Selamat membaca Zafrania 🤍
Mobil Fania tiba di basemen apartemennya. Sudah satu tahunan Fania tinggal di Jakarta tanpa mamanya setelah kepulangannya dari Budapest.Ya, mamanya meninggal dua tahun yang lalu di Budapest, tepat saat Fania menyelesaikan tugas coassnya dan resmi menjadi dokter umum. Sebelum pindah ke Jakarta atas suruhan Bundanya—mantan asisten pribadi mamanya yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, Fania sempat tinggal sendiri di Budapest enam bulan karena harus bekerja di salah satu rumah sakit disana.
Hingga setahun yang lalu, Ochi—bundanya menyuruhnya pulang ke Indonesia agar Fania tidak sendirian di Budapest. Ochi juga memberikan Fania pekerjaan di rumah sakit sang sahabat.
Fania melangkah masuk ke dalam lift untuk menuju apartemennya. Apartemen yang ia beli dengan uangnya sendiri.
Namun, ketika Fania keluar dari lift, matanya dikejutkan dengan seorang laki-laki paruh baya yang sedang berbicara dengan bundanya. Dia tidak bisa melihat jelas wajah laki-laki itu, tapi dari perawakannya Fania tahu kalau itu ayahnya. Ya, ayah yang tak pernah menganggapnya sebagai anak.
“Aku kesini hanya ingin bertemu dengan anakku, Ochi. Aku tahu kalau anakku pulang ke Indonesia sejak enam bulan yang lalu. Seminggu yang lalu aku sempat bertemu dengan dia, namun dia langsung pergi” ucap laki-laki itu.
Perempuan umur tiga puluh sembilan yang masih sangat cantik itu menggeleng. “Fania sama sekali tidak pulang ke Indonesia, dia masih di Budapest. Kamu salah orang,” alibi Ochi.
“Kamu bohong Chi, aku tahu kalau Fania pulang. Karena aku selalu memantau apa yang Fania lakukan. Tolong, Ochi! Pertemukan aku dengan Fania, aku harus berbicara dengannya. Aku harus mengajaknya pulang.”
Ochi terdiam sejenak, dia tadi sempat menelpon Fania dan membujuknya untuk pulang. Fania juga menyanggupi, tapi Ochi tidak tahu apa iya Fania benar-benar sudah bersedia bertemu ayahnya.
“Baiklah, kamu tunggu sebentar. Fania belum pulang, sebentar lagi kamu bisa menemuinya. Itu kalau Fania mau Sena,” Sena mengangguk. Akhirnya, dia bisa menemui anaknya.
“Sayangnya saya tidak mau pulang dengan anda,” sahut Fania.
Baik Sena maupun Ochi sontak menoleh ke sumber suara.
Fania melangkah maju, menghampiri dua orang tersebut. “Fan, kamu pulang ke rumah papa ya,” Sena berusaha meraih tangan Fania. Terlihat sekali ia sedikit kaku saat berhadapan dengan Fania. Karena baru kali ini ia bisa menatap wajah anaknya lebih dekat.
Fania menepis tangan laki-laki itu. “Saya tidak mau. Kenapa anda kesini mencari saya? Bukannya dulu anda tidak mau mengakui saya sebagai anak? Saya bukan anak anda!”
“Oke, papa minta maaf , karena dulu papa tidak mengakui kamu sebagai anak. Tapi sekarang papa sadar, nggak sepatutnya papa dulu memperlakukan kamu seperti itu. Kasih kesempatan papa buat memperbaiki semuanya,” ucap Sena.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRANIA (Revisi)
Romance𝑺𝒚𝒓𝒊𝒏𝒈𝒆𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒓𝒊𝒂𝒍 𝒉𝒂𝒎𝒎𝒆𝒓𝒔 Zafran Ragaska Rajash, pengacara muda yang memiliki sejuta pesona. Tidak hanya menjadi seorang pengacara, sebagai CEO Rajash Law Firm membuat ia lebih diidolakan daripada ketiga saudara laki-lakinya...