11. Raindrops (An angel Cried) pt. III

261 61 17
                                    


Izinkan saya memperkenalkan lengan Jeon Jungkook!! 

Kalo rambutnya pendek mirip Leon S. Kennedy

 Kennedy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Keesokan paginya, mereka menguburkan jasad Hyeyoung di bukit kecil di belakang rumahnya, di bawah pohon. Butuh waktu untuk membujuk Eunwoo, namun akhirnya dia setuju menguburkan jasad Sean di samping makam kakak perempuannya. 

Jungkook menemukan kayu-kayu tak terpakai di gudang pagi itu. Berdua Eunwoo, kayu-kayu itu mereka belah lalu mereka ukir dengan masing-masing nama Hyeyoung dan nama Korea Sean. Seojun dibantu Jimin menghiasi kayu nisan dengan bunga-bunga yang ditempel dan direkatkan di sekeliling nama Hyeyoung. Mereka melakukan ini dengan sangat hati-hati dan tekun sebagai bentuk penghormatan terakhir. Tentu bunga-bunga itu akan layu pada akhirnya, kecantikannya akan memudar. Tapi bunga itu terlihat cantik sekarang, dan itulah elemen yang paling penting di tengah-tengah keburukan serta kekejaman yang terjadi di sekitar mereka.

Mereka selesai menguburkan Hyeyoung dan Sean siang hari. Eunwoo baru selesai menaburkan bunga dan bangkit berdiri, mengirim doa keselamatan untuk kakaknya. Seojun merangkul Eunwoo dan menyandarkan kepalanya di pundak kiri Eunwoo. "Apa sekarang kau membenciku?"

Malam sebelumnya, setelah Seojun menembak Hyeyoung di kepala. Dia masuk ke ruang tamu, duduk di samping Eunwoo yang menunggunya, mereka menangis bersama untuk waktu yang cukup lama. Jimin sampai tidak berani masuk ke sana untuk mengganggu momen berduka itu. Akhirnya dia biarkan Eunwoo dan Seojun ketiduran di ruang tamu sampai pagi.

Eunwoo menatap Seojun, ada keterkejutan di wajahnya. "Aku tidak membencimu. Kita berdua tahu, kita semua tahu, dia akan berubah..." Eunwoo dan tatapan sendunya menatap Seojun lekat-lekat di mata. "Aku masih tetap mencintaimu setelah apa yang terjadi. Aku hanya tidak yakin sanggup melakukannya jika Hyeyoung memintaku untuk menembak dia. Menurutmu apa sebaiknya aku yang melakukan itu?"

"Tidak." Seojun menggeleng. "Itu terlalu menyakitkan buatmu. Aku malah lebih merasa bersalah lagi kalau sampai merusak kenangan masa kecilmu dengan kakakmu. Kenangan yang harus kau simpan adalah Hyeyoung saat kau masih kecil. Itu yang terbaik yang harus kau lakukan."  

Bukan Hyeyoung yang sekarat dan nyaris berubah.

"Dia benar, kawan." Jungkook menjangkau pundak Eunwoo yang satu lagi, menepuk-nepuknya pelan.

Mereka terdiam selama beberapa saat yang paling menenangkan. Tidak ada zombie berkeliaran. Benar-benar cuma mereka berempat, memandangi kuburan dengan pikiran masing-masing, sementara angin sepoi-sepoi musim panas bertiup di atas kepala mereka, menggoyangkan dedaunan dan ranting-ranting pohon. 

"Kakakmu titip pesan padaku," gumam Seojun. "Mau dengar?"

"Apa?" tanya Eunwoo. 

"Dia bilang kita harus selalu bersama dan saling jaga." Seojun tersenyum padanya. "Jadi, bagaimana menurutmu, Sayang? Bersedia menghabiskan sisa hidup denganku?"

Sayang. Tubuh Eunwoo merasa tergelitik mendengar panggilan itu. Untuk pertama kalinya dipanggil "Sayang" oleh orang yang paling dia sayangi. Dia tersenyum. "Apa masih perlu dipertanyakan lagi?" 

Bibir mereka bertemu, kecupan lembut tanpa hasrat menggebu-gebu di dalamnya. Jungkook dan Jimin yang melihat itu tergerak untuk melakukan hal yang sama. Jungkook merangkul pundak gadis di sampingnya lalu mencium bibirnya selama tiga detik. Nah. Begitu. Itu saja sudah cukup. Lanjutannya nanti. Di kamar. Berduaan. 

"Berikutnya rencana kita apa?" Eunwoo berpaling pada Jimin dan Jungkook. 

"Kau dengar sendiri, ada banyak orang-orang selamat di kota ini," kata Jungkook. "Kita tidak mungkin meninggalkan mereka begitu saja, sementara Sean yang bertanggung jawab di sini sudah tidak bisa diharapkan lagi." 

Seojun gigit bibir. Sebagai oknum yang menghancurkan kepalanya... tentu saja dia merasa bersalah. Tapi mau gimana lagi, terpaksa, daripada lehernya yang jadi korban.

"Terus gimana?" Eunwoo mengernyit. "Maksudmu kau mau menggantikan posisi Sean?"

"Bukan menggantikan posisinya, justru kita harus lebih baik darinya," ucap Jungkook. "Aku masih ingin menjelajahi kota ini sekaligus mengumpulkan informasi. Busan dan Daegu bisa menunggu, lagipula, aku yakin ada orang-orang di kota ini yang lebih tahu soal itu." 

"Sekalian deh kita jadi pembasmi zombie," ujar Jimin. "Informasi lebih cepat terkumpul selagi kita berkeliling membantu orang-orang, nah semakin luas lingkaran manusia yang kita temui semakin banyak juga yang kita dapatkan dari mereka." 

Tadinya Eunwoo kira cewek itu bercanda. What the heck pembasmi zombie?

Namun ekspresi Jimin tidak juga goyah. Ditambah Jungkook melebarkan seringai, ini membuat Eunwoo curiga kalau dua orang itu telah merencanakan sesuatu. 

"Kupikir kita sudah sepakat dengan aturan," Seojun hendak protes. 

"Ya, lalu masing-masing dari kita mencumbu bibir mereka." Jimin ngomong blak-blakan. "Menurutmu itu apa?"

Seojun bungkam. Kalah debat. 

"Satu hal yang perlu kita tanamkan dalam kepala, jika sesuatu terjadi pada salah satu dari kita, jangan pernah ragu untuk melepaskan tembakan," ucap Jungkook penuh tekad. 

Hening. 

"Kalian paham?"

Seojun mengusap-usap wajahnya frustasi. "Sumpah, aku gak paham sama jalan pikiran kalian." 

"Aku harap kita punya senjata-senjata yang canggih, saking canggihnya kita nggak bakalan kalah semudah itu," kata Jimin. 

"Aku dan Eunwoo bisa memperkuat kalian dengan latihan bela diri rutin," usul Jungkook. "Pertahanan dari dalam, lebih canggih dari senjata paling canggih sekalipun."

.

.

.

-tbc- 

Sorry this is too short, melanjutkan chapter sebelumnya. Di part 12 kalian akan melihat mereka lebih luwes dalam bisnis perburuan zombie. 

 I hope you love that. 

Gak cuma itu, bakal bermunculan karakter-karakter pejuang baru yang menemani petualangan mereka.
















Zombieland [KookMin/SuSeo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang