34. Air susu di balas air tuba

15 2 0
                                    

                Baga membuka mata perlahan ketika sinar matahari mulai membangunkannya. Ia tidur bersandar di pohon besar. Disampingnya tak jauh ada Galan yang masih tertidur. Baga dan Galan memutuskan untuk tidur diluar ketika di dalam tenda sudah di penuhi Kalya, Xena, Hara dan Philo. Ini hari ke delapan mereka berada di hutan.

"selamat pagi Baga" sapa si bayi macan

Baga membuang napas jengah. Dia lagi dia lagi. Kenapa bayi ini terus mengikutinya.

"apa kau kesal jika aku terus disampingmu ?"

"kau bisa salah pergaulan jika terus denganku, lebih baik kau bersama macan yang lain"

Si bayi macan mengedipkan kedua mata bingung. Ia tidak mengerti maksud Baga.

Galan bangun dan mengusap wajahnya "kau bicara dengan siapa ?"

"bukan siapa-siapa. Lebih baik hari ini kita menyusuri jalan yang dilalui si penjahat. Kita ikuti jejaknya. Mungkin itu bisa mengantarkan kita pulang" usul Baga.

"aku juga berpikir demikian. Apa sebaiknya sekarang kita cari sesuatu untuk dimakan ?"

Baga mengangguk setuju. Mereka berdua bangun mencari makanan tak jauh dari posisi tenda mereka berada.

"apa ini bisa dimakan ?" tanya Galan ketika memegang tanaman yang memiliki buah berbentuk seperti segerombolan bawang merah membentuk seperti nanas besar.

"bisa. itu honje. Memperlancar sirkulasi darah"

Galan memetik beberapa buah setelah mendapat persetujuan dari Baga. ia memasukkan buah ke dalam tas miliknya. Disisi lain, Baga memetik buah berwarna ungu tua. Itu buah cantigi gunung. Buah ini aman di konsumsi secara langsung. Buah ini memiliki bunga berwarna merah. Bunganya juga aman dimakan. Tapi karena Baga pikir belum terbiasa memakan bunga, ia hanya mengambil buahnya saja. Mereka berdua mengumpulkan buah di dalam tas.

"apa ini akan cukup ?" tanya Galan dengan tatapan ragu ketika melihat buah yang sudah mereka satukan. Ini terlalu sedikit untuk mengisi perut enam orang kelaparan.

Setelah mereka mencari kesana kemari akhirnya mereka menemukan pohon jambu mete. Baga memanjat dan Galan menangkap di bawah.

Mereka kembali ke tenda. membangunkan yang lain untuk makan bersama. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan.

....................................................................................

Mereka menyusuri arah jalan yang dilalui si penjahat kemarin. Dengan perasaan penuh harap, mereka yakin ini jalan yang benar untuk pulang. Perjalanan kali ini dilakukan dengan penuh semangat. Bahkan sepertinya langkah kaki mereka lebih cepat dari sebelumnya.

"kalian dengar sesuatu ?" Xena berhenti.

"apa ? tidak dengar apapun" jawab Philo.

"mungkin aku yang salah dengar" karena tidak ada yang mendengar akhirnya Xena mengajak yang lain melanjutkan perjalanan saja.

Baru beberapa langkah berjalan Hara menghentikan langkah "sepertinya aku dengar suara kegaduhan"

Semua berhenti, menajamkan telinga "iya benar" jawab Galan. Ia berjalan ke tepi jurang yang ada di samping mereka. Karena Galan merasa asal suara ini dari situ.

"asalnya dari sini" teriak Galan.

Semua ikut mendekat. Dua orang berbadan tinggi besar tengah bertarung melawan dua ekor serigala. Tak jauh dari mereka ada senjata api tersangkut di akar jurang. Sepertinya penjahat itu jatuh dan senjata mereka tersangkut.

Mereka tampak kewalahan menghadapi keganasan serigala. Serigala itu menyerang dari berbagai sudut. Satu ekor serigala menggigit leher seorang. Yang satu lagi melompat ke tubuh yang lain membuka lebar mulutnya siap menggigit kepala. bisa diperkirakan pertempuran itu akan dimenangkan serigala

"yang itu darahnya sudah memenuhi leher" Kalya menunjuk salah satu orang dengan tatapan ngeri.

"sebentar lagi mungkin mereka akan mati" ucap Galan.

"apa kita perlu menolong mereka ?" tanya Hara.

"tapi mereka penjahat, sepertinya mereka pantas. Tapi...." Ucap Philo ragu ketika perkataannya terdengar jahat.

"rasanya aneh kalau kita cuma diam saja melihat ini" kata Xena.

"kalau kita membiarkan ini atau pura-pura tidak tahu sepertinya kita tidak ada bedanya dengan para penjahat itu. kita juga jahat. Kita juga penjahat" ucap Hara.

"bagaimana menurutmu ?" tanya Baga memandang bayi macan yang ada di samping kakinya.

"en...."Hara ingin menjawab tapi terhenti karena dia lihat Baga seolah bicara dengan sesuatu di bawah kakinya.

"apa kau punya hati nurani yang bisa membedakan satu orang dengan orang lain ?" tanya si bayi macan.

"hemmm aku benci punya hati nurani di saat seperti ini" ucap Baga menggeram lalu melompat turun ke jurang.

Galan menyusul lompat ke jurang. Baga yang sampai lebih dulu ia melempar batu besar ke perut serigala sampai gigitannya pada leher orang itu terlepas. Ia mengalihkan perhatian serigala. Berhasil. Serigala itu kini mengincar Baga. ketika serigala itu berlari ke arahnya, Baga melompat ke pohon mengayunkan kedua kakinya lalu menendang kepala serigala sampai serigala itu pusing. Tubuh serigala mundur, ia menggeleng-gelengkan kepala.

Galan mengambil sebilah kayu, memukul bagian perut serigala. Namun serigala itu belum mau beralih dan masih menghujani hantaman untuk orang itu. Galan memukul kayu lebih keras. Bug bug bug. Serigala melepas cengkramannya, ia beralih ke Galan. Sebelum serigala itu berhasil mengenai Galan di sisi lain Philo memukul punggung serigala. Serigala itu berbalik ke Philo. di baliknya Galan kembali memukul. Begitu terus sampai si serigala bingung dan kewalahan sendiri.

Kedua serigala itu pusing, mereka memutuskan untuk mundur berlari menjauh.

"terimakasih" ucap dua orang itu.

"ya. Kami akan membawa kalian ke atas" jawab Baga.

Ketika Philo hendak mengtakan sesuatu, Baga segera mencegahnya. Ia menggelengkan kepala. Baga harap tidak seorangpun bilang jika mereka tersesat disini. Ia takut jika penjahat ini memanfaatkan mereka dan tidak mau menolong mereka karena ingin menutupi perbuatan jahat yang mereka lakukan disini. Baga ingin semua bersikap seolah sudah tahu wilayah ini. Baga tidak ingin mengatakan mereka butuh pertolongan.

Mereka akhirnya membantu kedua orang itu ke atas lagi, dengan bantuan akar pohon yang panjang di tahan dari atas oleh Xena, Kalya dan Hara. Bahkan orang itu bisa membawa senjata mereka yang tersangkut. Ketika semua sudah sampai di atas tiba-tiba.

Duar

Dua orang itu memberikan tembakan. Tapi karena kondisi mereka tidak stabil tembakan itu terlempar ke sembarang arah. Seperti dugaan, air susu di balas dengan air tuba.

"LARI !" ucap salah seorang penjahat. Mereka kesulitan berlari dengan tubuh penuh luka.

Baga mengejar mereka karena kesal. Namun pistol itu kembali terdengar. Peluru pistol melesat ke bawah. Tiba-tiba si bayi macan tepat ada di sana. Pistol itu hampir mengenai si bayi macan. Tapi Baga berhasil menyelamatkan bayi macan. ia merunduk untuk mengangkat si bayi macan di waktu yang tepat.

"BAGAAA" semua berteriak ketika Baga hampir terkena pistol.

.........................................................................................

Amazing Camping (the secret of ecology)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang