Bab 2

310 76 16
                                    

Apapun yang akan menjadi takdirmu,
pasti akan mencari jalannya sendiri
untuk menemukanmu.
(Ali Bin Abi Thalib)

Kamu tidak perlu khawatir tentang jodohmu, karena jika dia takdirmu, maka milik kamu, tidak akan pernah menjadi milik orang lain.

   Pukul lima pagi, sudah sepuluh menit Arum berdiam diri merapihkan baju seragam SMA-Nya yang berwarna Abu-abu dan putih, sejak tadi ia sibuk merapikan baju serta kerudungnya. Sesekali ia memutarkan badannya untuk melihat penampilannya. "Akhirnya rapi juga," gumamnya.

Ia pun turun ke bawah untuk sarapan, Arum yang bangun lebih awal dari seperti biasanya membuat Yusuf terkejut melihat putri bungsunya sudah rapi di hadapannya.

"Selamat Pagi Mama, Papa," ucap Arum sambil menyimpan tas di kursi meja makan.

Yusuf terkejut melihat penampilan putri bungsunya yang berbeda dengan raut wajah yang termenung.

"Ini anak Papa? Cantik banget. Sekarang anak Papa bangun lebih pagi ya," ujar Yusuf sambil terkikik geli.

"Papa bisa aja, kak Barra mana? tumben belum ada di meja makan, biasa dia duluan," tanya Arum sambil menyendok nasi goreng buatan Aisyah.

Barra pun datang menghampiri meja makan dan duduk di sebelah Arum.

"Ada yang cariin Barra nih, kangen yah?" Ucap Barra dengan membuka piring yang ada di hadapannya.
Arum yang mendengar ucapan Barra langsung ternganga.

"What!! Gak usah geer dulu deh kak jelekkk." Ujar Arum sambil mengejek lelaki itu.

Aisyah yang melihat tingkah laku kedua anaknya sangat bahagia karna kedua anaknya sangat akrab dan saling menjaga satu sama lain.
Barra yang terkejut melihat perubahan pada adik satu-satunya yang berpakaian rapi dengan hijab yang menutupi bagian dada, ia berharap adiknya tetap seperti itu.

***

Arum yang berangkat lebih pagi dari ke empat sahabatnya itu, saat gadis itu masuk kelas ia terkejut melihat kelasnya yang masih kosong dan hanya ada tiga murid. Arum pun duduk di bangkunya, ia merasa teman sekelasnya memperhatikannya, namun salah satu teman sekolahnya bertanya.

"Rum, tumben berangkatnya pagi sekali?" tanya Novi sambil duduk di atas meja.

Gadis itu pun mulai ngerti kenapa teman sekelas memperhatikannya. "Oh..., kiraiin ada yang salah sama gue," gumam Arum.

"Heheh,,, tadi i-itu hanya bangun lebih awal aja." Jawab Arum dengan menggaruk kepalanya sambil senyum kecil.

Pukul enam tiga puluh pagi siswa-siswi SMA Nusa Bangsa sudah mulai berdatangan. Maya, Dea, dan Nazwa yang terkejut karna melihat Arum sudah ada di kelas, para sahabatnya pun saling bertanya.

"Kesambet apa Lo jam segini udah ada di kelas," tanya Maya dengan menaruh tasnya di atas meja.

"Eh, iya aneh banget biasa jam segini Lo belum datang." Ucap Nazwa sambil membalikkan badannya ke hadapan Arum.

"Gak boleh gitu, mungkin Arum sedang ada urusan makanya datang awal." Ujar Dea sambil duduk di samping Arum

Arum yang kebingungan kenapa semua orang bertanya-tanya, "nih orang sekelas maunya apa sih, gue datang awal salah, gue datang telat di omelin." Hati Arum bersuara.

"Nah iya tu benar kata Dea," jawab Arum dengan senyum terpaksa.

Sudah tiga jam belajar mengajar berlangsung, namun terhentikan sebentar karna adanya pengumuman untuk anggota baru Rohis SMA Nusa Bangsa bahwa ada rapat jam istirahat yang diumumkan melalui speaker kelas.

JARAK UNTUK KITA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang