"Kak Ardan udah ketemu?"
"Udah, lo jangan pikirin Ardan. Lo belajar aja dulu, nanti gue jemput, tunggu di depan gerbang, gue ke sana sekarang."
Sudah hampir sepuluh menit Faye menunggu Pitter, bahkan sudah sangat bosan berdiri sendirian di depan gerbang seperti anak hilang. Sejak sambungan telepon berakhir, Faye hanya bisa mendesah kesal sesekali ia menatap arloji yang terpajang manis di pergelangan tangannya.
"Orion!"
Faye menoleh, lalu menunduk ketika Gusti keluar dari gerbang bersama dengan Pandu. Keduanya sama-sama menaiki motor masing-masing. Hanya saja Pandu berboncengan dengan Benua, sementara Gusti sendirian.
"Bareng nggak?" Gusti kembali bersuara, namun diabaikan oleh Faye yang tampak murung di sana, sambil menatap ujung sepatunya.
"Elah! Gengsi banget sih, gue tarik omongan gue tadi deh, yuk balik bareng?"
"Duluan aja, gue nunggu Kak Pitter," balas Faye pelan. Gusti tak yakin dengan jawaban Faye yang tiba-tiba menyebalkan kalau diam. Ia pun turun dari motornya, lalu berjalan mendekati Faye.
"Kenapa sih?"
Faye mendongak, ia pun menatap Gusti dengan sendu. Bahkan sedari tadi kedua matanya sudah berkaca-kaca.
"Kakak lo kenapa?"
"Mau gue bantu cari? Biar gue sama temen-temen gue bantuin cari, kalau memang ada masalah sama Kakak lo, Ri?"
Gusti itu baik, bahkan ia tidak seburuk yang kelihatan. Hanya saja tingkat percaya dirinya kelewat batas bahkan tak peduli lagi dengan omongan orang tentang dirinya. Gusti terkejut saat Faye bersandar di dada bidangnya sambil menunduk. Ia benar-benar tak kuasa untuk menahan air matanya agar tak terjatuh.
"Kak Ardan hilang, gue harus apa, Gus?" Katanya lirih. Gusti baru mengenal Faye, tapi rasanya sudah sangat dekat bahkan pernah merasakan hal yang sama sebelumnya. Seperti ada memori yang hilang, namun kembali perlahan. Kali ini Gusti hanya bisa menenangkan Faye dengan menepuk bahunya lalu berbisik untuk menguatkan Faye.
"Gue bantu cari, sampai Kakak lo ketemu. Udah jangan dipikirin lagi."
Benua dan Pandu hanya bisa menyaksikan kejadian yang jarang mereka lihat. Biasanya Gusti akan bersikap masa bodo dengan orang-orang, tentu hal itu akan membuat semua orang heran bila melihat Gusti bisa dekat dengan orang lain, seperti kedekatannya dengan Faye yang baru saja dikenalnya.
"Orion?" Pungkas seseorang yang baru saja sampai. Cowok itu nampak merasa bersalah, bahkan ia langsung merengkuh tubuh Faye untuk masuk dalam peluknya. Gusti yang terkejut memilih melangkah sedikit mundur.
"Maaf gue kelamaan, tadi macet lo jangan sedih, Ardan oasti ketemu kok, ada Nakula sama Kak Sabit yang bantu cari," ucapnya pelan. Tanpa berkata apa-apa Gusti pun menjauh kemudian kembali menaiki motornya lalu melaju tanpa dosa diikuti oleh Pandu di belakangnya.
"Gue pasti bantu lo, Rion." Gusti benar-benar tak tega, padahal beberapa jam lalu ia dan Faye bersenang-senang karena dihukum. Tidak! Bukan mereka, tapi hanya Gusti yang bangga karena bisa membuat Faye kesal padanya.
🍨🍨
Sepanjang jalan Faye diam, meski Pitter sudah melontarkan banyak pertanyaan, namun Faye tetap menjawab dengan satu kalimat 'ingin pulang ke rumah' hal yang paling Pitter benci ketika Faye murung, sifatnya sama seperti Ardan yang enggan untuk bicara.
"Rion, lo jangan diem aja dong, lo bukan Ardan yang kalau diajak ngomong harus teriak, kan? Ada apa ? Ardan pasti ketemu," ucap Pitter akhirnya. Karena sudah jengah dihiraukan Faye terlalu lama. Pitter pun menepikan mobilnya di dekat penjual es krim pinggir jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANCHOR ✅
Teen Fiction(Revisi) Faye Orion Ardanu. Si Bungsu dengan segala hal yang menarik perhatian orang banyak. Faye hanya perlu berkata tapi sulit untuk melakukannya. Dia hanya perlu merasakan tanpa peduli akibatnya. Besar bersama dua orang Kakak yang luar biasa, set...