864 (2)

91 18 0
                                    

Suara gemerincing lonceng terdengar begitu Marina membuka pintu. Dia datang lagi ke kedai itu. Tidak seperti kemarin, ia melihat Levi ada di balik meja bar.

"Selamat sore, Tuan Levi."

"Kau datang lagi.", balasnya. Marina yakin tempat ini akan semakin sepi jika pemiliknya punya sikap seperti itu. Ia tertawa dalam hati, tidak masalah, karena dia akan memperbaikinya.

"Bukankah sudah kubilang kalau Aku akan kembali?"

"Kukira tidak secepat ini."

"Anda harus terbiasa. Sepertinya Aku akan sering datang. Nah, kali ini aku ingin mencoba teh hijau Anda. Anda sendiri lebih senang teh hijau atau teh hitam?"

"Aku? Teh hitam."

"Kalau begitu satu teh hijau dan satu teh hitam. Aku akan menunggu di tempat yang sama seperti kemarin."

"Kau ingin mengobrol lagi denganku?"

"Ya. Aku tidak bisa minum teh hijau dan teh hitam sekaligus. Dan kurasa Anda juga tidak sibuk."

Levi tidak habis pikir. Dia sendiri tidak tau harus melakukan apa kepada gadis yang tiba-tiba muncul dan mengatakan kalau dia mengenalnya. Sebenarnya Levi belum mengingat mengenai pertemuan mereka sebelumnya, karena itu bukan pertemuan penting yang memang harus dia ingat.

Namun demikian jauh di dalam hatinya dia merasa lega. Lega karena ada orang lain disini. Sejak dia pindah dan membuka kedai, tidak ada seorang pun yang datang. Ia sebenarnya tidak ingin mempermasalahkan itu.

Tapi kesendirian ini selalu membuatnya mengingat akan hal-hal di masa lalu, dan itu mengganggunya. Itu membuatnya sadar kalau dia memang belum siap untuk memulai langkah yang baru. Terkadang dia memaki dalam hati, padahal sudah 10 tahun berlalu.

Ia sempat berpikir untuk menyerah dan akan menutup kedai sampai dia benar-benar siap. Meskipun kedai teh ini sebenarnya adalah impiannya setelah pensiun dari Tim Pengintai.

Namun kemudian gadis itu datang dan menjadi pelanggan pertamanya. Dan juga orang pertama yang mengajaknya mengobrol untuk sekian lama. Karena itulah, dia menuruti gadis itu, untuk sekadar mendengarkannya berbicara dan menanggapi dengan seperlunya. Itu sudah cukup.

Levi meletakkan dua cangkir teh dan menyimpan nampannya di meja lain, kemudian duduk di hadapan Marina.

"Apa belum ada pengunjung lain selain Aku?"

Levi hanya mengangguk. Memang benar. Dan Levi tidak terlalu mempermasalahkan hal itu.

"Kurasa Anda harus melakukan sedikit perubahan di kedai ini. Maukah Anda mendengarkan saranku?"

"Tentu."

Marina meletakkan cangkirnya. "Baiklah. Mulai dari pekerja, Anda tidak bisa bekerja sendiri, Anda harus mencari pekerja lain yang lebih paham mengenai teh. Kemudian untuk menu teh, Anda tidak bisa hanya menjual teh hijau dan teh hitam saja."

Levi tidak menanggapi, tapi ia berpikir mungkin yang dikatakan Marina ada benarnya. Ia tidak terpikirkan mengenai hal itu sebelumnya, karena hanya fokus pada dirinya sendiri dan ketenangan yang ada di kedai ini.

"Aku tidak suka jika mempekerjakan orang yang terlalu banyak bicara, Aku lebih suka ketenangan."

"Dan selanjutnya. Sikap Anda."

"Apa?"

"Anda harus lebih ramah kepada pelanggan. Atau kalau tidak, cari pekerja yang akan ramah kepada pelanggan."

"Apa Aku memang terlihat seburuk itu?"

"Tidak juga sebenarnya. Aku tidak masalah dengan itu, tapi belum tentu orang lain akan senang."

Itu benar. Nampaknya gadis itu biasa saja dengan sikap Levi. Sebuah pemikiran entah kenapa tiba-tiba muncul begitu saja.

"Kenapa tidak kau saja yang bekerja disini?". Marina bilang dia pernah bekerja di bar sebelumnya, dan juga menyajikan teh untuk Levi. Bukankah pengalaman seperti itu sudah cukup?

Marina memandang Levi dengan ekspresi penuh tanya. "Aku? Tapi Aku banyak bicara."

"Mungkin jika itu kau tidak masalah."

Marina tidak percaya. Dia menjadi sedikit antusias. Yah, dia tidak memiliki pekerjaan di sore hari dan sepertinya akan baik-baik saja jika bekerja di kedai itu. Selain itu dia juga akan lebih sering mengobrol dengan Levi. Marina merasa itu ide yang bagus.

"Anda serius? Jika iya, maka Aku setuju. Mari buat kontraknya dan Aku akan mulai bekerja besok."

"Kontrak?"

"Ya. Kontrak perjanjian kerja. Berisi peraturan di tempat kerja dan juga jumlah gaji yang akan Anda berikan padaku. Anda harus membuatnya."

"Aku tidak memikirkan itu."

Marina menghela pelan napasnya, "Tidak masalah, akan kubantu untuk membuatnya."

"Sebelum itu, gunakan bahasa yang santai. Dan jangan memanggilku Tuan lagi. Levi saja."

"Baiklah, Levi. Mohon kerjasamanya.", Marina mengulurkan tangannya.

Levi memandangnya sebentar kemudian meraih uluran tangan itu. Mereka berjabat tangan. "Harusnya Aku yang mengatakannya. Mohon kerjasamanya, Marina."

Tuan Kedai Teh (Levi Fanfiction) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang