Lihat perempuan di ujung sana tuan. Ia yang tersenyum tulus, setia menunggu kabar dan mengkhawatirkan mu itu, lihatlah sekali lagi. Wajahnya yang kadang lugu, yang hanya percaya semua orang memberinya bunga, padahal ia lebih sering menerima racun yang hampir membunuh dirinya sendiri. Lihat bagaimana cara ia tertawa, bukankah kamu merasakan semakin melengking bunyinya semakin pedih dirasa.
Dia si angkuh Yang selalu ingin terlihat tegar, tapi denganmu tak tanggung-tanggung ia perlihatkan jatinya. Jati diri yang ternyata begitu rapuh, yang memohon minta dirawat dengan kasih sayang. Ia terlalu sering menerima pengkhianatan, sulit sekali percaya bahwa dunia tidak menipunya. Tapi denganmu ia percaya bahwa dunia masih menyimpan sedikit kebaikan yang mampu ia terima.
Namun apapun yang disediakan dunia, akan selalu sementara bukan?. Seperti mawar yang mekar, denganmu ia tumbuh subur. Tapi tak sengaja kamu menaruh pupuk beracun, ia mati didalamnya. Ia kembali menjadi puan yang dingin, yang menutupi segala sesuatu sendirian. Layaknya teka-teki yang kehilangan jawaban. Yang menangis sesak dipenghujung malam. Ia memberi dirinya sendiri pengertian, kalau bukan manusia dan waktu yang membuatnya kesakitan tapi ekspektasi dirinya sendiri yang ketinggian.
Ia masih mencintaimu dengan tulus, hingga membenahi hati untuk siap mengikhlaskan mu bersama orang lain. Sebab bukan ego yang kini menguasai dirinya tapi ketulusan.
Ia bisa saja beranjak dari rumah yang kau bangun dengan kasih sayang, lalu memilih pindah ditempat yang menjanjikan kebahagiaan. Tapi ia percaya kalau tidak denganmu maka semua itu semu. Sebesar apapun usahanya menyingkirkan mu, semakin ia merasa menjadi buruk.