"TOOOOOOOEEEETTTTTTT!!!!!"
Suara horn bell yang lumayan panjang menandai berakhirnya pertandingan penyisihan basket putra antar SMA se-Jabodetabek. Tim SMA Pratama Jaya asal Depok yang tergabung dalam grup A, dapet kesempatan bertanding di hari terakhir babak tersebut. Mereka unggul atas tim SMA Dian Pertiwi Bogor dengan skor akhir 92-84.
Walaupun tim Diper (akronim dari nama SMA mereka, Dian Pertiwi, sengaja disingkat biar gampang diinget) nggak berhasil masuk semifinal, tapi sorak sorai para pemain - sekaligus supporter mereka, berbaur dengan riuh dan tepuk tangan dari kubu Praja (kalau yang ini akronim dari Pratama Jaya).Ya kali kalau sedikit kericuhan terjadi pas dua menit terakhir quarter ketiga, gara-gara salah satu pemain lawan ketauan foul out, alias intoleransi berupa dikeluarkannya pemain dari lapangan, karena melebihi batas maksimal pelanggaran. Tapi toh kericuhan itu bisa diatasi juga, dengan peringatan dari aparat keamanan yang berjaga di tiap kubu, eh, tiap sisi tribun penonton maksudnya.
Begitu lama pemain Praja dan Diper berjabat tangan, berpelukan, genggam-genggaman, bahkan jotos-jotosan - eits, bukan jotos berantem ya. Simbol solidaritas anak-anak cowok memang begitu, setara dengan cipika-cipiki-nya para ciwi. Susah nentuin mana yang paling antusias. Meraih kemenangan atau mendapat kekalahan bukan satu-satunya ambisi mereka. Seenggaknya mereka udah menunjukkan kemampuan mereka masing-masing. Dan pastinya strategi tiap tim yang kadang susah diprediksi.
Seorang cewek diantara penonton terbengong-bengong menyaksikan kedua tim saling mengucapkan selamat, sembari itu tadi, saling peluk, genggam, dan jotos. Cewek yang panjang rambutnya sedikit melebihi ketek (cuma dipakein bando jaring warna pink) itu nggak bersuara sama sekali sejak wasit mengumumkan kemenangan tim Praja. Ya sih, dari awal pertandingan dia cuma teriak 'yeeeeaaaaayyyy' begitu lihatin beberapa pemain tim Praja menyumbang angka.
Sejak regenerasi tim Praja awal semester lalu, cewek ini jugalah yang menjadi full time supporter bagi mereka. Nggak cuma ikut menyaksikan mereka latihan di GOR Mini Praja yang ada di belakang sekolah. Pernah suatu hari, cewek itu relain hampir semua uang sakunya, buat beliin air minum buat semua pemain, yang kalau ditotal jumlahnya 15 orang. Lumayan banyak, kan?Pernah juga mentraktir makan salah satu pemain, tapi yang bayar si pemain itu juga. Satu lagi, si cewek juga ikut iuran pas jengukin pemain lainnya yang sakit. Waaahh, cewek berhati malaikat banget sih ini. Konsekuensinya, cewek itu harus siap kena semprot ibunya kalau pulang diatas jam 7 malem, atau setelat-telatnya habis Isya.
Nah, cewek yang terbengong tadi rupanya masih berdiri di tengah tribun. Padahal, satu-persatu penonton, pemain, dan panitia udah lebih dulu keluar dari GOR Mini. Nggak ada seorangpun dari penonton dan panitia ngajakin cewek ini ngobrol, kenal aja boro-boro. Ya kali kalau cewek itu disamperin salah satu pemain saat berangkat. Tapi pas pertandingan selesai, cewek ini malah nggak ngeh pemain bernomer punggung 25 itu malah ngeloyor sama temen-temennya, ninggalin cewek itu begitu saja.
Cewek berbadan cukup tinggi itu, perlahan menuruni tribun bagian kiri. Keliatan di sisi kanan lapangan ada seorang pemain lagi yang nomer punggungnya 9. Cowok berbalut sleeveless jersey hitam (tadinya sih pakai jersey merah marun dengan aksen putih) itu lagi duduk di bangku cadangan sambil minum. Berkali-kali cowok yang badannya lebih tinggi, besar dan kekar (janjian sama Hulk dong?) dari si cewek membenahi nafasnya yang tadinya nggak beraturan. Desahan si cowok pun kedengeran jelas oleh si cewek yang kemudian jalan ke tengah lapangan, lalu menundukkan badannya 90 derajat.
"Eh?"
Si cewek memungut sesuatu di hadapannya. Sebuah gelang strip merah. Dari teksturnya, gelang itu dibuat dari kulit sintetis. Kedua mata cewek itu juga terpusat pada pilinan tali hitam di kedua ujungnya. Pilinan tali itu bisa ditarik jemari panjang si cewek.Cowok ber-jersey hitam itu jalan deketin si cewek, nggak lama kemudian. "Jadi pulang gak?"
Suara bernada jutek itu kontan aja mengagetkan si cewek. Buru-buru cewek itu masukin gelang temuannya ke saku rok denim selututnya yang lumayan dalem. Padahal ada tas ransel berwarna dusty pink yang tergantung di bahunya. Badannya juga berbalut kaos rajut putih tulang bermotif bintang-bintang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYMATE [Preview]
Roman pour AdolescentsJatuh cinta ternyata belum tentu sama indahnya dengan nyanyian dewa-dewi cinta. Mengejar cinta seseorang yang dikagumi tak seindah yang dibayangkan dan dikatakan. Seperti inilah yang dialami Virzha Elvinna Roseline, gadis manis mantan kapten cheerle...