✨Happy reading ✨
***
"Buna mau ecim!!" Ucap Ana sambil menarik tangan bundanya kearah penjual ice cream itu.
"Ice cream sayang bukan ecim," balas sang ayah sambil terkekeh pelan.
"Heem, ecim ayah, na mau ecim," pinta gadis kecil itu sambil menunjuk jejeran ice cream didalam kulkas.
Bryan ayah dari gadis itu tersenyum hangat sambil mengacak-acak rambutnya.
"Bun, bilang ketemuan disini aja, kasian Ana mau ice cream tuh. Rasya juga pasti suka ice cream."
"Iyaa, Bunda telpon Dinda dulu suruh kesini, ayah temenin Ana ya."
Bryan menunduk untuk mengimbangi tinggi putri kecilnya itu kemudian tersenyum hangat.
"Ana duduk disana, nanti ayah dateng bawain ice cream kesukaan Ana. Oke cantik?"
Ana tersenyum sambil mengangguk antusias kemudian berjalan menuju kursi yang kosong di ujung toko. Ia mencoba naik keatas kursi namun selalu gagal karena tubuhnya yang masih terlalu pendek.
Ana menoleh kebelakang saat merasa tubuhnya terangkat lalu sudah duduk diatas kursi.
"Kalau butuh bantuan bilang ya cantik," ucap lelaki remaja yang membantunya naik keatas kursi itu.
Ia mencubit pipi Ana gemas kemudian mengacak-acak rambutnya pelan. Ana terdiam sambil menatapnya kemudian mengangguk pelan.
"Ihh kaka, ayo main, keburu rame tuhh," ujar anak kecil yang merengek pada pria itu.
"Iya iyaa, Cindy gak boleh rewel gini hayo," ucap lelaki itu sambil mengikuti langkah adiknya yang menariknya kearah Timezone.
Ana terdiam sambil terus mengamati kakak beradik tadi. Ia tersenyum sambil berkata "Pokoknya na mau punya kaka juga, biar bisa dibantuin naik kursi dan ngga sendirian lagi."
***
"Enak ice creamnya cantik?"
"Enak tante, na suka suka suka," jawab Ana ceria tak lupa dengan senyuman manisnya.
"Tante, na boleh tanya ngga?" Lanjut na membuat semua yang berada dimeja itu menatapnya bingung.
Ya, tak lama sejak kakak beradik tadi pergi orang tuanya datang bersama teman bundanya beserta keluarga kecilnya.
"Boleh dong cantik, tanya apa hm?" Balas Zidan sambil tersenyum.
"Ih na tanya tante tapi malah om yang jawab, huu bucin," balas Ana mengejek.
"Eh eh eh tau darimana kamu, bucin bucin segala hm?" Tanya Bryan sambil menusuk nusuk pinggang Ana dengan jarinya.
Ana tertawa terbahak-bahak sambil menghindari ayahnya.
"Udah Bryan. Tanya apa cantik?" Balas Dinda sambil menyodorkan tisu kepada Ana.
Ana menerima kemudian mengelap bibirnya asal. Kemudian ia menunjuk Rasya dengan wajah kesalnya namun tetap terlihat imut.
"Kenapa dia ngga ngajak na ngomong tante? Sariwawan ya?" Tanya Ana kesal sekaligus bingung.
Rasya yang merasa ditunjuk tunjuk menepis tangan Ana pelan kemudian menatap Ana sinis.
"Tuh tuh tuh om!!! Rasya malah galak sama Ana," ucap Ana mengadu sambil menunjuk Rasya lagi. Rasya menampilkan muka marahnya kemudian memalingkan wajahnya kearah lain.
Orang dewasa dimeja itu tertawa dengan tingkah buah hati mereka masing-masing.
"Rasya dengerin bunda ya nak, Aliana ini bakal jadi salah satu wanita yang harus kamu jaga dan hormati kelak," ujar Dinda sambil mencangkup pipi putranya.
"Kenapa bunda? Rasya cuma bertugas melakukan itu sama bunda dan istri Rasya nanti."
"Ngga gitu Rasya, kamu bertugas seperti itu kepada semua perempuan, tapi secara khusus kepada bunda," tukas Zidan dengan wajah tegasnya.
"Dan juga Aliana," ucap Ana dengan bangganya sambil menepuk dadanya semangat.
"Kenapa kamu juga?" Tanya Rasya heran.
"Gapapa dong, terserah na," balas Ana sinis.
Rasya menghiraukan Ana yang sedang menatapnya sinis dan memilih melahap ice cream didepannya sampai habis.
"Ayah, fotoin na sama Rasya dong," pinta Ana dengan wajah memohonya.
"Gamau."
"Ih ko gamau si Rasya, pokonya harus mauuu!!" Balas Ana sambil berkacak pinggang.
Rasya menggelengkan kepalanya terus menerus sambil menatap Ana sinis.
"Kayaknya mereka bakal susah akur deh din," bisik Bianca pada Dinda dan diberi anggukan setuju.
Ana menepuk jidatnya pelan kemudian menarik kursi Rasya agar mendekat.
"Ayo om fotoin," ujar Ana.
"Kalau kamu gamau foto nanti na nangis loh, biar kamu dimarahin om karena bikin perempuan nangis," bisik Ana mengancam.
Rasya menatap Ana tajam kemudian tersenyum mengikuti Ana yang sudah berpose duluan dibanding dirinya.
"Udah nih lihat," ucap Zidan sambil menyodorkan hpnya kepada Ana.
Ana tersenyum manis saat melihat hasil foto itu kemudian mencium pipi Rasya singkat.
"Iyuh kenapa cium cium!!" Ucap Rasya marah sambil mengusap pipinya cepat seolah berusaha menghapus bekas ciuman dari Ana.
"Soalnya na sering lihat bunda sama ayah kalau lagi seneng ciuman. Na lagi seneng jadi na juga dong xixiii," balas Ana sambil tertawa bahagia.
Baik Bianca maupun Bryan sama-sama menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu. Mulai besok mereka benar-benar harus menjaga kelakuan didepan Ana.
Sedangkan Zidan dan Dinda tertawa puas melihat sahabat mereka dipermalukan oleh kejujuran anaknya sendiri.
Ana menatap kembali hasil foto tadi kemudian tersenyum puas. Mulai saat itu Ana bertekad untuk dekat dengan Rasya apapun yang Rasya lakukan dan katakan.
***
Gimana part pertama ini?
Suka atau bosenin nihh??
Semoga selalu suka yaa^^
Sampai jumpa di part berikutnya><
KAMU SEDANG MEMBACA
ALIANA
Teen FictionIni tentang pertemuan dan perpisahan. Si pertemuan yang dibenci oleh yang trauma. Dan si perpisahan yang dibenci oleh yang terlanjur nyaman bahkan sayang. Aliana Zyrafella, gadis yang baru memasuki fase remaja namun langsung dihantam oleh banyak mas...