59. Aksara Senja

4.9K 731 127
                                    

"Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"

© Story of "Surga di Balik Jeruji 2" by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.

"Rasanya masih bermimpi, masih tidak nyata. Namun ternyata bukan mimpi. Ini nyata. Karena kamu ada di sini. Bersamaku"

***

Tidur Daffa dibangunkan oleh sepasang tangan kecil yang menyentuh wajahnya dengan lembut, terdengar cekikikan merdu yang membuat Daffa membuka matanya segera. Wajah mungil menyapa, dengan iris mata berwarna coklat cerah sedang kedua pipinya merona merah seperti apel di musim dingin.

Muhammad Aksara Senja.

"Aksa nakal yah, bangunin Papa tidur." Daffa gemas dan menarik putranya-yang sekarang menginjak umur dua tahun-ke dalam pelukan. Dia menghujani Aksa dengan banyak ciuman di pipi. "Nggak biarin Papa tidur sebentar. Papa kan masih mengantuk."

"Bangun Papa." Aksa melingkarkan kedua lengan kecilnya di leher Daffa lalu balas mencium pipi Daffa. "Bangun. Buka puasa." Dia berucap diselingi tawa saat Daffa menggelitiki perut buncit Aksa. Wangi telon dari Aksa membuat Daffa candu untuk terus memeluknya.

"Memangnya sudah jam berapa?" Daffa mengedarkan pandangan, melihat jam di dinding. "Astagfirullah, sebentar lagi buka puasa. Kok Mama nggak bangunin Papa sih?" Meraih ponselnya dari atas nakas, tidak menemukan notifikasi panggilan telpon dari Alya sama sekali. "Mama pasti sibuk banget di dapur." Dia menerka.

Pintu kamar diketuk, Daffa menoleh saat Mentari menegok ke dalam. "Nak, sudah bangun? Sudah enakkan badannya?" tanyanya langsung.

"Alhamdulillah Mah, sudah mendingan. Tapi Daffa kok nggak dibangunin sih? Padahal bentar lagi buka puasa. Pasti mereka sibuk banget di halaman. Mana hari ini buka puasa terakhir. Daffa nggak enak nggak bantuin sama sekali." Daffa bergegas berganti pakaian, dari kaos oblong menjadi pakaian muslim putih.

Mentari mengusap rambut Daffa. "Soalnya kamu bilang tadi capek, jadi nggak ada yang berani bangunin kamu." Perempuan itu kemudian menggendong Aksa, memberikan ciuman di pipinya. "Tapi sepertinya Aksa nggak bisa diajak kompromi, dia nggak bisa membiarkan Papanya tidur, ya kan?"

Aksa menggeleng dan cekikikan. "Papah. Bangun." Dia berkata dengan sangat menggemaskan. "Temanin Aksa."

"Dia mirip banget sama Alya." Daffa menyisir rambutnya, sejenak memperhatikan penampilannya di depan cermin. Muka bantal! Matanya masih bengkak, dia tidur sangat nyenyak tadi. "Aksa mirip banget sama Alya Mah, bentar-bentar dia bangunin Senja. Posesifnya sama banget." Daffa meraih Aksa dari gendongan Mentari.

"Kamu mau turun?"

"Iya, ini mau turun." Daffa mengangguk.

"Baiklah kalau begitu, Mama turun duluan yah. Bantuin siapin masakan buat buka puasa." Mentari menatap keluar jendela, pada taman di seberang rumah, di mana keluarga besar Guntur telah berkumpul. "Laila sama Alya pasti repot di dapur. Mama harus nolongin mereka."

Surga Di Balik Jeruji | SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang