[Bab 8] Pohon Beringin

33 13 2
                                    

Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

[*****]

“Nanti Kak Gio jemput gak?” tanya Hana penasaran.

“Gak tahu tuh. Dia sibuk sama teman-temannya sekarang,” ujar Ayumi. “Kesel banget aku. Katanya mau kangen-kangenan. Ngabisin waktu berdua. Ehh, dia malah seringnya di luar,” cerocos Ayumi seperti kereta api.

Hana dan Ayumi baru saja keluar dari toilet. Tadi sesaat setelah bel istirahat berbunyi mereka langsung keluar dari kelas tanpa peduli guru pengawas yang masih membereskan kertas ujian. Tentunya sudah meminta izin juga.

“Kayaknya dia lagi ngedeketin cewek deh. Mening pepet sama kamu deh, Han. Gerak dong! Kamu kok belum gerak sih?! Katanya suka. Gimana sih …,” ternyata kereta api masih mengeluarkan suaranya.

“Oh, ya? Beneran? Kata kamu dia lagi gak ada gandengan,” ucap Hana gusar. Sebenarnya dia tak menyangka harus bergerak secepat ini.

“Iya. Itu, ‘kan kemarin. Mana aku tahu tujuan lain dia ke sini buat nemuin teman lamanya. Lagian kamu emang harus gercep deh, Han. Tiga hari lagi dia pulang soalnya.”

“Gi-gimana dong, Yum? Apa … aku harus ikut ke rumah kamu? Terus TP-TP sama dia?” (Tebar Pesona)

“Emm, boleh juga. Tapi gak tahu, deh. Kita lihat nanti aja,” ujar Ayumi ragu. “Aku mau fokus belajar buat UTS soalnya.”

“Gakpapa dong. Aku, ‘kan niatnya mau ketemu sama Kak Gio,” tukas Hana percaya diri. “Sekalian modus minta diajarin buat UTS,” kini bibirnya merekah sembari terkekeh-kekeh.

“Masalahnya dia gak ada di rumah, Hanaa,” 

“Yaah, kamu gimana sih …,” dalam sekejap senyum Hana luntur. Tergantikan bibirnya yang cemberut.

“Dia nginep di rumah temannya,” lanjut Ayumi kemudian.

Tak ada lagi yang bersuara. kini mereka melanjutkan berjalan menuju kelas. Untungnya ruang 03 berada tepat di depan toilet. Hanya perlu berbelok untuk sampai di depan kelas.

Hanya ada beberapa murid yang berada di depan kelas. Kebanyakan dari mereka pasti sedang mengisi tenaga untuk bertarung dengan soal. Tentunya di kantin belakang, atau di depan sekolah. Terdapat banyak pedagang yang berjajar rapi di sana.

Di pojok dekat pintu kelas terlihat Angkara sedang duduk dengan santainya. Tanpa memerdulikan kehadiran orang tersebut Ayumi masuk ke dalam kelas. Lagi pula untuk apa berurusan lagi dengannya. Toh, barang-barang yang dipinjam sudah kembali dengan selamat di tangan Ayumi. 

Biarkanlah kejahilan yang kemarin dilakukan. Ayumi akan melupakannya. Karena sudah cukup kesal dengan sikap menyebalkannya itu. Menurut Ayumi memperkecil interaksi dengan si murid pindahan akan meminimalisir tingkah-tingkah lebih menyebalkan yang akan dilakukannya.

Hana mengambil tas yang masih ada di dekat papan tulis. Lalu membawanya ke bangku tempatnya duduk. Sedangkan Ayumi langsung menuju bangkunya, karena tas sudah dipindahkan ke sana sebelum pergi tadi. Namun … tidak ada barang tersebut di sana.

Hanya ada papan krani dan tempat pensil di atas meja. Di dalam laci meja … kosong. Di kolong kursi, kolong meja, tidak ada. Di belakang kursi, tidak ada. Entah mengapa Ayumi memeriksa di sana. Jika pun ada, seharusnya terlihat sedikit bagian tas. Karena tas miliknya terbilang besar.

Ayumi AngkaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang