"Bisa tunjukan kartu Identitas anda?" Ucap pelayan berdasi kupu-kupu yang menjaga pintu masuk bar. Caca memutar bola matanya jengah lalu tersenyum setelah membuka masker dan topi, "Masih butuh KTP gue?"
Sang pelayan yang mulanya berwajah judes dan galak, berubah seketika menjadi lebih ceria dengan wajah jenakanya, "gue kira siapa tadi, sok atuh masuk neng"
"Nang neng nang neng, tadi aja ribet lo"
"Ya kan lo pada pakai masker Jess, mana gue tau. Dah sana masuk, ditungguin noh sama si bos"
"Dimana dia?"
"Kamar nomor 5 Ca, biasa" setelahnya Caca melangkah pergi menuju tempat dimana sang pelayan yang sekaligus menjabat sebagai temannya—Nichol.
Sesaat sebelum ia membuka pintu kamar VIP bertuliskan angka 5, Caca berhenti dan memesan beberapa minuman untuknya sekaligus Jessi dan Bella kepada pelayan yang melewati mereka.
Setelahnya ia baru membuka pintu dan segera masuk, yang langsung disuguhi tiga orang pria tampan dan satu wanita cantik dengan balutan pakaian rendah.
"Duduk, Ca" Kata salah satu pria berjas biru.
"Gimana progresnya, amankan?" Ucapnya lagi yang diangguki oleh Caca dan yang lain.
"Sejauh ini aman kak, cuma ya lo tau sendiri tuh manusia emang udah dari lahir kayaknya punya sifat setan. Bener-bener gak punya hati"
"Lo kayak baru kenal dia aja Bell" balas pria berjas hitam yang duduk tepat di samping Bella—Kak Jeka.
Sementara Jessi duduk di samping pria berukuran mini namun mampu memikat siapapun yang menatapnya—Kak Jimi.
Dan pria yang paling mendominasi di antara yang lainnya, "Intinya kalian hati-hati, gue percaya kalian bisa. Ini gak akan lama lagi selesai, ngerti?" ucapnya—Kak Van.
***
Benar-benar hal yang tidak patut dicontoh, saat bagaimana harusnya seluruh siswa duduk di bangku masing-masing sembari menunggu guru datang akan tetapi malah lebih memilih menyaksikan drama di pagi hari yang dibuat oleh Jay dan tentu saja Tasya.
"Tapi maaf, ibu gue bukan nyokap tiri lo"
Kalimatnya begitu menusuk hingga membuat Jay tidak dapat menahan emosinya, karena hampir saja sepersekian detik setelah Tasya mengucapkan kalimat itu, lengan kekar Jay terangkat hendak melampiaskannya pada gadis yang dengan lancang menghinanya sebelum Cassandra menahan dari belakang.
"Stop! Lo sekolah bukan buat nyakitin perempuan" Tatapan matanya sama-sama tajam hingga membuat semua orang yang melihatnya merasa ngeri.
"Jangan ikut campur urusan gue"
"Gue bakalan ikut campur kalo perbuatan lo udah melewati batas. Inget, bokap lo udah titip lo ke gue. Berhenti atau gue telfon beliau sekarang?"
Jay paling benci dengan ancaman terlebih menyangkut papahnya. Ia sudah pasti akan takluk apalagi ia sangat ingat bahwa papahnya sangat mengagumi gadis yang masih setia menggenggam pergelangan tangannya.
Pria itu menghempaskan nya kuat dan melenggang pergi, membuat beberapa siswa kecewa tontonan gratis mereka telah usai.
"Mendingan lo gak usah ikut campur dan sok pahlawan di depan gue, Ca. Gue gak butuh bantuan lo sama sekali"
Mendengar itu, Cassandra berbalik menghadap ke Tasya. Matanya menyorot dari atas sampai bawah.
"Lo pikir gue nolongin lo?— Caca melangkahkan kakinya lebih dekat dan menatap Tasya lekat-lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour | Jay
Short Story[Follow dulu] Ini hanya seutas cerita singkat mengenai perjalanan pria penuh tatapan tajam dengan kisah klasiknya bersama seorang gadis yang sengaja menyembunyikan berbagai kebenarannya. Akankah kalian akan menjadi saksi dari kisah klasik mereka? M...