Ceritamu

13 1 0
                                    

Kami berjalan di lorong rumah sakit lalu berhenti di depan ruang ICU. Bang Daru diam agak lama di depan pintu lalu membuka pintu dan kami pun masuk. Seorang pria setengah baya sedang duduk di sisi ranjang rumah sakit dan ada wanita yang tidur di atas ranjang itu. Ventilator terpasang di mulut dan hidungnya.

"Sudah datang, Daru." ucap pria itu. Bang Daru hanya diam sambil berjalan mendekat.

"Mama sudah stabil. Dia masih di bawah pengaruh obat bius." ucap pria itu. Mama? Maksudnya itu Mama Bang Daru? Tapi Mamanya...

"Papa bilang operasinya berjalan lancar, tapi kenapa tiba-tiba tadi kritis?" tanya Daru.

"Papa juga nggak mengerti." ucap Pria yang ternyata Papanya Bang Daru.

"Kalau sudah stabil aku pulang aja, Pa." ucap Bang Daru hendak berbalik.

"Kamu nggak nunggu Mamamu sadar?" ucap Papanya. Bang Daru hanya diam. Lalu Papanya Bang Daru melihat ke arah aku.

"Kamu bawa temanmu?" tanya Papanya, aku tersenyum pada Papa Bang Daru. Bang Daru melihatku lalu memperkenalkanku pada Papanya.

"Ini Pijar, Pa." ucap Bang Daru. Aku mengulurkan tanganku pada Papa Bang Daru. Disambut hangat oleh Papanya Bang Daru.

"Pijar, Om." ucapku

"Iya, Om Papanya Daru." ucapnya sambil senyum. Meski sudah berumur ketampanan Papa Bang Daru saat muda masih terlihat. Wajah Papa Bang Daru terlihat lelah dan penuh beban. Ku lirik wanita yang di atas ranjang, kepalanya ditutup kain.

"Ini Mamanya Daru." ucap Papa Daru.

"Pa..." ucap Bang Daru. Aku melihat Bang Daru wajahnya terlihat kesal.

"Kami pergi dulu, tadi aku juga sudah jenguki Aksa." ucapku. Papa Bang Daru menghela nafas.

"Dia baik-baik aja?" tanya Bang Daru.

"Iya, dia sudah lebih baik." ucap Bang Daru pelan.

"Baguslah." ucap Papanya.

"Kami pergi, Pa. Ayo, Pijar." ucap Bang Daru lagi.

"Baiklah..." ucap Papanya Bang Daru, lalu Bang Daru melangkah keluar ruangan.

"Pulang ya, Om..." ucapku pada Papa Bang Daru.

"Iya, hati-hati kalian ya." ucapnya sambil senyum. Aku mengangguk lalu menyusul Bang Daru. Kenapa Bang Daru bersikap dingin begitu pada Mamanya... Dan Mamanya ternyata masih ada... Aku melirik Bang Daru yang berjalan di sisiku, kami berjalan di lorong rumah sakit. Handpone Bang Daru berbunyi, Bang Daru berhenti berjalan dan mengangkat teleponnya. Aku juga berhenti berjalan.

"Iya, Bang." ucapnya.

"Aku sudah ke rumah sakit. Dia sudah baik-baik aja." ucap Bang Daru.

"Lain kali jangan hubungi aku soal beginian." ucapnya datar, Bang Daru mendesah pelan.

"Itu bukan urusan kita lagi." ucap Bang Daru lagi.

"Aku tau..." ucapnya kesal.

"Ya, aku kasihan lihat Papa. Lalu... Aku nggak ingin berhubungan lagi dengan wanita itu." ucap Bang Daru lagi.

"Sudahlah, nggak usah di perpanjang. Aku mau pulang." ucap Bang Daru lalu menutup teleponnya. Bang Daru melihat ke atas sambil menarik nafas. Dia menatap ke depannya lalu menoleh padaku.

Sudut HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang