Akara senang ayah pulang hari ini, setelah seminggu penuh tinggal di jerman melakukan perjalanan bisnisnya.
"Bunda! Kalau ayah pulang bangun aka!" pintanya sedikit berteriak, berjalan santai menuju sopa panjang depan tv.
"Iya," mayra sang bunda yang tengah memasak di bantu mbok imah hanya menjawab pelan meskipun tahu putra bungsunya tak akan mendengar ini.
"Woah! Fizi bodyshaming upin ipin!" pekiknya heboh saat layar persegi di hadapannya menyala.
"Berita macam apa ini!" dumelnya seraya mengambil stoples cemilan yang telah di sediakan.
Hening melanda, hanya suara televisi yang terdengar, beberapa saat berlalu hingga netranya beralih fokus.
Mayra berjalan tergesa menaiki tangga menuju lantai dua, 'mau kemana bundanya itu' fikir akara, menggedikkan bahu acuh dan kembali fokus.
Fokusnya kembali pecah saat suara langkah kaki dan dumelan mayra terdengar mendekat.
"Dek, abang kamu kemana sih? bunda cariin gak ada," mayra datang dengan wajah paniknya.
Akara hanya mengerutkan kening merasa heran sendiri, perasaan bundanya tak setua itu untuk pikun.
"Bukannya bang aksa pamit jemput ayah ya tadi?" Mayra melongo, menatap si bungsu dengan perasaan malu.
"Oh iya ... yaudah bunda lanjut masak dulu!"
Akara hanya menggeleng, maklum sudah biasa pikirnya.
"Ayah pulang!" Belum ada satu menit bahkan mayra baru saja meletakan panci sayur sop di meja makan, suara suaminya terdengar keras mengisi seisi rumah.
Mayra berjalan menghampiri suaminya yang berdiri di depan pintu utama, mengambil jas kantor serta tasnya.
"Masuk suami!" ucapnya dengan senyuman khasnya yang terlihat manis, berjalan lebih dulu meninggalkan Harsa, suaminya yang masih setia berdiri.
"Istri! Istri gak nanya kabar suami dulu gitu?" tanya Harsa, berjalan tergesa mengikuti istrinya yang jauh meninggalkan.
"Nggak perlu, anak aku mana?" jawab Mayra enteng, duduk di sopa diikuti harsa, celingukan mencari putra sulungnya yang belum terlihat.
"Aku di sini Bunda!" sahut Angkasa yang berlari kecil menghampiri keluarganya, duduk di samping akara dengan sedikit mendempet membuat akara berdecak kesal.
"Ambilin minum buat ayah sana!" Rasanya rahang aksa telrepas dari tempatnya saat itu juga, ia kira bunda kangen ternyata ingin menyuruhnya, lalu apa gunanya si adik?
"Bhahaha! Kesian banget si Lu Bang," puas sekali akara melihat abangnya ternistakan seperti ini.
"Gak perlu," aksa urung beranjak saat harsa bersuara "Ayah mau mandi aja, istri ayok ke kamar!" tanpa bersuara lagi keduanya beranjak pergi dengan bergandengan tangan diiringi tatapan jijik kedua putranya.
"Bang!" Panggil akara pelan, menatap pintu kamar orang tuanya yang baru saja tertutup dengan sedikit kencang.
"Apa?" Angkasa menatap adiknya yang tak berhenti memakan cemilan dengan wajah seriusnya.
'So cool sekali abangnya ini,' batin akara "Orang tua Lo berapa lama sih nikahnya?"
Aksa berdecak "Ck, mereka orang tua Lu juga kalo lupa!"
"Hehehe ...." akara hanya jyengir tanpa dosa, kembali menatap abangnya serius.
"Kenapa emang?" Aksa ikut penasaran pada akhirnya."Manggilnya masih Istri! Suami! Emangnya gak dosa ya?" Ingin sekali aksa menenggelamkan wajah polos akara ke tepi danau.
Aksa menatap akara serius, mendekatkan wajah keduanya dengan mata yang saling menatap, adiknya sampai lupa bernafas saking dekatnya.
"Itu semua karena," aksa semakin mengikis jarak hingga akara sedikit mundur dan refleks berhenti mengunyah "lah mana saya tahu sayakan tempe!" teriak Aksa geram.
Beranjak pergi dengan cepat, meninggalkan akara yang setia dengan wajah polosnya.
"Salah gue di mana?" gumamnya, melanjutkan kembali mengunyah dan ikut beranjak menuju kamarnya, nanti saja ambil oleh-oleh pikirnya
KAMU SEDANG MEMBACA
AKARA HARSA
Teen FictionSemuanya akan baik-baik saja kalau gengsi dan egoismu di jaga(: