Meskipun telah berjalan beberapa hari, Levi masih tidak percaya jika kedainya kini telah berisikan beberapa orang. Ia melihat ke arah Marina yang sedang mencatat pesanan para pelanggan yang datang, Marina sesekali bercanda dengan mereka.
Itu semua berkat Marina. Levi yakin beberapa pelanggan disini adalah kenalan gadis itu. Marina mengatakan itu sebelumnya, kalau dia telah menyebarkan rumor bahwa pahlawan Paradis kini membuka kedai teh dan dirinya bekerja disana. Yah, meskipun itu harus dengan menjual pangkatnya dahulu Levi tidak merasa keberatan.
"Anu. Apa kau benar Kapten Levi yang selamat dari kekacauan itu?"
Levi mendecak dalam hati. Bagian inilah yang tidak ia sukai. Kenapa juga orang-orang seperti mereka tidak datang ke kedainya untuk minum teh dengan tenang saja dan tidak usah membahas mengenai itu?
"Ya. Apa kau akan memesan teh? Jika tidak lebih baik keluar saja. Aku masih harus menyiapkan untuk yang lain."
Mereka terlihat sedikit kecewa. Namun ada juga yang menangkap sikap Levi sebagai sesuatu yang keren.
"Hei, nona-nona, bagaimana jika duduk di meja yang kosong itu dulu dan Aku akan mencatat pesanan kalian?", Marina datang dan mengusir halus orang-orang.
Levi menghela napas. Ia berterima kasih dalam hati karena Marina datang menyelamatkannya.
"Ayolah Levi. Kau akan kehilangan penggemarmu jika begini."
"Aku tidak peduli."
"Jangan begitu. Kau tidak akan bisa berkencan dengan seorang gadis jika sikapmu seperti itu."
"Berkencan?", konyol. Diumurnya yang sekarang Levi sama sekali tidak memikirkan mengenai kencan bodoh seperti itu. Ini adalah rahasia, tapi Levi sebenarnya belum pernah berkencan seumur hidupnya.
"Ya, jalan-jalan di pasar bersama, lalu melihat matahari terbenam yang indah sambil berpegangan tangan."
Ah, jadi kencan dalam definisi Marina seperti itu? Levi memberikan ekspresi campuran antara tatapan datar dan jijik. Marina hanya tertawa melihatnya. Dia kemudian pamit untuk pergi mencatat pesanan orang-orang tadi.
Sebulan berlalu. Persediaan teh mereka hampir habis. Marina hanya membeli sedikit persediaan, tidak heran jika itu semua habis karena belakangan ini mereka mendapatkan banyak pelanggan. Dan seperti janji Marina sebelumnya, ia akan mengajak Levi untuk berburu teh ke seluruh wilayah.
Levi menaikkan alis ketika dilihatnya Marina sedang mengelus dua ekor kuda, yang entah sejak kapan berada di depan kedainya.
"Milik siapa mereka?"
"Aku menyewanya."
"Kupikir kita akan naik kereta."
"Akan lebih cepat jika naik kuda. Dulu Aku juga kembali dengan cepat juga karena naik kuda. Kau bisa naik kuda kan?"
Levi mendecih. "Aku yang harusnya menanyakan itu padamu. Memangnya kau pernah berlatih naik kuda sebelumnya?"
"Tidak bisa dikatakan berlatih, sih.", Marina mencoba mengingat. "Aku dulu lari dari kekacauan karena beruntung bisa kabur dengan naik kuda. Sejak itu sepertinya Aku bisa naik kuda."
"Sedangkan kau? Kau belum kehilangan kemampuanmu untuk naik kuda kan, Kapten?", Marina memberi tatapan meremehkan.
Levi kembali mendecih kemudian mengelus salah satu kuda. Dia lalu menaiki pelananya dengan gerakan singkat dan halus. Marina bertepuk tangan senang melihat itu. Levi tersenyum remeh, itu bukanlah sesuatu yang hebat menurutnya.
Mereka berdua kemudian pergi. Marina yang memimpin, karena dialah yang tau jalan-jalan yang bisa dilalui oleh kuda agar sampai di daerah yang mereka tuju.
Hari sudah hampir sore ketika mereka tiba. Mereka tidak menyia-nyiakan itu dan segera menuju pedagang teh untuk memilih beberapa teh yang bagus untuk kedai mereka.
Mereka berpisah sebentar, Marina bilang ingin melihat sesuatu. Sampai kemudian Levi menemukan Marina berada di depan sebuah kios dagang. "Hei, kau membeli apa?", Marina hanya tersenyum kikuk sambil menyembunyikan apa yang ia beli barusan. Itu adalah pedagang aksesoris. Apa gadis itu membeli aksesoris? Kalau iya, Levi tidak peduli. Bukankah gadis memang senang membeli hak seperti itu?
Hari hampir petang. Mereka memutuskan untuk mencari tempat untuk beristirahat. Levi sedikit kagum pada Marina. Dia pikir Marina akan merepotkan di perjalanan, oke dia lupa kalau Marina telah pergi sendirian selama 5 hari sebelumnya.
Kuda milik Marina berhenti di sebuah danau. Matahari terlihat seperti tenggelam di ujungnya. Levi melihat Marina turun dari kudanya, dia mengikat kudanya dengan pohon. Levi mengikutinya.
"Hei, Levi. Bukankah pemandangannya bagus? Jarang bisa melihat senja sebagus itu.", ucapnya menunjuk ke langit oranye kemerahan di ujung danau.
Tunggu. Kenapa ini tidak asing bagi Levi? Mereka telah berjalan di pasar seharian dan sekarang berjalan bersama melihat langit matahari terbenam.
"Apa kita sedang berkencan?"
"Hah?!", Marina menatap Levi tidak percaya. Semakin Marina mengenal Levi, semakin dia tau kalau Levi adalah laki-laki yang terkadang bisa random seperti sekarang.
"Ya. Kau bilang, berkencan dengan seorang gadis dengan berjalan-jalan di pasar, lalu melihat matahari terbenam. Kau seorang gadis, dan kita tadi berjalan-jalan di pasar, dan sekarang melihat matahari terbenam. Bukankah ini seperti kencan?"
Marina menepuk keningnya sendiri. Laki-laki ini sepertinya tidak pernah berkencan. Marina tidak menyangkal, Levi adalah anggota militer terlebih lagi dari pasukan Tim Pengintai yang sejak dulu selalu berhadapan dengan kematian, itu wajar jika mereka tidak punya waktu untuk berkencan.
"Bukan seperti itu."
Kemudian secara tiba-tiba Levi meraih tangan Marina, dan menggenggamnya. Tentu saja Marina terkejut. Ekspresi Levi sendiri biasa saja dan itu malah membuat Marina kesal entah kenapa.
"Aku lupa soal berpegangan tangan. Apa ini sudah bisa disebut berkencan?"
"Hah, terserah kau. Dan kenapa kita tidak memakai ini?", Marina mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Itu ada dua buah bros yang bermotif sama. Ada batu berwarna hijau cerah yang menghiasinya.
"Satu untukmu dan satu untukku."
"Apa ini semacam barang pasangan?"
Marina merasa ingin memukul Levi sekali saja karena ekspresi Levi ketika menanyakan itu benar-benar mengesalkan, tidak ada ekspresi sama sekali. Marina tidak bisa membedakan apakah Levi sungguh berpikir seperti itu atau dia hanya bercanda.
"Anggap saja seperti seragam kedaimu. Nah ini, pakailah.", Marina memberikan salah satunya kepada Levi.
"Dan yang kita lakukan tadi bukan kencan dasar bodoh.", Marina menertawainya kemudian berlari menjauh menuju kuda mereka.
Levi memandangi bros yang ada di tangannya.
Bukan kencan ya? Lalu kencan itu seperti apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Tuan Kedai Teh (Levi Fanfiction)
Fanfiction"Tahun 864. 10 tahun sejak kekacauan yang terjadi antara orang-orang di Pulau Paradis dan orang-orang di luar pulau. Marina bertemu lagi dengan orang itu. Orang yang Marina temui di bar tempat ia bekerja belasan tahun yang lalu." «Levi x Reader as M...