"Mark, mari bicara serius."
Mark menolehkan kepalanya menatap wajah sang kekasih lalu tersenyum sambil menggenggam tangan Haechan, dan lihatlah hidungnya yang memerah karena kedinginan. Mark melepaskan syal yang Haechan berikan untuknya dan memakaikannya untuk Haechan.
"Harusnya kau yang memakai syal ini, lihat hidungmu memerah sayang."kata Mark sambil mencubit pelan hidung sang kekasih.
Uh Haechan tidak bisa, perlakuan Mark membuatnya tidak ingin untuk mengakhiri hubungan nya, lagipula tidak alasan yang spesifik yang harus Haechan katakan pada Mark, jika mengatakan bahwa ini permintaan ayahnya Mark pun akan sia-sia. Lalu bagaimana sekarang? Haechan menghela napas kasar semuanya terasa menjadi lebih rumit.
"Sekarang katakan, hal serius apa yang ingin kau bicarakan."
Haechan menggigit bibir bawahnya, berusaha mengumpulkan keberanian lalu menatap Mark gusar. "Aku, aku Mark aku--."
Mark menangkup pipi Haechan, lalu menatap nya lamat. "Berhenti menggigit bibir mu nanti kau terluka. "
"Tidak perlu dilanjutkan karena aku tau apa yang ingin kau bicarakan."lanjutnya sambil sesekali mngelus pipi Haechan.
Haechan menundukkan kepalanya, dia tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk bertanya kepada Mark, dari mana dia mengetahuinya, bagi orang seperti Mark mencari informasi tentang apapun akan menjadi hal yang mudah bukan, uh kenapa Haechan tidak berpikir kesana.
Bahu Haechan seketika melemas karena jika sudah seperti ini semuanya akan lebih sulit, Mark tidak akan pernah menyerah dengan apa yang sudah dia perjuangkan, bukan tidak senang Mark memperjuangkan hubungan yang telah mereka jalin hanya saja Haechan ingin semuanya cepat berakhir dan dia bisa hidup seperti biasa lagi. Bukannya juga Haechan tidak mau berjuang hanya saja hidup memang seperti ini bukan sikaya tidak akan pernah bisa menjadi kekasih simiskinkan, bukankah cerita hidup tidak akan jauh berbeda seperti apa yang dialami oleh para pemain drama hanya bedanya mereka yang bermain drama telah dijanjikan dengan ending yang terjamin seperti happy ending atau sad ending setidaknya mereka sudah mengetahui akhir hidup mereka, sementara Haechan masadepanpun masih terlihat abu-abu.
"Awalnya aku senang kau bisa melawan ayahku namun setelah itu kau membuat ku kecewa, Haechan."
"Bahkan dengan mudahnya, kau berhenti bekerja apakah sependek itu pemikiran mu."lanjut Mark, melepaskan tangannya lalu berbalik memandang langit yang perlahan mulai menggelap, karena sore sepertinya akan segera berakhir.
Tetap menundukkan kepalanya Haechan mulai terisak pelan, tangan nya yang bergetar memilin pakaian hangatnya, dia tau telah menyakiti Mark, bahkan Haechan tidak menghargai perjuangan yang telah Mark lakukan, dengan mudahnya Haechan menyerah. Tapi penghinaan yang dilontarkan oleh ayahnya Mark, membuat Haechan tidak bisa untuk terus bertahan, jika nama keluarga nya telah diseret maka Haechan tidak akan pernah terima, sekalipun orang itu adalah orang paling berpengaruh.
Mendengar isakan pelan Haechan, Mark menatapnya sendu, menggenggam tangan bergetar Haechan, yang mulai terasa dingin Mark mengeratkan nya.
"Haechan, tatap aku."katanya, tetapi Haechan malah menggelengkan kepalanya dengan pelan masih dengan isakan tangisnya dan Mark tidak suka melihat Haechan menangis terlebih itu disebabkan oleh nya, Mark menghela napas pelan lalu membawa Haechan kedalam dekapannya.
"Maafkan aku, jika kata-kata ku menyakiti mu."
Tangis Haechan malah terdengar semakin pecah, bahkan dia tidak membalas pelukan Mark. Yang Haechan lakukan sekarang hanya menangis
"Berhentilah menangis, sungguh Haechan aku merasa berengsek sekarang."
"Apa perlu aku bersujud didepanmu dan meminta maaf."kata Mark, dengan pandangan lurus kedepan.
Langsung saja Haechan melepaskan dirinya dari dekapan Mark, lalu menggeleng cepat berbarengan dengan air matanya yang terus jatuh.
"Hikss tidak, jangan lakukan itu Mark. Aku hikss yang salah, seharusnya aku yang minta maaf."ucapnya di sela tangisannya.
"Hey tidak, bukan kau yang salah tapi ayahku lah yang bersalah disini atas semua yang terjadi."Mark memegang bahu Haechan.
"Mark, dia ayahmu."lirihnya.
"Aku tau."
"Dia ingin bermain dengan kita Haechan, jadi mari menikmati permainannya."lanjutnya dengan tersenyum penuh arti.
Haechan tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Mark, permainan apa yang Mark maksud apakah Mark akan melawan ayahnya sendiri demi Haechan, apapun itu Haechan hanya berdoa semoga keputusan nya ini benar.
"Mark."
"Tidak, jangan katakan jika kau ingin mengakhiri hubungan kita Haechan."
"Aku, tidak."
Tersenyum penuh arti, Mark kembali menarik Haechan kedalam dekapannya. Tidak akan pernah melepaskan apa yang telah dia genggam dan Mark berjanji untuk itu karena bukankah dari awal Mark telah menjanjikan sebuah kebahagiaan untuk Haechan, sesulit apapun jalannya dan siapapun orang yang menghalangi hubungan nya tidak akan Mark ampuni sekali pun itu ayahnya, bukan seolah-olah Mark bersikap tidak baik hanya saja bukankah semuanya dimulai oleh ayahnya sendiri.
_________________________________________
Setelah mengantarkan Haechan pulang, Mark berniat mengunjungi rumah orang tuanya dia merindukan ibunya dan dia juga memiliki tujuan lain pada ayahnya.
Memasuki halaman rumah mewah milik ayahnya Mark memarkirkan mobilnya lalu beranjak turun dan masuk kedalam rumah.
Hal pertama yang ia lihat adalah ibunya yang sedang menonton televisi.
"Oh yaampun, lihatlah akhirnya putraku pulang."seru sang ibu sambil menghampiri Mark.
Mark tersenyum dan juga menghampiri sang ibu lalu memeluk ibunya dengan erat. Taeyong hampir saja menangis dalam pelukannya, pasalnya setelah terjadinya perselisihan antara suaminya dan putranya membuat keduanya jarang bertemu karena Mark yang memilih untuk tinggal di apartemen. Dan lihatlah sejak kapan putranya tumbuh dengan begitu cepat.
"Aku merindukan mommy."ucap Mark, dan mendapatkan pukulan dari sang ibu.
"Kau berbohong, kau merindukan mommy tapi jarang sekali kemari."marah ibunya.
"Aku sibuk mom, dan yah sekarang aku memiliki waktu jadi aku pulang."elaknya.
"Anak nakal, kemarilah hari ini kau harus menemani mommy menonton sampai larut malam, dan kau juga harus menginap."kata Taeyong sambil menarik Mark agar duduk, disofa ruang tamu.
Keduanya tengah saling menyalurkan kerinduan antara anak dan ibu, yang mana mereka jarang sekali untuk bertemu, Taeyong terus saja memarahi anaknya karena tidak pernah menghubunginya bahkan Taeyong juga merajuk karena Mark merahasiakan kekasihnya.
Sebenarnya Taeyong sudah tahu dengan hubungan yang tengah dijalani oleh putra satu-satunya ini dari Jaemin, tapi kalau taunya dari orang lain Taeyong tidak terima, pokoknya dia harus menuntut Mark untuk menceritakan semuanya tentang Haechan.
"Jaemin menceritakan Haechan pada Mommy, lalu bagaimana dengan orang tuanya."
"Awalnya Yuta marah, namun saat Jeno menceritakan segalanya semuanya seperti tidak terjadi sesuatu, Jeno dan Jaemin telah direstui."
"Lalu Daddy."tanya Mark hati-hati.
Taeyong menggelengkan kepalanya dia tidak tahu Jaehyun akan memberikan respon seperti apa bagi Taeyong selama itu semua tidak menghambat kebahagiaan putranya kenapa tidak. Dengan respon sang ibu Mark yakin jika apa yang ayahnya lakukan pada Haechan ada sangkut pautnya dengan ini.
"Jadi ceritakan semuanya tentang kekasihmu."tanya Taeyong disela lamunan anaknya.
"Mom, kau sudah tahu dari Jaemin jadi kenapa bertanya lagi."
"Jaemin tidak lengkap menceritakan nya, dan lagi mommy mau mendengar nya langsung darimu."sanksi sang ibu.
"Berhenti membicarakan gadis miskin itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid [Markhyuck Gs]✔
FanfictionHidup tidak akan selalu mudah dan menyenangkan bukan, adakalanya kepahitan menghampiri kita. Menurutku tertawa adalah pilihan paling ampuh untuk melupakan masalah. Tidak peduli seberapa besar mereka memaki kita, selama kita tidak membebani mereka...