Jika ingin dihormati maka biasakan untuk menghormati orang lain terlebih dahulu.
Kehadiran Lili di keluarga Relegan menjadi kekuatan untuk wanita-wanita yang tersakiti. Tak hanya itu, kehadiran Lalea di kehidupan Haruman membuat perubahan besar dalam dirinya.
Dahulu, Haruman begitu dingin, kejam dan emosional. Ia tidak mendengar berbagai macam nasihat untuk segera memperbaiki sikapnya dan selalu mendahulukan pendapatnya sendiri ketimbang menghargai pendapat orang lain.
Dan ketika ia mendapatkan bahwa Ruby sedang hamil pun masih terlihat biasa saja baginya, sebab yang dia inginkan hanyalah kebahagiaannya seperti masa-masa dahulu.
Omong-omong tentang kebahagiaan. Saat kelahiran Lalea, sikap dan sifat buruk Haruman seketika perlahan menghilang walau tidak seluruhnya. Namun, tak apa jika lebih baik lelaki itu bisa berdamai dengan masa lalunya.
Senyuman terukir di wajah Haruman, ia seperti melihat seseorang dalam diri putri kecilnya itu. Kedatangan bayi mungil itu membawa kebahagiaan dalam diri Haruman.
"Hey! lakukan apa yang saya katakan. Dan jangan membantah." teriak salah satu senior Lalea yang sedang memberikan hukuman dalam organisasi yang ia harus ikuti. Lalea termasuk salah satu mahasiswi yang berprestasi dalam kampusnya.
Lalea masih diam di tempat semula, ia berdiri dan menatap tajam seorang senior laki-laki yang menyuruhnya tadi itu. Ia tidak mau menuruti perkataan senior itu. Ia tidak ingin seperti teman-temannya yang bisa di permainkan dengan alasan pengujian mental itu.
"Cepat ikuti kata senior kamu, jangan berlagak seperti bos dan orang penting kamu di sini." ketus salah satu perempuan yang menjadi senior Lalea.
Wanita itu masih tetap tidak menggubris apa yang dikatakan oleh seniornya itu tadi, hingga kakak senior Lalea yang perempuan itu mendekati Lalea dan sengaja mendorong bahu gadis itu.
"Kamu punya telinga, 'kan?" teriak senior perempuan Lalea.
"Kamu menantang kami?" lelaki itu juga mendekat, ia tak hanya diam namun ikutan dalam membentak Lalea.
Mereka pikir Lalea akan menangis? Mereka salah besar.
Lalea tersenyum miring. "Untuk apa aku harus menuruti kalian? Aku berada di sini hanya untuk mencari ilmu dan menambah wawasan serta pengalaman. Bukan untuk dipermainkan seperti apa yang kalian inginkan." ucapan Lalea membuat seniornya itu naik darah.
"Kamu ingin belajar? Maka aku akan mengajarimu."
"Gita, beri tahu dia pelajaran apa yang aku ingin ajarkan padanya." teriak senior perempuan itu kepada rekan seniornya.
"Tunggu sebentar,"
Wanita yang bernama Gita itu menghampiri mereka bertiga. "Oh, jadi ini junior yang menantangmu, Ra?"
"Jadi aku harus apa? Memohon permintaan maaf dari kalian? Sedangkan aku tidak melakukan kesalahan." ucap Lalea dengan santai. Tidak ada guratan ketakutan di wajah gadis itu. Dia pemberani seperti yang di ajarkan oleh papinya.
Ketiga seniornya itu tersenyum smirk, Gita memberikan ember yang berisi air bekas cucian piring ibu kantin itu kepada Nara. Dan dengan gampangnya tangan wanita itu membuang air kotor itu kepada Lalea. Habis bau tidak sedap yang tercium dari baju dan rambut Lalea.
"Kalian pikir aku akan takut? Lalu aku harus meminta maaf kepada kamu, kamu dan kamu yang gila hormat?"
"Pengujian mental sebagai hukuman? Ini hukuman atau tindakan pembullyan membuat teman-teman saya takut dan harus menunduk dengan kata senior? Oh, tidak bagi saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
TIRANI
Romance[Based on True Story] Haliaca Putri Pranata--Wanita muda dan lugu itu selalu berpikir, apakah ia pernah melakukan kesalahan sehingga takdir menempatkan dirinya pada lelaki yang tak tahu cara menghargai wanita? Ia masih teringat perkataan Mario setel...