Entah mengapa aku merasa kesal ketika laki-laki itu mendekati pacarku. Tertawa genit seolah-olah tak ada perempuan lain di muka bumi ini. Dan yang lebih mengesalkan adalah pacarku juga terlihat "melayani" mereka.
Seolah-olah aku ini tak ada disampingnya. Namun tetap saja, aku hanya tersenyum melihat gadis manis itu tertawa. Puppy eyesnya yang membuatku tak bisa berpaling dari wajahnya, senyumnya yang manis tak aneh jika banyak lelaki yang ingin dekat dengannya.
Apalagi ketika ia tiba-tiba menengok ke arahku. Dia begitu mempesona. Tak bisa aku berpaling walau hanya sebentar.
Kemudian dalam momentum yang sangat cepat, para pria berisik itu akhirnya pergi. Tersisalah aku, dia, dan kesunyian.
"Maaf ya." katanya memulai obrolan.
"Yah, aku mengerti ko." kataku.
"Aku tau kamu ga suka ngeliat mereka ngedeketin aku."
"Tapi sebagai ketua ossis aku gak punya hak untuk menghindar dari mereka. Bagaimana pun mereka juga butuh pesan dan saran aku."
Aku hanya mengangguk. Kemudian bel sekolah berbunyi menandakan waktu istirahat sudah selesai.
"Kita ketemu pulang sekolah ya." katanya.
Kemudian ia melihat ke sekeliling. Memastikan kantin sudah sepi. Lalu mencium bibirku sekilas.
"Eunseo?" kataku.
"Ya?"
"Aku gak peduli kalau kamu banyak mengobrol dengan orang-orang disekolah. Tapi, bisakah kamu berjanji?"
"Janji apa? Aku akan menepatinya."
"Meskipun kamu banyak ngobrol dengan orang lain disekolah. Berjanjilah kamu selalu pulang bersamaku."
Eunseo mengangguk. "Aku berjanji, lee luda."
Kemudian Eunseo tiba-tiba memelukku begitu erat.