44. Kisah Masa Lalu

81 12 98
                                    

Semua orang tidur di ruang tunggu, kecuali Rishi. Kedua matanya enggan terpejam lagi setelah sempat ketiduran selama beberapa saat tadi.

Mimpi yang mendatanginya dalam tidur yang hanya sesaat tadi, terasa sangat nyata. Rishi tidak ingat bagaimana mimpi itu, tapi dia merasa mimpinya seperti memberi tanda, dan ada Rhea di mimpi itu.

Sekarang beban pikiran Rishi bertambah lagi; kesembuhan Rhea, permintaan Rhea soal dia dan Arzoo, lalu mimpi itu. Entah mengapa, selama ini Rishi tidak pernah yang namanya memikirkan mimpi, tapi mimpi kali ini beda.

"Rishi? Kau tidak tidur?" tanya Jai yang kebetulan terbangun.

Rishi menggeleng pelan, "Aku tidak bisa tidur."

Rishi pun masuk ke ruang Rhea dirawat. Dokter Shweta bilang, Rhea boleh ditemui dan dijaga, hanya saja Arzoo yang mendapat hak istimewa itu malah mengatakan tidak tega melihat kakaknya sakit.

Kedua mata manis yang kadang melotot, mendelik, dan selalu terbayang dalam ingatan Rishi itu terpejam rapat. Sungguh, Rishi sangat sesak melihatnya. Tidak pa-pa jika Rhea memelototinya, atau marah-marah padanya, atau kesal karena dia yang terus mengungkapkan cinta, atau yang tak henti-hentinya menolak cinta Rishi, tidak apa-apa. Yang penting, Rhea tidak sakit begini.

"Kau harus sembuh, Rhea .... Kumohon jangan tinggalkan aku ..." lirihnya.

-
-
-

Rhea mengerjap saat merasa ada makhluk lain menindih tangannya. Benar. Rishi, pria itu tertidur di kursi sambil menyandar pada tangannya.

Entah Rhea harus bagaimana, hatinya terenyuh menyaksikan itu. Tidak terhitung berapa kali saja dia mematahkan hati Rishi dengan terus menolaknya, tapi Rishi, sedikit saja pria itu seolah tak merasa marah.

Rhea pernah dengar, saat seorang pria menyukai wanita, pria itu akan bersikap baik pada si wanita, agar wanitanya terkesan dan menerimanya. Dan untuk kasus Rishi, Rishi bukan hanya baik padanya, tetapi juga adik-adiknya. Bahkan setelah semua yang terjadi, tetap tidak berubah. Inikah yang dinamakan cinta sejati?

Salahkah jika Rhea tetap tidak menerima Rishi? Salahkah jika Rhea meminta Rishi mencintai adiknya saja dan bukan dia? Rhea hanya tidak ingin melihat air mata mengalir dari pelupuk mata pria sebaik dan setulus Rishi.

'Siapa pun yang dekat denganku, dia akan berakhir menyedihkan, Rishi. Aku tidak mau itu terjadi padamu. Kau sangat baik, dan kau berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dariku,' batin Rhea.

Mata Rhea menerawang jauh ke kejadian beberapa tahun lalu. Kejadian yang ingin dia hapus dari memori otaknya, atau jika bisa dia ingin memutar waktu agar itu menimpanya saja.

Rhea kecil berhasil menangkap balon berbentuk kartun milik adiknya, Arzoo. Arzoo menangis berguling-guling di rerumputan menangisi balon itu karena tidak sengaja terlepas dari tangannya. Karena tidak tega, Rhea memilih mencarikan balon itu meski sang Ayah sudah melarang.

Balon sudah berada di tangan, tapi Rhea malah bingung sendiri. Bagaimana caranya turun dari pohon setinggi ini? Rhea merutuki kebodohannya yang hanya terfokus pada balon sampai tidak sadar sudah memanjat pohon tinggi. Di malam yang semakin larut ini, siapa yang akan datang ke hutan dan menolongnya?

Apa?

Hutan?

Pandangan Rhea mengedar ke sekeliling, dan memang benar, dia berada di hutan yang agak jauh dari lapangan tempat pasar malam diadakan. Ya, dia sekeluarga pergi ke pasar malam.

"Kalau aku lompat, kakiku patah tidak, ya?" gumamnya.

"Tidak akan, lompat saja."

Rhea melirik ke bawah, seorang anak laki-laki seusianya berdiri di bawah sana sambil menatapnya.

Stay A Little Longer (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang