Tiffany berada di sofa ruang tengah sambil menatap ponselnya yang terdapat tanda menghubungi, namun seseorang itu tak kunjung mengangkatnya. Sudah berkali-kali ia keluar masuk kamarnya bolak-balik hanya untuk mepulangan gadis setengah dewasa yang empat tahun lebih muda darinya.
"Kemana anak itu..." Ucap Tiffany resah sambil menatap jam dinding yang sudah menujukkan waktu lebih dari tengah malam. Padahal Taeyeon sudah berjanji tidak akan pulang terlalu larut. Tiffany berpikir seharusnya ia mengetahui sejak awal, seseorang seperti Taeyeon seharusnya tak ia percayai kata-katanya.
Mana mungkin gadis itu pergi bersenang-senang dengan teman nakalnya yang lain pulang sebelum larut, mereka sudah dewasa dan tahu cara bersenang-senang menikmati kehidupan duniawi yang hanya sementara ini. Bukan lagi seorang anak SMA yang pulang larut hanya untuk belajar. Mungkin Taeyeon akan pulang di sepertiga malam nanti dengan kondisi mabuk dan tubuh yang sangat bau dengan alkohol.
"Aku tak peduli dengannya, lakukan saja semaunya." Ucap Tiffany lirih kemudian menaiki kamarnya yang berada di lantai dua. Sungguh melelahkan memiliki rumah besar dan tinggal sendiri seperti ini. Rasanya ia ingin pindah di rumah atau apartemen minimalis saja.
Tidak seperti ucapannya beberapa menit lalu yang berkata bahwa ia tak peduli lagi dengan Taeyeon. Kini Tiffany keluar dari kamar sudah berganti pakaian lebih rapi dan tentunya kunci mobil di salah satu tangannya. Ia menancap gas dan melajukan mobilnya kencang. Sialan, ia sudah seperti ibu-ibu yang panik saat anaknya belum pulang dari sekolah.
Setelah sampai di tempat tujuan, Tiffany masuk dan matanya begitu sakit saat merasakan cahaya dari kelab ini yang begitu menusuk. Sangat terang dan berkelap-kelip, sama sekali bukan gayanya datang ke tempat semacam ini. Masa mudanya hanya ia gunakan untuk belajar. Semua itu ia lakukan karena hanya dririnyalah satu-satunya ahli waris di keluarganya. Beruntung ia sudah menguasai semuanya saat sang kakek yang berperan menjadi wali meninggal dunia.
"Kim Taeyeon!!!" Teriak Tiffany seolah di tempat ini hanya ada dirinya. Ia tak perduli saat memanggil nama itu orang-orang menatapnya aneh.
"Menjijikan..." Ucap Tiffany memandang seluruh isi ruangan ini. Semua orang menari dengan begitu riang dengan wajah yang sudah mabuk dan beberapa lainnya yang duduk di kursi masih bersikap normal. Tak lupa, sebagian besar dari mereka pasti merokok sambil matanya mencari pemandangan yang mereka incar. Entah itu bokong, dada, ataupun bagian tubuh wanita lain yang merangsang nafsu.
Apa Taeyeon juga seperti ini? Tentu saja, bisa dibilang gadis itu adalah salah satu aset utama di kelab ini, seorang pelacur yang bekerja memuaskan nafsu orang dengan imbalan uang besar yang menurut Tiffany itu tidaklah seberapa. Seberapa mahal bayaran Taeyeon pun, tetap saja ia miris melihat orang melabeli kelaminnya dengan harga permalam.
"Kim Taeyeon!! Dimana kau? Cepat kesini sekarang juga!" Teriaknya lagi.
"Ahjumma! Kau mencari temanku? Apa sudah membuat janji ataupun mebayar dp dulu?" Tanya gadis setengah mabuk menghampiri Tiffany.
Tiffany terlihat marah saat gadis itu memanggilnya Ahjumma. Ia tidak berhak mendapat panggilan itu karena dua alasan, yang pertama ia belum memiliki keponakan, dan yang kedua ia tidaklah setua itu sehingga gadis tersebut dengan berani memanggilnya Ahjumma. Tapi ia masih bisa menahan sebentar rasa kesalnya karena mengingat tujuannya kesini adalah mencari Taeyeon, bukan berdebat dengan gadis sok cantik di depannya ini.
"Dimana Taeyeon?" Tanya Tiffany yang menurutnya gadis ini pasti mengenal Taeyeon.
"Krys! Kau sedang berbicara dengan siapa?" Tanya seorang gadis yang baru saja datang dan merangkul Krystal dengan tangannya yang juga menggenggam gelas berisi dua butir es dan whiskey.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT SLAVE (COMPLETED)✅
أدب الهواةBagaimana jika Tiffany bertemu takdir dengan seseorang yang menjadi target dendamnya selama ini? Kebimbangan tak pernah luput dari kehidupannya. Ia tidak bisa memprioritaskan salah satunya, yaitu antara perasaan dan dendam. Main cast : Taeyeon & Tif...