Janda Bohai Kampung

2K 28 1
                                    

CERITA DIPRIVAT!!!

FOLLOW DULU SEBELUM BACA!!!

Mawar menundukkan wajahnya selama melewati daerah tongkrongan para pria.

"Hm ... body-nya ashoi!"

"Mbak, semalem dong!"

"Duh, goyangnya bikin pengen bawa pulang!"

"Mbak, cewek! Sini dong! Main sama abang!"

Suara teriakan pria seperti itu sudah sering Mawar dengarkan. Nada seolah menyepelekan Mawar dan menganggapnya sebagai wanita murahan. Saking seringnya mendengar, kini dia mulai terbiasa untuk menulikan telinga.

"Neng, sama abang, yuk!"

Seorang pria berusia empat puluhan dengan perut gendut itu mencolek lengan Mawar. Sontak, hal itu membuat Mawar langsung menghindar dan mendelik tajam sebagai peringatan.

"Bapak jangan macam-macam, ya! Saya bisa teriak karena bapak berbuat macam-macam pada saya!"

Pria paruh baya itu terkekeh. "Ayuklah, jangan galak-galak. Ntar saya bayar kok, ntar saya beliin susu buat anakmu."

Plak!

Kedua mata Mawar menatap tajam. Ia tak mampu lagi menahan kesabarannya. Pria ini sudah keterlaluan.

"Bapak jangan menghina saya, ya!"

"Eh, janda belagu! Lu tuh harusnya nyadar lu tuh siapa! Gaya banget sama gue gak mau, ntar dikasih duit langsung kegatelan! Jijik! Puih!"

Mawar tersentak karena pria itu meludahinya tepat mengenai baju Mawar. Jijik? Tentu saja. Ketika Mawar ingin membela diri, wanita itu memutuskan untuk segera berbalik dan berlari. Hatinya sakit dan hancur. Mengapa semua pria memperlakukannya seperti itu? Mengapa tidak ada pria yang memperlakukannya dengan baik. Apakah janda sebuah kesalahan? Jika memang iya, Mawar pun tidak pernah menginginkan nasib menjadi janda ini menimpanya.

Wanita dengan paras sangat cantik itu bahkan harus berpindah-pindah tempat tinggal karena banyak ibu-ibu yang cemburu lalu menyerangnya, tak hanya secara lisan, bahkan sampai merusak rumahnya. Yang membuat darah Mawar mendidih saat itu adalah saat anaknya harus menjadi korban karena status jandanya.

Air matanya tak mampu lagi dibendung. Mawar tidak tahu kesalahannya di mana, dirinya hanya ingin hidup tenang bersama putri semata wayangnya. Jaih dari tatapan tajam ibu-ibu yang tidak ia ketahui kesalahannya apa atau cibiran tetangga mengenai berita miring tentangnya yang disebarkan oleh orang tak bertanggung jawab.

Karena bajunya kotor, Mawar melangkah menuju salah satu keran air. Karena ludah bapak itu mengenai baju luarnya yang berwarna putih, seketika kainnya langsung terlihat transparan sehingga membuat tanpa sadar jiplakan bagian tubuhnya terlihat dari balik baju.

Bodohnya, Mawar tak menyadari itu hingga tiba-tiba seorang seorang pemuda yang lewat di jalan dengan montornya menghentikan lajunya di samping Mawar.

"Mbak, bugil aja sekalian!" Pemuda itu berkata seperti kesal lalu melempar jaket ke arah Mawar.

Dengan sigap Mawar menangkapnya, lalu memandang bingung pada si pemuda berseragam SMA itu. Ketika ia memandangnya, pemuda itu mendongakkan dagunya menunjuk ke arah buah dadanya. Seketika Mawar dibuat terbelalak begitu ia melihat bajunya menewarang sehingga memperlihatkan cetakan pakaian dalam hitamnya.

Mawar langsung menutup dadanya dengan jaket yang dilempar pemuda itu. Menatap tajam pada anak SMA yang masih diam di atas motor.

"Kamu ...!"

"Apaan? Gue cuma lewat trus gak sengaja lihat ada orang hampir telanjang jalan sendirian di tempat sepi ini. Nggak ada niat lain kok!"

Mawar terhenyak, ia langsung menunduk malu karena sudah berpikir yang tidak-tidak.

"Maafin saya dek. Saya pikir kamu-"

"Sama kaya bapak-bapak najis tadi? Cih! Gue lebih gentle, Mbak."

Kedua mata Mawar dibuat terbelalak dengan penuturan anak SMA di depannya ini.

"Oh, ya, Mbak ini tetangga baru depan rumah saya, kan? Bareng sekalian aja sama saya."

"Eh?" Mawar terhenyak sesaat, mengingat tetangga barunya di sekitar rumah barunya saat ini. "Bentar, kamu yang anaknya Pak Wahyu depan rumah saya, kan?"

Baru untuk pertama kalinya anak SMA itu tersenyum setelah sebelumnya mempertahankan wajah kesal bersungutnya.

"Nah, bener!"

Senyum Mawar makin merekah karena ia mengetahui anak dari tetangga barunya yang sangat baik padanya dan Milea, putrinya.

"Oalah ... berarti kamu Jerry?" tebak Mawar antusias.

Namun, tebakannya itu malah membuat wajah anak SMA itu cemberut lalu menatapnya dingin.

"Bukan."

"Eh? Bukan? Terus, kamu berarti yang ... Gerry?"

Baru setelah itu pemuda itu tersenyum lalu menaik turunkan alisnya. "Gimana Mbak? Anaknya Pak Wahyu ganteng, kan?"

Mendengar ucapan Gerry itu, tak membuat Mawar tersinggung sama sekali. Sebaliknya, wanita itu justru melebarkan senyuman karena merasa Gerry sangat ramah padanya.

"Iya, anaknya Pak Wahyu itu ganteng-ganteng."

"Hehe ... Mbak bisa aja. Kalau gitu, ayuk Mbak! Bentar lagi malam. Pasti Milea nungguin Mbak."

"Ini beneran gak apa-apa, Ger?"

"Ya gak papa lah mbak."

Seneng banget malahan, imbuhnya dalam hati.

"Oh, ya, Milea kayanya juga dititipin di rumah gue kan mbak? Jadi langsung bareng aja sekalian."

"Eh, iya. Kalau gitu, maaf ya Ger merepotkan."

"Iya mbak, hehe...."

Begitu Mawar duduk di jok motor, Gerry langsung bersorak gembira karena gesekan pantat bohai Mawar terasa sangat niknat di tubuhnya. Meski masih sama-sama terhalang pakaian, tetapi rasanya sudah aduhai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mbak Janda I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang