03. Kelinci

815 12 5
                                    

Kemarin kita sudah menyimak teori dasar hipnotis, sekarang waktunya untuk mencoba.

Percobaan pertama aku lakukan bersama adikku Anggar.

Kelinci pertama, Anggar.
Hipnotis dasar, tidur.

Saat itu, aku masih berada dalam fase coba-coba. Aku tidak begitu yakin untuk mengharapkan keberhasilan.

Aku mempraktikkan semua dasar-dasar hipnotis yang sudah disebutkan sebelumnya, merapal sugesti untuk meningkatkan intuisi di pikiran Anggar, si kelinci pertama.

Semua kalimatku asal-asalan, berulang-ulang, dengan bahasa campur-aduk.

Aku melakukannya di kamar, menyuruh Anggar duduk agak menengah. Menjelaskan secara singkat tentang maksudku. Hipnotis.

"Anggar, kamu bantuin aku ya. Aku mau nyoba hipnotis," aku berkata sambil meraih tangannya.

"Emang bisa mbak?" Dari mukanya, Anggar terlihat antusias sekaligus penasaran.

"Makanya mau nyoba. Kalau berhasil, berarti beneran bisa,"

Akhirnya kesepakatan terbentuk. Anggar bersedia menjadi relawan perdana, dan aku memulai prosesi hipnotis.

"Dengarkan kata-kata saya..."
Aku memposisikan diri di depannya, mengarahkan pandangan Anggar untuk fokus ke arah telapak tangannya.

Anggar sedikit menunduk dengan napas yang tenang. Tidak ada gerak-gerik yang menggambarkan kalau dia bercanda. Dia terlihat serius mendengarkan instruksi yang aku berikan, kemudian langsung mengikutinya.

Mulutku terus mengoceh dengan nada yang pelan. Sejujurnya aku tidak mau mama mengetahuinya. Makanya aku sengaja menggunakan nada pelan nyaris berbisik.

Waktu berjalan cukup lama, hingga akhirnya kata pamungkas terucap.
".... Tidur!"

Di hadapanku, tubuh Anggar ambruk ke depan. Gerakannya lembut seperti orang yang pingsan. Tidak ada gerakan dari Anggar padahal posisi tidurnya jauh dari kata nyaman.

Anggar yang semula duduk bersila, ambruk menelungkup ke depan. Bisa dibayangkan, secara normal posisi tidur seperti itu sangatlah tidak nyaman.

Maka dari itu, aku menggeser tubuhnya, membenarkan posisi tidurnya menjadi tidur miring dengan kaki yang tidak terlipat.

"Hey... Anggar, tidur beneran kah?"
Aku masih tidak percaya dan tidak mau menganggap hipnotis ini telah berhasil.

Aneh. Ada yang aneh.
Bagaimana bisa di percobaan pertama langsung berhasil? Sehebat apa aku? Apa mungkin Anggar sedang menipuku?

Ya, dia pasti sedang mempermainkan aku. Dia pura-pura tidur, kemudian akan bangun tiba-tiba saat aku sedang selebrasi keberhasilan. Bisa dibayangkan di kepala, Anggar pasti akan berteriak 'bwaaaaaa!!' sambil tertawa cekikikan menertawakan aku.

"Anggar, heh... Kamu nggak pura-pura tidur kan? Aku gelitikin nih,"

Boom!
Dia tidak merespon!
Dia masih saja bertahan dengan posisi tidur miringnya.

Aneh. Aku tidak bisa percaya ini.
Bukan senang yang aku rasakan, justru panik mulai merambati pikiran.

"Put! Kamu lagi apa? Tolong mama dong. Tolong kamu ke dapur cek panci, airnya udah mendidih apa belum,"

Aku yang panik melihat Anggar tidur pulas itu, buru-buru ke belakang menuruti perintah mama.

Selesai mematikan kompor, aku kembali ke kamar untuk mengurus Anggar yang ternyata tidak berubah posisi.

"Anggar, dengerin. Hitungan ketiga kamu bangun. Beneran bangun,"

Satu, dua, tiga... Bangun!

Anggar pun bangun seperti orang bangun tidur. Dia mengucek mata, mengerjap, dan mengusap-usap mukanya.

"Anggar! Jujur deh, kamu tadi beneran tidur?"

"Hah? Emang aku tadi tidur?"

Apa-apaan ini, muka tanpa dosa yang mendadak amnesia. Tidak lucu! Tapi dia tidak terlihat bercanda.

"Kamu tadi tidur, Anggar. Kamu tuh dari awal udah ngantuk kah? Makanya tadi tidur?"

"Nggak, aku nggak ngantuk. Emang tadi aku tidur ya?"

"Emangnya kamu nggak ngerasain apa-apa gitu?"
Serius, aku bingung sendiri menghadapi reaksi Anggar.

"Nggak, aku nggak inget apa-apa,"

Begitulah hari itu berakhir.
Masih ada hal yang mengganjal, dan aku masih belum bisa menganggap hipnotis yang aku lakukan terhadap Anggar itu berhasil.

Aku harus mencoba ke orang lain.
Besok aku harus mencari relawan untuk membuktikan hipnotis ini.

***

Pertanyaan 1:
Apakah hipnotis tadi berhasil?
#satu,dua...tidur!

***

16.5.21
Nurmalita Putri J

Satu, Dua, ... Tidur!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang