O1.

214 43 0
                                    

Ribet.

Bukan Lee Heeseung namanya kalau sedari tadi ga ribet sendiri. Padahal sedari kemarin juga perlengkapan sekolahnya juga sudah ia siapkan, tapi kenapa dia masih mempersulit diri dengan..

"AYO DONG RAMEN CEPET MATENG DONG NTAR GERBANG SEKOLAH DI TUTUP GIMANAAA."

..dengan ramen pujaan hatinya itu.

Padahal dia bisa membeli di kantin sekolah, tapi tetap saja ngeyel mau buat sendiri.

Dasar Lee Heeseung.

Aiaia ~

Heeseung yang tadinya muter-muter karena panik, seketika diam karena mendengar ponselnya berbunyi memperlihatkan nama 'Sunghoon Ngutang 5k'.

Buru-buru dia mengangkat telepon dari sahabatnya itu.

"Kok lo belom sampe sekolah sih Seung?" ucap Sunghoon tanpa aba-aba saat panggilannya terangkat.

"Waalaikumsallam Sunghoon, jangan lupa 5 rebu gua di bayar ya."

"Oiya, assalamualaikum.. WOI ITU UDAH DARI SETAHUN YANG LALU MASIH DI INGET?"

"Ya lo pas gua tagih bilangnya bokek mulu padahal besoknya beli janjiw, si pea."

"Ehehew, iya sayang ntar gua ganti kok."

Heeseung memutar matanya jengah mendengar reaksi Sunghoon. Lalu menutup sambungan teleponnya sepihak membuat Sunghoon mengumpat di sebrang sana.

"Bodo amat sama sekolah, ramen gua nomor satu." ucap Heeseung sambil menyuapkan sesendok ramen ke mulutnya.

-

Lee Heeseung baru saja memarkir kan mobil kakaknya di sebrang sekolah karena dia tau bahwa gerbang sekolah sudah tertutup, tidak mungkin kan dia menabrakan mobil kakaknya ke gerbang?

Lee Heeseung masih waras tentu saja.

Berlari menyebrang sekolahnya Heeseung sekarang sudah ada didepan gerbang yang tertutup dengan rapat.

"Pakk bukain dong pakk saya kan baru telat pagi inii!" Seru Heeseung kepada satpam sekolah.

Sudah biasa atau bagaimana si satpam hanya tertawa melihat Heeseung tidak bisa masuk. Itu membuat Heeseung menggeram pelan dan akhirnya nekat memanjat pagar sekolah.

"HEH TURUN MAU NGAPAIN?"

"Mau manjat."

"Gaboleh, cepet turun."

"Kalo saya turun ini gerbangnya di bukain ga?"

"Ya engga lah."

"Si bapak kalo ga mau bukain ya saya nekat manjat lah pak." Ucap Heeseung santai.

Baru setengah perjalanan memanjat pagar sambil di teriaki satpam agar Heeseung segera turun, dia malah ditarik paksa dan jatuh ke tanah.

Apa-apaan ini?

Heeseung mengaduh kesakitan sambil mengecek siku tangannya yang terantuk oleh aspal.

Berdarah..

"Sorry gua ga cekatan nangkep lo pas narik tadi."

Suara berat tersebut membuat Heeseung mendongak dengan muka merahnya menahan malu.

"Pak, bukain gerbangnya ya? Saya mau nganterin dia ke UKS."

"Oh iya iya, aduh nak Heeseung makannya kalo disuruh turun ya turun aja, jatoh kan."

"LAH BAPAK-"

"Udah diem ntar tambah sakit, sini gua titah."

Laki-laki itu menjulurkan tangannya kepada Heeseung. Awalnya dia menolak, tapi laki-laki tersebut memaksanya ya mau tak mau dia menurut saja.

-

Sungguh hening keadaan di UKS.

Heeseung duduk diam saja sambil memandangi kakinya yang berayun pelan. Laki-laki yang tadi? Entah lah, tadi dia pamit keluar tapi tidak bilang kemana.

Tapi tenang saja, luka di kedua siku Heeseung sudah di obati oleh laki-laki itu kok.

Brak

"HEESEUNGGG HUEEE KATANYA LO JATOH DARI GERBANG YA?? HUEEE KOK BISA SIHH"

Ah sudah lah, Heeseung ingin tidur saja mendengar suara gaduh Sunghoon yang lebay.

Melihat reaksi datar Heeseung, buru-buru Sunghoon mencegat Heeseung agar tidak merebahkan dirinya di kasur UKS.

"Mau tanya dong Seung."

"Bayar dulu utangnya."

"WEI-"

"Ck, yaudah apa?"

Sunghoon diam sebentar, mengetuk-ngetuk dagunya perlahan. Jujur saja, dia lupa apa yang ingin dia tanyakan pada Heeseung barusan.

Jasa tukar tambah teman dimana ya? Heeseung capek melihat kelakuan teman oroknya ini.

"OH!"

"Park Sunghoon kalo lo ga berhenti buat teriak gua ga bakal jawab pertanyaan lo."

Sunghoon mempoutkan bibirnya dan meninju pelan lengan sahabatnya.

Siapa yang tidak capek punya teman seperti Sunghoon coba? Toa banget astaga, apa tenggorokan Sunghoon tidak sakit teriak-teriak terus?

"Yang tadi bawa lo ke UKS siapa?"

Nah itu.. pasalnya Heeseung belum berkenalan dengannya..

"Ganteng Seung, serius.."

Heeseung reflek menggeplak Sunghoon dengan keras. Temannya ini aneh sekali, semua cowo di bilang ganteng, guru olahraganya pun di bilang ganteng.

Ya emang ganteng sih kata Heeseung.

Tapi tetap saja, omongan Sunghoon barusan benar-benar mendadak bahkan Heeseung pun tidak akan berpikir kalau Sunghoon akan berbicara seperti itu.

"Kelas berapa tu orang ya? Gua ga pernah liat dia deh."

"Anak baru kali ya Seung?"

"Lah emang tadi ada rumor anak baru?" Heeseung menyaut.

"Ya ga ada sih.."

Jujur, itu aneh bagi Heeseung. Kalian tau sendiri jika ada anak baru pasti selalu heboh satu sekolah, tapi kali ini tidak, sekolah benar-benar diam.

-

Heeseung benar-benar tidak bisa fokus sekarang, padahal dia tau bahwa guru yang sedang mengajar terbilang sedikit menyeramkan karena tak segan memberi nilai C jika tidak ketahuan tidak mendengarkan.

Heeseung sungguh tidak tenang, ia ingin mencari laki-laki tadi hanya sekedar berterima kasih.

Entah lah, dia hanya tidak enak dengannya.

"Lee Heeseung sedang apa?"

Heeseung tersentak pelan lalu reflek menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Dengerin tadi ibu menerangkan apa?"

Yang ditanya menggeleng sambil mengeluarkan cengiran khasnya. Sunghoon? Dia pura-pura mencatat buku.

Licik.

"Lee Heeseung dan Park Sunghoon silahkan keluar, saya tidak suka lihat ada anak tidak fokus dengan pelajaran."

Baru saja Sunghoon hendak protes, dia langsung ditarik Heeseung keluar kelas.

Pikiran mereka sekarang adalah kantin.




























Tbc.

Hehe halo

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

dream || jayseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang