•• tiga ••

45 10 6
                                    

Kala and Her Prince Bee – 03

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kala and Her Prince Bee – 03

Apa ada hal yang jauh lebih menyenangkan, dibanding melakukan aktivitas yang menjadi hobi kita? Ada, yaitu mengembangkan hobi tersebut.

┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Suara engsel lemari yang saling bersahutan terdengar menggema dari dapur. Jika engsel dari lemari tersebut bisa berbicara, maka niscaya ia sudah memarahi anak sang pemilik rumah yang berulang kali membuka dan menutup pintu tersebut. Total ada 5 lemari gantung yang ada di dapur, dan jika ditarik garis akhirnya, sudah 15 kali suara buka-tutup pintu tersebut terdengar. Artinya, masing-masing lemari tersebut sudah dibuka sebanyak 3 kali.

Namun sepertinya, mau berapa kali lemari tersebut dibuka hingga engselnya rusak pun, percuma saja. Gadis yang sedari tadi bolak-balik membuka lemari tersebut terlihat begitu kesal.

“Mana, sih, mienya. Ish, gak tau orang lagi lapar apa.”

Kala mendengus kesal, cacing-cacing di dalam perutnya sudah melaksanakan aksi demonstrasi sedari tadi. Namun, tidak ada sebungkus miepun yang terselip di antara bungkusan makanan lainnya yang ada di lemari.

“Neng Kala nyari apa?” Bi Mira yang baru saja datang ke dapur, bertanya-tanya ketika melihat anak majikannya itu sedang membongkar isi lemari.

“Kala lagi nyari mie, Bi. Tapi, gak ada di dalam lemari.”

Bi Mira menepuk dahinya, ia baru saja ingat stok mie di rumah ini habis. “Eh, iya, Neng. Bibi lupa, mie nya udah habis. Kemarin pas ke supermarket, lupa beli.”

Kala menghela napasnya, jarak antara rumahnya dengan supermarket lumayan jauh. Sebenarnya, bisa-bisa saja gadis itu pergi ke supermarket, namun, ia tengah berada dalam mode malas menggunakan kendaraan bermotor.

Bi Mira juga sudah menyiapkan sarapan pagi, akan tetapi, Kala sedang tidak berniat makan masakan yang berbau seafood hari ini.

Ah, hari ini hari minggu, kan? Kala melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, masih pukul 7 pagi, artinya warung buburnya pak Tedjo masih buka.

“Ah, iya, gak apa, Bi. Kala mau makan bubur di warungnya pak Tedjo aja. Kala duluan, ya, Bi.”

“Iya, hati-hati, Neng.”

Kala segera bergegas dari rumahnya. Tujuan utamanya sekarang ialah warung pak Tedjo yang ada di depan kompleks. Tidak apa-apa bila ia harus berjalan kaki ke sana, hitung-hitung membakar sedikit kalori.

Kala and Her Prince Bee [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang