KIM RAE
"Alam nasyrah laka sadrak."
Sayup terdengar sesuatu dari kamar sebelah.
Seketika membuyarkan lamunanku tentang rasa sakit yang di hadiahkan oleh Gi.
Kutegakkan dudukku dan kupertajam pendengaranku."Wa wada'na 'anka wizrak."
Seperti sebuah senandung.
Suaranya merdu."Alladzi an qada dzahrak."
Apa Alea yang tengah bersenandung itu?
Aku turun dari ranjang, berjalan menuju pintu kamar, kubuka pintu kamar perlahan, suara itu semakin jelas, aku yakin itu suara senandung Alea.
"Wa rafa'na laka dzikrak."
Pintu kamar Alea terbuka sedikit dan aku bisa melihatnya jelas dari celah pintu yang tidak tertutup rapat itu.
benar saja itu suara Alea.
Dia tengah duduk bersila diatas ranjangnya, tangannya memegang sebuah buku, entah buku apa itu."Fa inna ma’al ‘usri yusraa."
Suaranya merdu.
"Inna ma’al ‘usri yusraa."
Mendayu-dayu, menenagkan bising dalam diriku.
"Fa idza faraghta-fansab."
Suara Alea dalam senandung itu seakan menghipnotisku.
"Wa ilaa rabbika farghab."
Tak kusangka suara Alea sebagus itu saat bersenandung.
Dia menutup buku yang ada di pangkuannya.
Kemudian beranjak turun dan berjalan menuju meja.Apakah sudah selesai?
Ah, aku masih ingin mendengarkan suara senandungnya.Kulihat Alea berjalan ke arahku.
Sepertinya dia melihatku dari pantulan cermin meja riasnya."Apakah suaraku terlalu keras?"
begitu membuka pintu kamarnya, dia langsung mencercahku dengan berbagai pertanyaan."Suaramu bagus," kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.
Tak kuhiraukan Alea yang bingung dengan jawabanku.
"Boleh aku masuk?" tanyaku
Aku begitu penasaran, buku melodi apa yang tadi dia baca.
Aku begitu ingin tahu.Dan begitu dia mempersilahkan aku masuk, aku langsung masuk ke dalam kamarnya.
"Apa yang sedang kau lakukan tadi?" tanyaku.
"Mengaji," jawabnya.
'mengaji' sebuah istilah yang asing bagiku, aku tidak tahu apa yang dimaksud dengan 'mengaji'.
"Aku membaca kitab suciku," jawab Alea saat kutanya apa itu mengaji.
Aha ... jadi dia tadi sedang membaca kitab sucinya.
Jadi itu bukan buku melodi, itu kitab sucinya.
bukan juga senandung tapi mengaji.
Jadi tadi Alea sedang beribadah.
Mungkin semacam melantunkan puji-pujian untuk Tuhannya.
Ya aku mengerti sekarang."Bacalah kitab sucimu itu setiap hari dengan suara yang keras, agar aku dapat mendengarnya, aku suka mendengar kau membacanya," kataku padanya.
Ya, itu jujur, aku memang suka mendengar Alea mengaji.
Bahkan tadi aku sempat sedikit kecewa saat mengajinya usai.
Aku masih sangat inggin mendengar dia mengaji.Tapi dari raut wajahnya sepertinya dia agak sedikit canggung.
Bukan hal yang aneh, dia pasti merasa tidak enak jika harus mengaji dengan suara yang keras, karena keluarga kami berbeda keyakinan dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUSAN, LOVE AFTER GI
RomanceCerita fiksi Hanya sekedar imaginasi dari penulis. Senja menyapa kota Busan. Ombak menjilati bibir pantai gwangalli. Matahari turun sepenggalan dalam pandar serupa cadar. Pada jarak puluhan ribu mil, Ada rindu yang terhampar Pada jingganya langit se...