Dia

10 2 0
                                    

"Mas Agyaa?!! Mitaa! Mas Agyaa, Mitaa"
00.01 gadis itu bangun. Berteriak mencari sosok orang selain dirinya.

"Lagi? Kenapa ketiduran si?"

Ia berjalan menuju kasir. Membuka salah satu laci, mencari benda kecil yang sangat berguna. Kunci.

Larut malam ia putuskan untuk kembali ke kostnya. Pandangan fokus kedepan. Tidak menoleh walau akan menyebrang. Pikirnya 'kendaraan mana yang akan keluar malam-malam'. Jalan begitu sepi karena itu ia berjalan pelan dan santai melewati jalan raya.

Tiba-tiba mobil berwarna hitam dari persimpangan muncul dengan laju yang sangat cepat. Ia membunyikan klakson berkali-kali berharap gadis itu berjalan cepat. Tapi ia tetap berjalan santai. Alibinya itu suara tanpa wujud. Mobil itu mengerem mendadak. Tinggal 1 jengkal tamat riwayat gadis itu.

Laki-laki itu yang masih didalam mobil mewahnya berbicara sendiri. Ia kesal karena harus menghentikan mobilnya. Ia keluar dengan penuh karisma menghampiri gadis itu lalu menghadangnya.

"Penglihatan anda tidak berfungsi? Leher anda tidak bisa menoleh? Apakah Anda punya stroke? Tapi kenapa bisa berjalan dengan baik?"

Hujatan senonoh langsung keluar dari mulutnya.

"Anda siapa?" Jawab gadis itu. Tidak merasa bersalah.

"Aku orang yang hampir menabrak anda. Dan anda orang yang hampir saya tabrak"

"O" jawabnya singkat.

"Anda tidak merasa bersalah?"

"Kenapa saya yang harus merasa bersalah?" Ia mengangkat kepalanya sampai bola mata gadis itu menggambar pria yang hampir menabraknya.

"Yaa anda berjalan begitu santainya. Padahal mobil saya begitu lajunya".

"Kalau begitu, apakah saya yang bersalah? Tidakkan? Yang sebenarnya punya otak siapa? Jangan mentang-mentang anda memakai jas lalu anda berbuat seenaknya. Negara punya aturan dan manusia punya akhlak dan otak.  Apakah Anda punya gejala stroke? Sampai susah mengucapkan kata 'maaf'?".

Laki itu tersodor. Ia tau kecepatannya melebihi aturan. Dibalik itu ia kagum setiap kata yang dilontarkan gadis itu.

"Gilang" ujar laki itu sembari menyodorkan tangannya pada gadis tidak dikenalnya.

"Anda mau saya menyebut nama saya? Mau melaporkan saya?"

"Tidak"

"Lantas? Perkenalan ini tidak ada untungnya bagi anda, melihat pakaian anda yang sangat rapi dan saya yang begitu lusuhnya. Hhmm.. Saya pamit karena ini sudah larut malam"

Ia lanjut berjalan. Meninggalkan laki-laki yang mematung ditengah jalan.

"Setidaknya aku tau jabatan yang merangkul dirimu!". Gadis itu berhenti, menatap lamat-lamat laki-laki yang tidak dikenalnya.

"Kebanyakan orang sombong karena jabatan yang baru saja ia dapat padahal jabatan itu tidak untuk disombongkan, jika tugas dari jabatan itu selesai dengan sempurna dan bermanfaat bagi banyak orang walau tidak pada dirinya sendiri itu yang harus dibanggakan. Saya seorang pegawai kafe sebrang sana"

Lagi-lagi gadis itu membuat laki-laki berpakaian rapi itu kagum. Ia mematung. Merekam semua perkataannya.

Esok saya akan datang dikafe itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang