Waktu tersisa

5 2 1
                                    

"Hai Bee, hari ini jadi daftar ujian skripsi?

" Jadi", jawabku malas-malasan

"Harusnya seneng dong, kenapa mukanya kayak gitu?"

"Aku lagi nggak bersemangat"

"Lho, bukannya dari kemarin kamu pengen cepat menyelesaikan kuliahmu. Kenapa sekarang nggak bersemangat?" ditatapnya aku dengan penuh selidik.

"Bee, ada apa? Aku yakin pasti ada sesuatu"

"..."

"Bee..."

"...."

Diangkatnya daguku lembut dengan ibu jarinya.

" Bee, lihat aku!, jangan menyimpannya sendiri sayang"

"Tadi aku telpon mama, terus aku cerita soal pendaftaran ujian skripsiku"

Kutarik nafasku untuk mengambil jeda. Rasanya ini bagian terberat yang harus aku sampaikan ke dia. Meskipun aku sudah pernah menceritakan tentang betapa beratnya hubungan kami nanti, tapi menyampaikan sesuatu yang langsung diucapkan mama itu rasanya nggak mudah.

"Bee, bicaralah... Aku menunggu", digenggamnya tanganku.

"Aku sudah ceritakan tentang hubungan kita. Aku ceritakan tentang kamu ke mama, termasuk kamu yang seorang Jawa tulen", ku tarik sedikit sudut bibirku.

"Mama tetap dengan pendiriannya, mama nggak setuju dengan hubungan kita", aku mulai meneteskan airmata yang dari tadi sudah ku tahan. Aku tidak ingin terlihat cengeng didepan Mahesa.

"Hai, sini!", ditariknya tanganku agar duduk lebih dekat disampingnya.
Dihapusnya airmataku dengan ibu jarinya.

"Jangan menangis Bee, dari awal aku sudah tau resikonya berpacaran denganmu. Kalau akhirnya kamu mengatakan ke mama dan mama tidak setuju, bukankah memang kita sudah tau memang itu yang akan mama katakan"

"Aku hanya berpikir mama akan berubah"

"Dia belum mengenal aku Bee, kalaupun seandainya nanti mama bertemu aku belum tentu juga keputusannya akan berubah"

"Kita sudah pernah membicarakan ini, dan aku berjanji akan berjuang bersama kamu. Asalkan kamu memang masih ingin bersamaku Bee"

"Apakah aku laki-laki yang layak kamu perjuangankan?", dia menatapku seolah-olah meminta jawab atas pertanyaannya.

Aku hanya mengangguk, lalu dipeluknya tubuhku.

"Terima kasih Bee". Dilepaskannya pelukannya lalu memandangku.

"Mau ikut denganku?"

"Kemana?"

"Menikmati malam", katanya sambil tersenyum.

Kuanggukkan kepalaku, aku tahu makna menikmati malam bagi kami. Aku dan dia akan pergi naik motor kemanapun tanpa tujuan. Terkadang aku dan Mahesa tiba-tiba berhenti disuatu tempat menikmati jagung bakar atau kacang rebus.

Kadang kami hanya sekedar duduk-duduk ditaman kota, berbincang tentang apapun sampai akhirnya kami berdua kehabisan cerita dan hanya diam saling berpegangan tangan.
Lalu kami akan beranjak meninggalkan taman kota dalam diam sambil bergandengan tangan.

Ntah kemana malam ini kami akan pergi, bagiku berdua diatas motor sambil memeluknya memberi rasa tersendiri.

"Bee, kapan ujian skripsi?"

"Bulan depan, kenapa?"

"Setelah itu?"

"Aku mulai mencari pekerjaan dengan surat kelulusan sementara, bulan depannya aku wisuda"

Anesta dan Mahesa ( Sudah dicetak )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang