itu pula reno ingin mengutarakan perasaan yang selama ini mengganjal hatinya. Rindu mendalam yang telah lama bersarang dalam benaknya, sesegara mungkin ingin diungkapkannya.
Tetapi sifat keras kepala Reno tak membuatnya berani untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia kekeh menahan rindu, Reno lebih memilih bungkam seribu bahasa, tamengucapkan jika ia rindu. Baginya rindu tak perlu diucapkan, cukup dirasakan kehadirannya dan dipeluknya dalam hangatnya doa.
Maaf kalau cerita yang saya bawakan kurang memuaskan selera pembaca, karena saya baru sekali terjun di dunia menulis.
Bagi kalian yang suka ataupun membaca tulisan saya, jangan lupa vote comment & kritik. Karena kritikan anda adalah sumber semangat bagi saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERSEKAT RINDU MENDALAM
Teen Fiction"Na-nadya, aku rindu" tandas Reno keceplosan, mengucapkan perkataan yang ia simpan selama ini. "Kamu ngomong apa? Aku ga dengar" celoteh Nadya berpura-pura tidak mendengar ucapan Reno. Senyum tipis merekah dari bibir manisnya. "Ng-ngga kok, bu-bukan...