CHAPTER 06

733 124 296
                                    

╔═══════════════════════╗e a r l y  n o t e s:

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

╔═══════════════════════╗
e a r l y  n o t e s:

I bring a gift for you, soalnya mestinya
sinatra dipublished hari Sabtu.
╚═══════════════════════╝

Kim Jiya tidak akan pernah meluruhkan likuid asin hanya untuk mengasihani kepandirannya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Jiya tidak akan pernah meluruhkan likuid asin hanya untuk mengasihani kepandirannya sendiri. Tidak sampai dia mendapatkan seribu tusukan di hatinya. Oke, tahan, Jiya, everything is gonna be okay. Mau bagaimana pun, itu juga salahnya Kim Jiya.

Harusnya saat Nam Yoongi memasuki daksanya ke dalam ruangan hitam untuk menjemputnya, Jiya segera membalun Taehyung dan pergi dari hadapan iblis itu. Padahal saat itu situasinya memungkinkan untuk Jiya melarikan diri. Sayangnya, kenya tersebut malah terseret ke dalam situasi di mana dia mesti mendapatkan sensasi semarak yang meledak-ledak saat adam itu menghantamnya dengan luminositasnya yang paripurna; dalam, keras, dan—Jiya seperti ditarik ke eden.

Kenapa, ya, pokoknya Jiya benci sekali dengan dirinya sendiri.

Demi Tuhan, Jiya itu tipikal perempuan yang tidak mudah terhasut dengan sorot netra yang seolah sedang menghipnotis Jiya dan seolah berkata, “Mari melepaskan gelora percintaan yang mematikan.” Tidak, Jiya tidak semudah itu. Namun, Jung Taehyung …, memang biadab. Dia bergerak impulsif di mintakat kesukaannya, membelah Jiya selayaknya aves yang membagi horizon.

Oke, bukan hanya Taehyung yang salah, Jiya juga salah—sudah dibilang sebelumnya. Namun, kalau Jung Taehyung tidak pernah menyusup untuk masuk ke mintakat Jiya, pasti hal itu tidak akan terjadi. Ya, memang, sih, Jiya suka, menikmati, dan tergila-gila—sebab dia tidak munafik, ditambah dengan sebuah realita bahwa Jung Taehyung tidak pernah beringas; lembut, tetapi bergelora. Tetapi, satu hal yang membuat Jiya kesal adalah ketika pria tersebut tersenyum menyeringai dan membanggakan prestisenya lantaran telah kembali menyatukan dirinya dengan kesukaannya lagi.

Jiya ingin mati. Atau barangkali ingin lagi?

“Serius, ya, Nam, jangan pernah mengizinkan orang itu masuk dengan seenak jidat.”

𝐌ㅡ𝐒𝐢𝐧𝐚𝐭𝐫𝐚 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang