HUJAN

62 0 0
                                    




Seharusnya malam ini aku berada di sebuah gedung dengan banyaknya hiasan-hiasan bunga, kain-kain putih, beberapa hidangan mulai dari nasi sampai zupa soup. Kini yang ada dihadapanku hanya secangkir kopi hitam dan satu batang rokok yang menyala ditaruh di meja lusuh bergambar sponsor dari salah satu merk kopi saset.

            Aku mengeluarkan sebuah amplop dari dalam saku kemeja yang di amplopnya tertulis "Dari sahabatmu", aku membuka amplop tersebut mendapati uang 10.000 lalu kugunakan uang tersebut untuk membayar kopi dan rokok.

            Aku saat ini memang sedang sendirian, akan tetapi sebelum menuju ke sini atau tempat yang seharusnya aku datangi, aku dan temanku berangkat bersama seolah sedang konvoi, tapi ketika di perjalanan pikiranku terus menerus kacau ditambah dengan suasana hatiku yang sedang gundah gulana, tanpa berpikir panjang aku pelankan laju motorku sampai aku menempati posisi paling akhir, dirasa sudah tidak ada yang memperhatikan, aku membelokkan stir menuju arah yang tak tahu tujuannya, hingga hujan mulai turun dan aku singgah di sebuah warung ini.

            Beberapa pesan masuk di whatsapp ku, ketika aku membuka hp sudah muncul sekitar 48 pesan dan 21 panggilan tak terjawab, salah satu orang yang memanggil tersebut ialah Kayla, sahabatku sejak SMP, orang yang paling aku kagumi, orang yang paling aku cintai, dan orang yang akan menikah pada hari ini. Tentunya siapakah diriku ini? Yang hanya seorang teman masa sekolahnya dan menginginkan mereka untuk tidak bersama, aku bukan ayah Kayla, aku tak punya hak mengatur kebahagiannya, tapi... Kebahagian ku diatur olehnya, oleh Kayla. Perempuan dengan tinggi yang hampir sama denganku, berambut hitam cemerlang, dan suka memakai kacamata walau matanya sehat-sehat saja, orang yang aku sukai sejak pertama bertemu dengannya, yang hampir setiap hari di kelas bercanda-tawa, makan bersama, dan mengerjakan tugas bersama, dia menjadi alasan aku bersemangat ke sekolah. Rutinitas itu bahkan kami bawa sampai SMA, dan berhenti saat kuliah karena kami mengambil jalan masing-masing, dialah orang yang mengatur kebahagiaanku.

"Rangga, kamu ga bosen emangnya ngejomblo terus? Ada orang yang suka kamu tau!" Kayla bertanya sekalian menegur kepadaku, saat ini kami sedang menepi di depan Alfamart karena terjebak hujan ketika pulang dari sekolah.

"Ohh ya? Siapa tuh?" Aku membalasnya dengan senyuman, dan berpikir orang yang dimaksud adalah dirinya sendiri.

"Rachel, kamu itu ya! Ga peka banget jadi cowok, kamu tau? Dia terus-terusan curhat nanyain kamu ke aku." Nada bicaranya mulai tidak santai.

"Ohh maaf." Jawabku dengan perasaan kecewa saat itu."

"Kalau mau minta maaf ya ke Rachel, menurut aku kalian itu cocok kok." Ungkap Kayla dengan memeluk kedua tangannya.

"Ya menurut orang lain keliatan cocok, tapi perasaan itu ga bisa dipaksa kan?"

"Bener juga sih..." Kayla menghela nafas lalu melihat hpnya berdering. "Uhm Rangga, aku pulang kayaknya sama dia aja deh, soalnya ini hujan, lagian kasian kamu kalau harus anter aku hujan-hujanan, gapapa kan?"

"Dia?"

"Iya dia, aku kan ga boleh nyebut namanya kata kamu."

"Boleh kok" Aku menjawabnya tanpa memberikan ekspresi apapun, kami sempat terdiam beberapa menit, sampai aku berdiri dan menghampiri motorku walau masih hujan. "Aku duluan ya."

"Masih hujan weh" Kayla menatapku, aku tau dia dapat menebak perasaanku saat itu."Oke kalau gitu, hati-hati Ga." Ekspresinya ikut berubah sama denganku.

            Aku melaju meninggalkan Kayla seorang diri yang sedang menunggu seorang ksatria berkuda di depan Alfamart, sedangkan aku layaknya musuh yang takut terbirit-birit dipanahi air hujan yang menusuk-nusuk seragam sekolahku sampai menembus kulit, semuanya terasa dingin saat itu, bahkan hati ku juga. Bila aku membawa pasukan, ingin aku berteriak sekeras-kerasnya untuk mengucapkan kalimat "Mundur! Medan perang telah dikuasi! Ratu telah ditangkap" Lantang Komandan Rangga memberitahu pasukannya.

Cerita Pendek: HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang