Vol.07

6.1K 459 8
                                    


"Selamat pagi sayang, ayo bangun ini udah jam enam pagi..." ucapan yang pertama kali terdengar di telinga Zen ketika bangun dari tidurnya.

"Jam enam?! Kenapa gak bangunin dari tadi!" selimut yang menutupi tubuhnya langsung dilempar kesamping tanpa menyadari bahwa sebenarnya Zen tengah full naked.

"Aku ud...hwahhhh! T tadi malem..." ucap Zen terpotong-potong sembari meraih selimut disebelahnya guna menutupi tubuh telanjangnya.

"Kuda-kudaan? Iya tadi malem kita ngelakuin ekhem ekhem. Akhhh baby desahan tadi malem hstt luar biasa. Kamu mengerang gini 'ahhh daddy Aaron faster ah' kayanya kebawa suasana" Aaron sedikit menirukan suara erangan dan raut wajah Zen tadi malam.

"Jangan bohong ya dasar siluman licik! M mana mungkin aku ngerang gitu!" jawab Zen yang masih tidak menerima kenyataan yang sebenarnya memang terjadi.

"Gak percaya? Kalau gitu biar kita ulangin lagi bagaimana hmm?" tangan nakal Aaron mulai menarik pelan selimut yang menutupi tubuh Zen.

"Kyaa! Gak mau! Gak!"

Adegan tarik menarik selimut pun terjadi dengan suara teriakan kecil yang memenuhi kamar milik Zen. Namun berbeda dengan Aaron yang terus tertawa renyah melihat wajah Zen yang memerah seperti tomat matang.

"Hahhhh udahlah, sana cepat mandi. Bukannya hari ini kamu kerja?"

Aaron lebih memilih mengakhiri perdebatan paginya karena tau kalau hari ini Zen harus bekerja dan dia juga memiliki urusan penting.

。。。。。。。。。。。。。。。。。

Jam 08.55, Rumah kediaman keluarga Aaron.

"Inget Aaron, besok jam satu siang kamu harus bersiap-siap untuk berangkat kesana"

"Hmm berarti waktu Aaron masih ada..." mata Aaron langsung melirik ke arah arloji yang menempel di pergelangan tangannya.

"Satu hari, yap! waktu yang sangat sedikit buat main-main di luar" lanjut Aaron.

"Kamu gak boleh keluar sama sekali mulai detik ini" suara yang terdengar sangat menekankan kalimatnya.

"Ini ngelanggar perjanjian awal kita, ini gak adil!"

"Aaron...udahlah dengarkan saja apa kata ayahmu itu, nak" lerai sang ibu yang memisahkan cekcok antara suami dan anaknya.

"Dengerin? Setiap hari Aaron dengerin. Dari Aaron masih kecil sampai sekarang ini rasanya di kekang terus sama aturan-aturan yang kalian buat. Aaron harus ini. Aaron harus itu. Semuanya semau kalian!"

Setelah selesai mengucapkan kalimatnya, Aaron langsung pergi ke kamarnya meninggalkan kedua orang tua dan juga kakak perempuannya yang masih duduk disana.

"Hah..." hela nafas sang ayah melihat kelakuan keras kepala anak lelakinya.




Kamar yang pencahayaannya redup dan tenang, menjadi tempat favorit Aaron untuk menenangkan dirinya. Hingga tak terasa hari sudah mulai malam dan Aaron belum keluar dari dalam kamarnya, mengisi waktunya untuk rebahan dan menonton di laptop miliknya.

"Hufft, bosen!"

Tring! Tring! Tring!

Terdengar bunyi dering ponsel milik Aaron yang menandakan panggilan yang masuk.

"Hump? Nomor gak dikenal?"

"Jangan-jangan....."

*Fb on*

"Mana ponsel kamu"

"Buat apa?!" sergah Zen ketika Aaron hendak merampas ponsel yang berada di tangannya.

"Udah siniin aja..."

"Nih! Cepetan dan gak pake lama" pasrah Zen dengan keterpaksaan.

Entahlah apa yang di lakukan Aaron pada ponselnya yang malang itu, melihat jari jemari Aaron yang menekan-nekan layar ponselnya tanpa perasaan.

Wajah Zen terlihat menatap aneh melihat pria di sebelahnya yang masih fokus dengan layar ponsel miliknya.

"Heh, kamu ngapain sih? Lama banget hmmm"

"Ah ini cuma ngetik nomor ponsel aku aja, biar kita bisa ck ck..." kedipan mata genit Aaron membuat Zen merinding terlebih lagi jari-jarinya yang mengisyarakan 'bertelefonan'.

"Terserah"

*Fb off*

"Pasti ini Zen yang nelfon, astaga deg-deg serrr jantungku" Aaron coba mengatur nafasnya bak orang lahiran. Dan...

"Halo Zen, aku tau pasti kamu bakal telfon" ucap Aaron sembari memainkan rambut pendeknya.

//"Maaf mas, saya Angga pengantar pizza. Saya udah ada di depan gerbang rumah, nunggu kepastian mas mau ambil atau gak?"

"Owh. Iya mas, saya kesana. Tunggu sebentar ya mas"

//"Iya mas..."

Tuttttt

Sambungan telefon langsung dimatikan oleh Aaron dan segera keluar kamar menemui pengantar pizza.

"Maaf tuan muda. Tuan muda mau kemana?"

"Tenang aja, saya cuma mau ambil pesanan di depan gerbang"

Aaron merasa sangat risih, setiap langkahnya selalu diperhatikan oleh penjaga yang diperintahkan ayahnya.

"Ini mas pesanannya, semuanya 76 ribu rupi ah ah" ucap Angga sedikit bercanda dan memberikan sekotak yang masih pizza hangat.

"Terima kasih mas, ini uangnya. Kembaliannya ambil aja" jawab Aaron.

"Sama-sama mas"

"Kembaliannya ambil aja? Uangnya pas mas, pas massss. Kembalian kepalamu botak"- batin Angga, setelah melihat uang yang diberikan Aaron memanglah pas.

"Mas...kenapa bengong?" ucapan Aaron menyadarkan lamunan.

"Gak kenapa-kenapa mas, saya permisi dulu"

"Bentar mas, tadi bercanda, ini uang tip-nya" selembar uang lima puluh ribu mendarat di telapak tangan Angga dan membuat Angga senyum-senyum kuda.

_..._..._..._..._..._..._..._..._..._..._..._..._..._..._

"Besok ibu mau pergi sehari ke rumah nenek. Andi dan Epin ikut sama ibu, Cika bareng Zen dirumah. Kalau Cika ikut, nanti ibu malah kewalahan buat ngawas mereka apalagi Cika"

"Iya bu, siap kok"








//TBC

Meet You Again [M-Preg] ーTAMATーTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang