"Kau sudah bangun?" Hinata bertanya dari pintu, kakinya bergerak untuk meletakkan barang bawaannya di meja dekat brangkar Shin.
Shin hanya menatapnya tanpa berniat menjawab, dia menatap setiap gerak-gerik Hinata tanpa terlewat sedikitpun. Hinata sendiri sedang mengeluarkan buburnya yang masih sedikit panas, dia segera mengambil sendok dan menyerahkannya pada Shin.
"Apa?" Tanya Shin tidak mengerti.
Hinata menghela nafas, "Makanlah, dari kabar yang kudengar kau tidak makan sama sekali sejak baru sadar."
Shin menggeleng, dia kembali menatap jendela dengan tatapan yang sulit diartikan. Hinata menghela nafas, apa susahnya makan?
Hinata meletakkan bubur-nya di nakas, kemudian duduk dikursi sebelah brangkar Shin."Kau ingin pergi, ya?" Shin menoleh, kemudian mengangguk.
"Sudah terhitung 2 hari kau tidak sadarkan diri," Ucap Hinata sambil menghela nafas.
"Sesuatu tentang pertempuran antar-saudara yang kau ceritakan itu belum dimulai kok." Ucap Hinata sambil membuka keripik ditangannya.
"Apa maksudnya?" Tanya Shin bingung.
"Tsunade-sama sengaja membuat masalah dengan Danzo, sehingga itu ditunda." Jawab Hinata apa adanya, lagipula untuk apa disembunyikan?
"Bagaimana bisa?"
"Memangnya kenapa jika bisa? Kau tidak pandai bersyukur, ya?" Hinata mendengus dan mengambil buburnya.
"Makanlah!" Hinata menyodorkan sendok berisi bubur pada Shin.
Shin menggeleng, "Aku tidak lapar."
"Jika kau ingin bertahan setidaknya 1 menit lebih lama, makanlah. Bukankah kau memiliki suatu hal yang perlu kau urus? Waktu adalah emas, tahu?" Hinata kembali menyodorkan sendoknya.
Shin menatapnya sejenak, lalu memakannya. Dia tidak tahu, apakah ini enak atau tidak, dia bahkan sudah mati rasa dengan lidahnya sendiri.
"Bagaimana?" Shin menaikkan alisnya.
"Buburnya.. bagaimana? Enak tidak?" Hinata menarik nafas, berusaha bersabar menghadapi manusia didepannya ini.
"Aku tidak tahu." Hinata tersentak, nada itu dingin dan datar, tanpa emosi, dan seperti seseorang yang tanpa jiwa.
*****
"Tentang penyakitmu itu... itu Benar-benar sudah parah. Aku dan Tsunade-sama tidak bisa menyembuhkannya, kami hanya bisa menghambat penyebarannya untuk sementara." Hinata menatap Shin datar.
"Kami sudah berusaha untuk setidaknya membuatmu bertahan sampai 4 atau 5 hari lagi, tapi kita tidak tahu apakah itu berhasil atau tidak. Jadi ada kemungkinan kau akan mati besok atau lusa atau 3 hari lagi,"
"Oh! Atau mungkin jika kau memiliki keberuntungan yang bagus kau bisa bertahan sampai Minggu depan." Hinata berucap apa adanya, dia terlihat bodo amat dengan hidup Shin.
Begitupun dengan Shin, dia memasang wajah tidak peduli. Seakan-akan nyawa bukanlah segalanya untuknya sekarang.
"Kenapa?"
"Hn?" Hinata bergumam tanya.
"Kenapa kau membawaku kesini?" Tanya Shin.
"Entahlah,"
"Aku hanya berpikir bahwa kau mungkin bisa disembuhkan, lagipula setiap orang punya hak untuk hidup lebih lama."
Hinata meletakkan tempat buburnya dan mengambil kantung plastik berisi camilan. yang dia beli tadi, kemudian duduk kembali di sofa. Dia duduk sambil memejamkan matanya, dan memakan keripiknya dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reborn as Hyuuga Hinata
Fiksi PenggemarHidup hanya sekali. Mahiru sudah mendengar kalimat berisi 3 kata itu berulang kali. Tapi dia masih berharap untuk bisa hidup lagi di dunia lain setelah mati, seperti Novel-novel ber-genre transmigrasi yang dia baca. "Aku mati?" Gumaman Lirih itu dia...