mimpi itu nyata

69 6 1
                                    

Amsterdam, Belanda ,

Hari ini adalah hari tersulit bagi Ika, sebab ini kali pertama nya melakukan sebuah praktek yang sangat sulit.

Sesuai dengan spesialis yang ia ambil, yaitu spesialis bedah. Ika harus dengan hati-hati melakukan operasi transplantasi organ dalam. Ini lebih rumit tidak seperti yang Ika bayangkan sebelumnya. Bahkan tatapan horor temannya yang keluar dari ruang praktek membuat mentalnya sedikit down.

" Harga Mayat per orangnya berapa?,"tanya Ika kepada rekannya lebih tepat adalah seniornya yang sudah dua tahun tinggal disana dan kini menjadi dosen disana.

" Kamu tidak perlu membeli mayat disini, negara sudah membiayai seluruh aktifitas kamu,"jawab dosennya.

"Baiklah,"jawab Ika,

Ika duduk, sembari mempersiapkan mentalnya.

Tiba-tiba saja, seorang lelaki yang membuat Ika eneg kini duduk pula disampingnya.

" Mengapa anda disini lagi?,"tanya Ika, dengan sangat malas.

" Saya ingin mendampingi mahasiswa saya melakukan operasi transplantasi,"ucap Kahfi,

"Jangan-jangan dia dosen pendamping ku?,"batin Ika,

Ika kembali dibuat ousing,

" Ya Allah, jangan sampai dia dosennya. Aku memang sangat sayang kepada ibunya, tapi tidak suka dengan anaknya," batin Ika, benar saja Ika sangat sayang kepada Ibunda Kahfi, yang merupakan dosennya di Makassar dahulu, yang ia anggap seperti ibunya sendiri .

" Kamu dulu koas di rumah sakit TNI bukan?,"tanya Kahfi,

"Iya Pak,"jawab Ika,

" Jangan panggil Pak, umur saya baru 30 tahun panggil saja Kahfi,"ucap Kahfi,

"Saya akan menjadi mahasiswi yang kurang ajar apabila memanggil dosen dengan menyebut namanya saja,"jawab Ika,

Mahasiswi yang berasal dari Belanda yang lainnya hanya bisa planga - plongo mendengar perdebatan Ika dan Kahfi yang menggunakan bahasa Indonesia.

" Saya tidak peduli, saya bukan bapak-bapak,"ucap Kahfi,

" Kecuali jadi bapak dari anak-anakmu nanti,"lanjut Kahfi menggoda Ika,

Sontak Ika langsung mencubit Kahfi,,

" Please Pak Kahfi, jangan ngadi-ngadi!,"ucap Ika sembari mencubit lengan Kahfi,

" Emangnya mau?," Tanya Kahfi mengedipkan mata,

"Ihhh!!!," Ika semakin marah dan makin mengeratkan cubitannya,

"Muka kamu merah," tegur Kahfi,

" Bedak kamu ketebelan," lanjut Kahfi,

Ika langsung menyudahi cubit - mencubit yang ia lakukan kepada dosennya sendiri. Dan langsung mengambil kaca melihat apakah benar bedaknya ketebelan atau tidak.

Nyatanya,,,

" Ngga , bedak saya tidak ketebelan,"ucap Ika,

Kahfi hanya bisa memamerkan giginya yang tersusun rapih,

" Please yah Pak, nggak usah genit sama saya. Mau gimana pun saya tidak akan tergoda walaupun Pak Kahfi itu dosen, gelar dokter, tentara dan sebagainya, yang jelas keimanan saya tidak akan tergoda dengan manusia mesum seperti anda!," Ucap Ika,

Ika yang muak langsung meninggalkan Kahfi, dan duduk ditempat lain sambil menunggu gilirannya.

Sudah beberapa hari ika berada di Belanda, membuat Ika rindu dengan keluarga nya yang ada disana.

SAMPO SIRI  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang