°•°•°•°•°•°•
"Jadi sebenarnya kalian ini udah tau tentang pernikahan gue?" Zio menatap horor pada ke tiga temannya.
Viko menyengir polos seraya mengangguk, sedangkan Adlan dan Andreas hanya bergumam karena keduanya terlihat fokus pada ponsel masing-masing.
"Kok ngga bilang?" Ujar Zio sedikit kesal. Sebenarnya ia tidak sepenuhnya kesal, ia malah merasa lega karena teman-temanya sudah mengetahui hal ini.
"Kita nunggu lo ngomong sendiri sama kita." ujar Viko santai.
Zio menghela nafas gusar. Cowok itu menunduk dalam. Jujur, ada rasa menyesal karena tidak memberi tahu teman-temannya tentang masalahnya ini.
"Gue pikir kalian bakal marah?" Ungkap Zio, dengan raut menyesalnya.
"Marah kenapa?" Tanya Adlan yang kini sudah mematikan ponselnya, dan memilih ikut dalam obrolan mereka kali ini.
"Karena gue ngga ngomong hal ini sama kalian.." jujur Zio.
"Zi, meski kita ini sahabatan, tapi kita bakal tetep ngehargai privasi." Ucap Adlan bijak. Cowok itu menopang dagunya, melihat keluar jendela kelas dengan tatapan mata datar.
"Meski sahabat, kita bakal tetep menghormati privasi Lo." imbuh Viko yang kontan saja semakin membuat Zio merasa lega.
"Btw Zi, gue ngga nyangka aja, cewek yang Lo cium itu yang Lo nikahin.." Zio terdiam, ia menatap Andreas, yang mulai menimbrung pembicaraan.
"Sebelumnya maaf nih ya, masa cuma karena di cium dia sampe minta tanggung jawab kek gitu.. Lo yakin tuh cewek ngga ngincer sesuatu dari Lo?" Andreas bertanya dengan santainya.
"Maksudnya?" Bukan Zio yang bertanya, melainkan Viko yang lebih dulu bertanya dengan tatapan mata tajamnya.
"Ngga ada maksud si, cuma ya, gue curiga aja, ya mungkin dia ngincer harta atau kekayaan, maybe.." ujar Andreas yang tampak bingung dengan tatapan marah Viko.
"Kok Lo yang marah sih?" Ujar Andreas dengan nada setengah kesal, cowok itu berdecak. "Harusnya yang marah, ngamuk itu Zio, njir.."
Viko terdiam, membuat Zio mulai menduga-duga dalam pikirannya.
"Lo sama Lulu.."
"Ngga!" Viko cepat memotong perkataan Zio dengan cepat. Cowok itu menoleh menatap Zio. "Gue ngga ada hubungan apapun sama Lulu.."
"Ha?" Awalnya Zio bingung. Tapi saat mendengar perkataan Viko selanjutnya, wajahnya langsung bersemu merah.
"Gue ngga mau Lo cemburu.."
Andreas dan Adlan tersenyum tipis saat melihat Zio yang terlihat salah tingkah.
"Gue sama Lulu dulu cuma temen SMP, Kami cukup Deket karena gue di SMP ngga ada temen.. dia anaknya ceria banget, dan tentu perduli terhadap sesama.."
Keadaan disekitar mereka langsung hening saat Viko bercerita. Tiga cowok lainnya mendengar cerita itu dengan khidmat.
"Kalian temenan cuma berdua?"
Viko menggeleng menjawab pertanyaan Andreas. "Bertiga kok, sama Arlen juga.."
Ketiga cowok lainnya mengangguk-angguk mengerti.
"Kami berteman dengan baik masa itu, tapi.." pandangan Viko tiba-tiba meredup.
"Tapi?" Desak Zio dengan penuh rasa penasaran.
"Kami saling menjauh dan meregang saat musibah datang.."
*
"Seharusnya kemarin kamu tidak datang kerumah!"
Lulu yang sedari tadi hanya diam membaca di pojok perpustakaan, mengangkat wajahnya. Matanya menatap datar pada sosok Deni yang menatapnya tajam.
"Kenapa?."
"Kenapa kamu bilang?!" Deni sedikit menggeram tertahan. Pria itu maju, kemudian tanpa aba-aba ia menarik kerah seragam Lulu hingga gadis itu berdiri.
"Kamu.."
"Jangan lupa, Arlen adalah sahabatku, dan dia juga tengah mengandung benih mu.."
Deni menggertakkan giginya. Pria itu menghempaskan tubuh kecil Lulu dengan kasar.
"Dengar! Jalang itu yang salah, dia yang menggoda ku dan dia—"
"Menggoda mu, heh?" Lulu terkekeh sinis. "Jangan kira aku tidak tahu apapun, tentang hubungan kalian.."
Tatapan Lulu menajam, membuat Deni terdiam. "Jangan biarkan aku membongkar semuanya, mengingatkan dirimu dengan perlakuan brengsek mu itu!"
"Tapi tidak seharusnya kamu datang dan bilang kepada si tua itu!" Geram Deni dengan emosi.
Lulu menaikkan sebelah alisnya. Gadis itu menatap penuh ejekan pada sang kakak. "Kau takut pada si tua itu ha?"
Deni mengepalkan tangannya erat-erat. Ia tak bisa menjawab pertanyaan Lulu, karena memang itulah kenyataannya.
"Dengar," Lulu kini menatap lurus pada mata Deni, "kau hanya perlu menjawab, kau mau bertanggung jawab atau tidak, itu saja."
Deni memejamkan matanya, guna menetralkan rasa emosinya. Dengan tenang ia menjawab, "aku tidak akan pernah bertanggung jawab, karena itu salahnya bukan salah ku, aku tidak perduli dengan benih itu, dan sampai kapan pun aku tidak akan mau mempertanggungjawabkan nya!"
•°•°•°•°•°•
Duuuhh pengen deh lempar kepala Deni pake bom, biar sadar😑😐.
Awokawokawok..
Ehehe, dah lama author ga update yak😅. Minggu kemarin author, lagi menjalani ujian guys, jadi ga bisa update.. mon maap yak😅❤️✌️.
Btw, kalian yang sudah baca udah vote belum?. Kuy lah vote dulu terus komen yaa.. lopyuuu...
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Or Bad Couple? [END]
Teen Fiction"nikahi gue!" "Apa?! Lo gila?!" "Gue waras! nikahi gue!" "Shit, gimana bisa?! Gue masih SMA!" "Gue ngga nanya status Lo! Gue cuma minta satu!, N-I-K-A-H-I G-U-E!" "GILA!" * Zio dan Lulu adalah sepasang insan remaja yang dipertemukan dalam sebuah tra...