Adel membaringkan tubuhnya di kasur, merasakan kelembutan bantal yang sedikit menghibur dari kegelisahannya. Tiba-tiba, bayangan kejadian setahun lalu melintas di benaknya, mengingatkannya akan momen yang hampir merenggut nyawa Sahil dan nyawanya sendiri.
Flashback On
Di sebuah gang gelap, Mutia, dengan tatapan dingin dan pistol di tangannya, mendekati Sahil dan Adel.
"Kalian mau lari kemana?" suara Mutia terdengar penuh dengan ancaman.
Sahil, dengan penuh keberanian namun juga putus asa, menjawab, "Silakan kalau mau bunuh aku."
Mutia tersenyum dingin. "Oke, aku akan menembakmu."
Mutia mulai mengarahkan pistolnya ke Sahil. Saat peluru hendak melesat keluar dari moncong pistol, Adel dengan cepat mendorong Sahil ke samping, mengambil risiko yang mengerikan. Peluru itu akhirnya menembus dada Adel.
"Aghhhhh," rintih Adel, tubuhnya ambruk ke tanah, merasakan sakit yang luar biasa.
"Adellllll!" teriak Sahil, segera menghampiri Adel yang tergeletak tak berdaya.
Flashback End
Adel membuka matanya, menarik napas dalam-dalam. "Oh iya kan, sejak waktu itu ibu hidup dengan satu ginjal," gumamnya dengan khawatir. Pikirannya mulai mengembara tentang ibunya yang sudah mengorbankan begitu banyak untuknya, sementara ia masih anak SMA yang belum bisa membalas semua pengorbanan itu.
Dengan tekad yang menguat, Adel bangkit dan berjalan ke meja belajarnya. la mengambil celengannya dan, dengan perasaan bercampur aduk, memecahkannya. Kepingan-kepingan uang tersebar, namun setelah dihitung, hanya ada 500 ribu.
"Huhhh, uang tabunganku masih 500 ribu," desah Adel, frustrasi. "Nanti kalau udah kuliah bisa nggak yah sambil kerja daripada nanti nungguin lulus," lanjutnya, pikiran mulai berkecamuk dengan berbagai kemungkinan dan ketidakpastian.
Adel kembali membaringkan tubuhnya di kasur, merasakan berat beban yang menghimpit hatinya. "Dan belum tentu aku bisa kuliah," pikirnya, mengingat betapa pentingnya masuk nominasi jalur SNMPTN.
Setelah merenung sejenak, Adel memejamkan matanya, berharap bisa melupakan sejenak semua kekhawatirannya dalam tidur.
Pukul 06.15
Di kelas, suasana pagi itu sedikit garing. Kella duduk di bangkunya sambil melirik ke kelas sebelah yang masih kosong. "Huh!! Ini kita yang berangkat terlalu pagi atau teman-teman yang telat?" tanyanya sambil mengernyitkan dahi dan melihat jam di tangannya.
Andi yang duduk di sampingnya berusaha mencairkan suasana dengan senyum lebar. "Terlalu malam," katanya dengan nada santai.
Kella menatapnya dengan tatapan mencibir, "Dihhh nggak lucu." Ia menyengir, tampak sedikit kesal dengan jawaban Andi.
Andi hanya bisa berdehem, tidak tahu harus berkata apa lagi.
"Oh iya, aku mau nanya nih," ujar Kella sambil berdiri di depan Andi dan Adel yang sedang duduk, membuat keduanya mengalihkan perhatian mereka ke arahnya.
"Nanya apa?" Andi bertanya dengan mata berbinar-binar, penasaran.
"Nanya apaan?" Adel mendongak dengan tatapan penasaran, mencoba untuk ikut terlibat dalam percakapan.
"Selera pasangan kalian apa?" Kella bertanya dengan penuh rasa ingin tahu, menatap kedua temannya satu per satu.
"Seleraku cewek yang agak cuek tapi kadang juga bawel kayak kamu, Kell," jawab Andi dengan rasa percaya diri yang tinggi, membanggakan dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
SI HUMORIS
HumorSI HUMORIS bukan hanya tentang tawa dan canda, tetapi juga tentang persahabatan yang erat dan saling mendukung. Mereka saling menguatkan saat sedih, saling menghibur saat terpuruk, dan selalu ada untuk satu sama lain dalam suka dan duka. Kisah merek...