empat

3.6K 287 19
                                    

Happy reading !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading !

Segala perkataan yang keluar dari mulut Rajendra memang sepertinya selalu bisa mengintimidasi lawan bicaranya. Namun tidak dengan Violin.

"Eung? Masalah apa ya? Olin engga punya masalah sama siapapun, bener deh"

Mata bulat Violin mengerjap lucu, dan Rajendra berkali kali jatuh ke pesona Violin.

"Tapi kalo mamas ganteng mau ngobrol sama Olin boleh kok, tapi nanti ya Olin udah telat, bye bye !"

Tanpa menghiraukan respon Rajendra, Violin berlari kecil ke ruang HRD. Rajendra tersenyum tipis, bahkan dirinya tak sadar jika ia sedang mengulas senyum.

Tapi, mengapa Violin berada di kantornya? Tidak mungkin jika Violin karyawan baru, seingatnya perusahaanya belum membuka lowongan kerja untuk karyawan. Lantas mengapa bisa Violin ada disini?

Niatnya ke kantor untuk mengerjakan berkas dan mengusir Violin dari bayang bayangnya, tapi dia malah dipertemukan kembali oleh semesta. Dunia memang sebercanda itu. Rajendra mengernyit, tadi Violin ke ruangan Dion kan?

Jangan jangan Violin berniat melamar menjadi asisten pribadinya.

"Gua harus pastiin sendiri."

Rajendra berjalan dengan tegap, langkah kakinya berjalan seirama, tak sedikit karyawan wanita yang terang terangan memuji dirinya, namun Rajendra tetaplah Rajendra, pria arogan yang tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya.

Sayup sayup ia mendengar tawa manis Violin menguar dibalik pintu ruangan Dion. Tak sadar dirinya belingsatan sendiri, hatinya panas mendengar Violin tertawa dengan pria lain, tanpa menunggu lama Rajendra membuka pintu tersebut dengan kasar.

BRAK.

"Ayam babi sapi !" Latah Dion.

Violin terkesiap dari duduknya. Hampir saja Rajendra meloloskan tawanya karena ekspresi Violin saat terkejut benar benar menggemaskan, untung saja Rajendra mampu mengembalikan raut mukanya menjadi datar.

"Eh Pak Jendra, maaf pak ada yang bisa saya bantu?" Dion mengumpati Rajendra di hatinya.

Rajendra menggeleng dan menunjuk Violin menggunaan dagunya.

"Oh ini Violin Lakeswara pak, salah satu calon asisten pribadi bapak yang baru saja selesai saya wawancarai."

"Loh? Mamas ganteng ini yang nanti jadi bos Olin?"

Dion melotot, astaga Violin, kenapa dia seberani itu berbicara dengan Rajendra dengan bahasa yang terlalu santai?

"Pak Dion matanya kenapa? Olin salah ngomong ya? Matanya mau keluar tuh" celetuk Violin refleks.

Rajendra mati matian menahan dirinya untuk tidak mengacak gemas rambut Violin.

"Dion, jam berapa kamu seharusnya melakukan wawancara kerja?"

MY ARROGANT BOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang