‧͙⁺˚*・༓☾ Chapter 14 ☽༓・*˚⁺‧͙
Harsa and His Poems.-Lapak absen-
Absen dolooooooo!Pada malam yang meredam ingatan, Mithnite duduk di teras rumah. Terdengar suara langkah kaki dari belakang, di mana Zoey menghampiri cowok itu. "Hey," panggil Zoey.
"Hai," balas Mithnite singkat.
"Kok kamu masih di sini?" Zoey memang tahu bahwa Mithnite mengawasinya karena dia melihat seekor kupu-kupu di luar jendela.
"Malas pulang."
"Kamu ... kalau pulang ke mana?" Zoey bertanya. "Maksud aku, selama kamu di parallel ini, kamu tinggal di mana?"
"Rubanah gereja tua."
Zoey terperangah mendengarnya, namun dia memilih mengangguk mengerti. "Mithnite ... aku boleh tanya?"
"Boleh."
"Sebelum kamu jadi malaikat ... kan kamu pernah jadi manusia. Ceritain pas kamu jadi manusia dong," tukas Zoey yang sebenarnya rasa penasarannya tak mampu terbendung.
"Aku nggak ingat," jawab Mithnite seadanya.
"Kamu meninggalnya karena kecelakaan atau gimana? Kok nggak ingat?" Mithnite sempat melempari pelototan tajam karena merasa omongan Zoey sudah melantur. "Oke, maaf. Maksud aku, kok kamu bisa nggak ingat?"
"Karena aku jiwa yang hilang."
"Lho, katanya malaikat?"
"Aku nggak pernah menganggap diri aku malaikat. Tapi aku mengizinkan kamu untuk menganggap aku malaikat," balas Mithnite.
"Jadi kamu itu ... jiwa yang hilang?" Zoey mendapat anggukan kepala dari Mithnite. "Apa yang buat jiwa yang hilang berbeda dari jiwa yang lain?"
"Jiwa yang hilang nggak punya sisa memori saat jadi manusia," jelas Mithnite.
"Jadi kamu bukan malaikat?"
"Akan menjadi malaikat saat aku kembali ke atas sana," ralat Mithnite.
"Pantas aja aku sempat heran kenapa kamu nggak punya sayap." Zoey mendesis. "Terus, superpower kamu yang pake jentikan jari itu dapet dari mana?"
"Dari yang di-Atas lah," jawab Mithnite yang sudah mulai risih karena Zoey terus bertanya. "Ada hal yang lain kamu mau tanya, hm?"
Zoey menggeleng. "Nggak sih. Cuma pengen bilang, ternyata ... bukan cuma aku doang yang menderita dan menyedihkan. Ternyata kamu juga."
"Maksud kamu, aku menyedihkan?"
Zoey mengangguk. "Kamu nggak punya ingatan atau memori saat jadi manusia. Kayaknya kalau aku jadi kamu, aku nggak sanggup nerima kenyataan."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Weight of Our Days
सामान्य साहित्य❞Karena patah hati terbesar orang tua adalah kehilangan anaknya.❞ Di antara malam, kehilangan, dan di sudut jatuhnya sembilu, isakannya menggema menjadi nestapa yang mencumbui sukma hingga terasa sesak. Gema-gema nestapa yang tak pernah terbungkam...