Luna ~ 54

467 19 0
                                    

Luna mendorong pelan pintu menggunakan kak kanan nya. Kedua tangan nya membawa nampan berisi tiga gelas minuman miliknya dan dua sahabatnya. Terlihat dua sahabatnya yang asik melihat meja rias miliknya.

Luna meletakkan nampan tersebut di atas meja dekat tv, lalu mendekat ke arah dua sahabatnya.

"Kalian dua liatin apa si?"

Dita dan Fitri terlonjak kaget melihat Luna sudah ada di belakang mereka.
"Anjir lo ah. Ngagetin aja." Dita mengelus dadanya, sedangkan Fitri mengambil hp nya yang terjatuh, refleks terlempar karena terkejut.

Luna berusaha menahan tawa melihat dua sahabatnya. "Lagian lo mya ngapain sih? Serius amat liat meja rias gue."

Dita menatap tajam kearah Luna. Kali ini dia harus tanya, sebelum dia gila saking penasarannya. "Gue mau nanya ke lo. Jujur." ucap Dita serius.

"Apa?"

Fitri mengambil bingkai foto tadi, lalu memberikan ke Dita. Dita menunjuk foto tersebut. Tanpa ditanya, Luna sudah tau apa yang ingin mereka tanyakan.

"Gue sama Fergo cuma teman."

Dita dan Fitri tetap diam, menunggu kelanjutan dari Luna.

"Gak usah natap kek gitu lah. Risih gue." kesal Luna, paling gak suka kalau ditatap terus menerus seperti ini.

"Cuma teman? Serius?" tanya Fitri curiga.

Luna memutar bola matanya. Dijelaskan pun kedua sahabatnya gak percaya.

"Tapi kalau teman kok sampai dicuci fotonya?"

"Emang gak boleh ya?"

"Ya gapapa sih. Cuma gue liat semenjak lulus sampai sekarang hubungan lo sama dia semakin dekat. Padahal dulu sempat renggang." jelas Dita, Fitri pun mengangguk setuju sama ucapan Dita.

Apa yang dibilang Dita memanglah benar. Luna dan Ferdo sempat lost contact.

Luna terdiam sejenak. Memikirkan apakah Luna harus cerita soal kejadian minggu lalu? Kejadian dimana Ferdo menembak Luna?

Sepertinya dia harus cerita ke mereka dua. Bagaimana pun juga mereka sahabat Luna. Dan mungkin dengan dia cerita, dia dapat saran yang pas. Karena sampai sekarang Luna masih bingung harus gimana lagi.

"Gue pengen cerita ke kalian. Tapi janji jangan ledekin atau bocorin ke siapa-siapa yah." pinta Luna yang langsung disetujui kedua sahabatnya.

Luna menyuruh kedua sahabatnya duduk dulu, menikmati minuman buatan nya sambil mendengarkan curhatan Luna.

"Sumpah dia nembak lo? Anjir udah gue duga pasti bakalan seperti ini." teriak Dita heboh.

"Anjir lo teriak bikin telinga gue berdengung anjir." Fitri mengosok kuat telinga nya. Sedangkan Luna berdecak kesal melihat sikap Dita yang berlebihan.

"Terus mau lo gimana? Kasian anak orang digantungin mulu." ujar Fitri.

"Gue gak tau." Luna membuka salah satu bungkus cemilan nya. "Gue masih bingung. Kalian pasti tau lah masalah gue."

"Tapi saran gue nih ya, Lo jangan terlalu terburu-buru mengambil keputusan. Lo jalani aja dulu layaknya dua orang teman. Karena gini yah, banyak orang yang menyesal karena berpacaran. Kenapa? Karena disaat belum pacaran sikap cowok nya romantis beut dah. Tiap hari digombalin, apa-apa selalu stay, jalan berdua, telvon dan vc berjam-jam tiba giliran udah pacaran? Beuhhh kayak musuhan cuy. Cowoknya cuek sangat." ujar Dita panjang lebar.

Udah kayak ratu percintaan aja si Dita. Padahal dia belum pernah pacaran. Cuma kalau ditanya gebetan, pasti dia lama jawab. Bukan karena lupa siapa nama mantannya, melainkan dia menghitung seberapa banyak gebetannya, atau pdkt an nya.

Kata Dita nih, masa muda gaperlu gonta ganti pacar. Cukup terima banyak cowok jadiin gebetan terus manfaatin.

Gila ya. Kesannya kayak cewe matre.

Tapi ada benarnya sih. Lagian si cowo nya mandang cewe dari fisik. Jadi gak ada salah nya dong kalau cewe juga mandang cowo dari dompet.

Karena ada yang bilang begini. Cantik butuh modal bos. Gak ada duit, gak akan glowing. Lo pun gak akan mau lirik gue kalau bukan karena fisik.

TBC

GIMANA? LANJUT?

LunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang