EP 4

5.4K 633 34
                                    

Happy reading!
~~

Pagi hari ini Shani sudah bersiap dengan setelan kantornya. Shani segera menggedor pintu kamar didepannya.

"Nan bangun! Temenin gw ke kantor!"

Pintu tersebut terbuka menampilkan Jinan yang baru saja terbangun dengan wajah mengantuk dan rambut yang berantakan.

"Males Shaniiii" ucap Jinan dengan mata setengah terpejam.

"Saint Laurent Envelope Medium Pebble Shw?"

Begitu mendengar nama brand tersebut, seketika Jinan membuka kedua matanya. Ia tersenyum kearah Shani, lalu dengan cepat mencuri cium pada pipi Shani. Tentu saja Shani langsung mengusap pipinya dan menunjukan ekpresi jijiknya.

"I'll be ready in 45 minutes babe.." ucap Jinan lalu segera berlari ke kamar mandi karna mengetahui Shani yang kemungkinan akan membakarnya hidup-hidup.

Shani berjalan kesal menuju sofa, ia menumpangkan kakinya sembari membaca berita di ponselnya. Shani tersenyum saat mendapati berita-berita teratas ditempati oleh adiknya yang hendak melangsungkan debut. Namun Shani juga tau jika saat ini adiknya sedang mengalami kendala karna pelatih mereka tiba-tiba saja mengalami kecelakaan.

Dan pada pagi ini Shani ingin melakukan interview langsung kepada para pelamar di posisi tersebut. Shani tidak akan membiarkan adiknya ditangani oleh sembarang orang. Jadi Shani memutuskan untuk turun tangan langsung selama ia berada di Indonesia.
Selama tinggal di Indonesia, Shani membeli sebuah apartemen yang ia tempati bersama Jinan.

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Jinan sudah siap berangkat. Shani menatap kesal pada Jinan, sedangkan Jinan hanya tersenyum dengan polosnya.
Begitu sampai di parkiran, Shani membukakan pintu penumpang untuk Jinan.

"Silahkan princess.." ucap Shani dengan nada menyindirnya.

"Thank u!" jawab Jinan dengan tidak tau dirinya.

Begitu Jinan masuk kedalam mobil, Shani membanting keras pintu mobil tersebut. Shani hanya bisa mendengus kesal saat mendengar suara tawa dari dalam mobilnya, ia segera berlari ke kursi pengemudi. Tanpa berlama-lama lagi, Shani segera menancap gasnya.

"Om Reynan udah tau tentang Orn?" tanya Jinan.

Shani menggelengkan kepalanya. "Jangan sampe tau. Gw bakalan beresin semuanya"

"Jadi lo bakalan minta Gracia buat kerja di perusahaan lo?"

Shani menganggukan kepalanya.

"Kalau misalkan dia nolak?"

"Gampang, tinggal beresin detik itu juga"

"Perlu bantuan kah?" tanya Jinan menatap penuh arti pada Shani.

"Ga perlu, gw bakalan main serapih mungkin. Seperti biasanya.." ucap Shani sembari mengecek botol-botol kecil berisi arsenik yang berada di laci dashboard mobilnya.

"Di kantor?"

Shani lagi-lagi menganggukan kepalanya.

"Waw.. Good luck!"

Sesampainya dikantor, Jinan lebih dulu pergi meninggalkan Shani. Entah kenapa Shani merasa jika Gracia akan menemuinya hari ini, jadi untuk persiapan, Shani membawa satu botol kecil cairan arsenik lengkap dengan alat suntiknya. Shani memasukan kedua barang tersebut kedalam saku blazernya.

Begitu Shani masuk kedalam gedung, semua orang membungkuk memberi salam pada Shani, sedangkan Shani hanya membalas seadanya. Sebelum Shani menuju ke ruanganya, ia menyempatkan untuk pergi ke ruang latihan untuk menghampiri adiknya.

LB BOOK II: ENDLESS PAIN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang