Whisper

544 54 6
                                    


⚠️ WARNING!
      Sesuai judul bakalan ada whisper ga enak disini. Kalian hati-hati ya jangan ikutan memejamkan mata sambil tarik nafas eh kalo memejamkan mata gimana bacanya wkwk. Maksudnya jangan terlalu menghayati yang jeno omongin, ada kata-kata yang menurutku sensitif juga
warning aja sih

Happy reading ❤️






🍃






Donghyuck terbangun kala mendengar suara alarm handphonenya yang bertuliskan "DIE". Ya, Donghyuck selalu siap untuk mati kapanpun dan dimanapun, bagaimanapun dan karna apapun itu. Donghyuck bangun dan langsung merapikan tempat tidurnya, dia anak yang rapi. Pergi mandi, dan bersiap-siap.

"Kapan kau akan keluar?" Teriak keponakan laki-lakinya dari ambang pintu
"Kau harus pergi sarapan sekarang dan mengantarku sekolah. Atau aku akan terlambat!"

"Iya, aku keluar sekarang" Donghyuck segera membereskan barang-barangnya dan menyusul ke ruang makan

"Selamat pagi" sapa donghyuck pada paman, bibi, dan keponakannya yang sudah mulai sarapan

"Pagi... Jam berapa kau akan pulang hari ini?" Tanya pamannya

"Aku belum tahu, kelasku akan selesai jam 5 sore dan ada kegiatan sore ini dengan klub musik, hanya latihan saja"

"Jangan lupa antar chenle pulang terlebih dahulu" Donghyuck mengangguk

Kesehariannya ya seperti ini, menjadi supir keponakannya yang cerewet. Meski kelasnya dimulai jam 2 siang, dia tetap harus bangun pagi demi mengantar chenle sekolah lalu sorenya meski malam hari kegiatannya baru selesai ia harus mengantar chenle pulang terlebih dahulu

Donghyuck dititipkan pada pamannya yang tinggal di Seoul demi kenyamanan studinya. Yang padahal tidak nyaman sama sekali. Jika saja Donghyuck bisa memilih, ia lebih memilih sekolah sambil bekerja dan menyewa apartemen atau apapun untuk tidur. Tapi ini semua kehendak ibunya

"Hai kawan" sapa Jaemin sahabatnya sejak jaman SMA.

"Tolong tersenyumlah hari ini" sambung Renjun sahabat yang ia temui saat hari pertama masuk kuliah

"Aku ingin berhenti" gumam Donghyuck

"Berhenti menjadi supir keponakanmu?"

"Atau berhenti kuliah?" Sahabatnya saling tebak

"Semua" Donghyuck menarik nafas panjang. "Ya sudahlah lupakan, ayo ke kelas, sebelum profesor kesayangan Jaemin mendahului kita"
Donghyuck mendapatkan satu pukulan dikepalanya

"Dia kesayanganmu bodoh"
Ya meski beban disana sini setidaknya Donghyuck masih punya dua teman disini
.
.
.
"Kalau begitu nilaimu kosong"

"Tapi gyosu-nim, saya kan sudah mengirimkannya lewat email seperti yang Anda bilang. Bukannya minggu lalu bapak minta untuk mengirimkan tugas dalam bentuk file lewat email?"

"Sekarang kamu lihat, teman-temanmu mengirimkan tugas dalam bentuk pdf atau lembaran?"
Donghyuck menengok sekitar, semua temannya mengumpulkan lembaran untuk tugas kali ini

"Jika kau tak tahu apapun maka tanya! handphone bagus yang orang tuamu belikan ini gunanya bukan hanya untuk bermain game! Kelas selesai untuk hari ini. Lain waktu biasakan fokus, cermati, amati apapun yang saya katakan. Terima kasih" Bapak dosen keluar dari kelas begitu saja

"Damn!" Donghyuck menahan diri untuk tidak menggebrak meja

"Kau tak tahu jika ada perubahan?" Tanya Renjun

ㅡ Sempiternal ㅡTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang