Zafran menuruti permintaan sang papa. Ia kini terduduk manis di sofa besar didalam ruangan sang Papa-menunggu Papanya keluar dari ruang meeting untuk bertemu Bratasena. Sembari menunggu ia memainkan ponselnya hanya sekedar membalas beberapa chat dari temannya. Walau banyak sekali nomor yang tidak dikenal masuk ke room chat whatsapp-nya.
Ceklek...
"Sudah lama Nak?" ujar Nugraha yang baru saja muncul dari balik pintu.
"Lumayan."
"Kok cepet. Biasanya sidangmu sampai sore?"
"Biasa Pa, buktinya kuat dan jelas. Klien Zafran langsung menang dalam satu jam."
"Anak Papa memang best," pujinya sambil menyampirkan jas kerjanya di kursi kebesaran miliknya. "Ya sudah, ayo kita berangkat sekarang. Kebetulan Om Brata minta ketemu di RM1. Ada resto seafood enak disana." Zafran mengangguk.
"Kamu nyetir sendiri, atau papa telpon supir?"
Zafran menggeleng. "Zafran aja yang setirin papa."
"Oh oke,"
Perjalanan dari kantor pusat RM menuju RM 1 tidaklah jauh. Hanya saja macet di ibukota yang membuat perjalanan mereka terulur.
"Kamu di Budapest pasti tidak pernah merasakan macet kayak di Jakarta." ujar Nugraha
Zafran terkekeh. "Semua penduduk di Budap teratur, terlebih ada jalur yang berbeda antara transportasi pribadi dan umum. Penduduknya juga tidak terlalu padat."
Nugraha mengangguk paham. "Bagaimana perkembangan kasus om Brata?"
Zafran mengedikkan bahunya. "Bioma yang urus. Dia sudah di Bali sejak kemarin. Karena kebetulan sidang perdana dilaksanakan di bali. Om Brata juga tidak terlibat langsung, beliau menyerahkan semuanya pada tangan kanannya. Katanya dia masih malas terbang ke Bali."
"Brata itu kehilangan perusahaan seperti kehilangan uang perak." komentar Nugraha.
"Ngaca Pa, Papa Ma Tanggerang roboh saja malah asik liburan di Dubai," balas Zafran mulai mengadu mekanik. Nugraha tertawa. Anaknya itu masih ingat peristiwa delapan tahun lalu saat ada tanah longsor di Tanggerang. "Itu kan karena bencana alam Fran, jadi yasudah, mungkin papa dulu kurang bersedekah."
"Tapi ya nggak dibiarin gitu lah Pa,"
"Kata siapa, disitu sekarang sudah jadi rusun warga. Itu juga bentuk sedekah papa buat mereka yang tidak mampu."
"Sombong!!"
Pletak!
"Bagus ngatain orang tua sombong!"
Zafran tidak menanggapi. Ia kembali fokus dengan kemudinya karena lampu lalu lintas sudah berganti warna hijau.Zafran memarkirkan mobilnya di parkiran ekslusif untuk anggota keluarga Rajash. Dua pengawal juga sudah berdiri tegap disamping mobilnya untuk membukakan pintu untuknya dan juga sang papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAFRANIA (Revisi)
Romance𝑺𝒚𝒓𝒊𝒏𝒈𝒆𝒔 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒓𝒊𝒂𝒍 𝒉𝒂𝒎𝒎𝒆𝒓𝒔 Zafran Ragaska Rajash, pengacara muda yang memiliki sejuta pesona. Tidak hanya menjadi seorang pengacara, sebagai CEO Rajash Law Firm membuat ia lebih diidolakan daripada ketiga saudara laki-lakinya...