Sudah satu minggu belakangan ini Jeno sering tidur larut malam. Membuat Renjun khawatir akan Jeno.
Renjun sering mengontrol perkembangan perusahaan Jeno selama belakangan ini. Namun bukannya malah berkembang, perusahaan Jeno malah makin terpuruk.
Ia sudah sering kali memberitahu Jeno untuk memberitahukan masalahnya kepada dirinya agar mereka menyelesaikannya secara bersama. Namun apa yang didapat Renjun? Gelengan serta tolakan halus dari Jeno. Jeno bilang kalau masalah perusahaannya hanya kecil, jadi Jeno bisa menghandle sendiri. Padahal Renjun sering memantau perusahaan Jeno dan perusahaannya jauh dikatakan baik.
Perilah Renjun memiliki perusahaan? Jeno belum mengetahui itu semua. Jeno selalu melarang Renjun untuk bekerja dengan alasan bahwa Jeno bisa mencukupi semua kebutuhan Renjun, jadi Renjun tidak perlu bekerja.
Padahal niat Renjun bekerja bukan karena Jeno tidak mampu membiayai Renjun. Ini cita-cita Renjun sedari kecil untuk menjadi Bussniess Girl. Perempuan yang mempunyai bisnis dimana-mana.
Tapi Renjun harus menghapuskan itu semua karena lagi-lagi dirinya kalah berdebat dengan Jeno dan harus mengalah dengan Jeno, lagi.
Maka dari itu, Renjun harus menyembunyikan perusahaannya yang sedari kecil Renjun bangun dari Jeno.
Dari Renjun sekolah, Renjun sudah membuka usaha kecil-kecilan, dibantu oleh pamannya Lay yang memanage semua kegiatan Renjun serta mengarahkan perusahaan Renjun menjadi lebih baik.
Dan ketika umur Renjun sudah pas, Lay ingin mundur dari jabatan yang telah di percayakan Renjun, untuk Renjun yang mengelolah sendiri perusahaannya tanpa campur tangan Lay. Renjun sangat senang mendengar dan menunggu itu semua.
Namun lagi-lagi Renjun harus menahan sampai Jeno membolehkan dirinya bekerja, walaupun itu terlihat tidak mungkin jika dilihat dari sikap keras kepala serta otoriter milik Jeno.
"Haahh~~" Helaan nafas panjang yang keluar dari mulut Jeno ketika dirinya sudah selesai berkutat dengan berkas yang ada dihadapannya.
Jeno mengedarkan pandangannya, melihat istri tercinta-nya yang tengah tertidur pulas membelakangi dirinya.
Pandangannya jatuh kepada makanan yang telah disiapkan Renjun untuk dirinya sebelum Renjun tidur.
Jeno mengarahkan tangannya mengambil makanan itu. "Sudah dingin." Gumam Jeno menatap sendu makanan itu. Padahal dirinya sangat lapar saat ini.
Diliriknya jam yang menempel di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua malam. "Tidak enak kalau membangunkan Injun." Monolog Jeno yang tengah bertarung dengan pikirannya.
"Lebih baik aku bikin sendiri deh!" Final Jeno, beranjak dari duduknya dan bergegas keluar kamar menuju dapur.
Setelah Jeno keluar, Renjun langsung beranjak dari kasurnya menuju meja kerja Jeno.
Didaratkan bokongnya diatas bangku kerja Jeno. Tangannya langsung membuka lembar kerja Jeno dan meneliti berkas kerja Jeno dengan telaten.
Tangan Renjun terulur untuk mengambil ponselnya dan memfoto berkas yang sangat penting menurut Renjun agar bisa ia bahas bersama dengan Lay.
Setelah selesai, Renjun langsung menyusul Jeno kebawah.
Renjun berjalan dengan perlahan sampai akhirnya ia berhasil turun di anak tangga terakhir.
"LEE JENO! LEE JISUNG! KALIAN BERDUA BERNIAT MENGHANCURKAN RUMAH INI?!" Teriak Renjun murka ketika dirinya hendak pergi ke dapur, melewati ruang keluarga dan betapa mengejutkannya melihat ruang keluarga yang sudah seperti kapal pecah karena ulah mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
LEE FAMILY - NOREN
FanfictionINI CERITA KHUSUS LEE FAMILY! BAGI KALIAN YANG TIDAK SUKA DENGAN FAMILY ATAU CERITA INI? DILARANG UNTUK KOMEN NEGATIF BAIK DIKOLOM KOMENTAR MAUPUN DIKEHIDUPAN NYATA BAGI PARA MEMBER BAIK LEE JENO, HUANG RENJUN MAUPUN PARK JISUNG. SHIPPER INI MENYANG...